Vote terus, hargai karya author
.
.
.Pagi telah tiba, ayam sudah berkokok mendahului matahari. Vinka bangun lebih awal, karena ia senang mengikuti olimpiade banyak anak anak kelas lain. Dan penuh canda tawa.
Namun jika olimpiade sudah berakhir ada rasa kangen karena canda tawanya sudah tidak ada saat waktu seperti memulai olimpiade.
"Morning." sapa Vinka hangat.
"Morning, sayang."
Seperti biasa Vavi menyiapkan untuk Vinka anaknya. Vinka menarik kursi meja makan lalu ia duduki.
Vavi memberikan sepiring sandwich dan segelas susu pada Vinka. Vinka menerimanya dan langsung ia makan dengan lahap.
"Semangat belajar olimpiadenya." ucap Vavi memberi semangat pada Vinka.
Setelah sarapan Vinka langsung pamitan berangkat sekolah. Saat ini ia sedang mengamati garasi mobilnya. Dengan tangannya didagu ia sedang berpikir.
"Mobil motor?" tanyanya pada diri sendiri.
Vinka bingung ia berangkat sekolah menaiki mobil apa motornya, setelah keputusannya sudah bulat Vinka memilih menaiki mobil.
"Mobil aja deh, capek gua nyetir terus." lalu Vinka memasuki garasinya dan menaiki mobil untuk berangkat sekolah.
...
Cuaca hari ini sungguh dingin, padahal terik matahari dipagi hari sangat terang. Namun hawanya dingin, Vinka mengenakan jaket parasut dua warna pink dan biru. Untuk menyelimuti tubuhnya.
"Vinka..." Vinka mencari sumber suara namanya dipanggil. Saat itu juga ada seseorang menepuk bahunya. Vinka menoleh kebelakang.
"Ngagetin aja lo." ucap Vinka tenang.
Ternyata Farel, Farel melihat Vinka dari kejauhan lalu ia menghampirinya.
"Sorry."
"Kenapa sih panggil panggil, ngefans lo sama gua." ucap Vinka menatap arah lain, sambil tertawa kecil.
"Mana mungkin."
"Ya terus ngapain panggil gua."
"Bareng masuk kelas lah, itung itung berbaikan."
"Hah? Baikan?"
Farel mengangguk.
"Lo tau sendiri kan dari kelas sepuluh kita adu bacot terus. Satu sekolah juga tau, mangkannya itu gua mau baikan sama lo. Gua juga bingung akar permasalahannya dari mana."
"Dari lo, karena gua gak suka sama lo."
"Gua ramal, kalau lo nanti suka sama gua gimana?"
"Sorry bang jago gak mempan. Ouh atau lu punya rencana kan, fakboy macam lo gak bisa kadalin gua."
"Gua bukan kadal!" bentak Farel.
"Serah lo deh." Vinka mendahului Farel. Farel harus mengejar Vinka. Agar ia bisa membantu memperbaiki nilainya, keempat sahabatnya pada bego. Tidak ada yang pintar, ada pun Aldo namun tak sepintar Vinka.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE ENEMY WAS NOW A DREAM
Teen Fiction{BACA DULU AJA BARU FOLLOW <3} Farel Dimasta, anak pemilik sekolah yang bernamakan Alerga. Ia anak geng motor yang suka berkelahi. Namun masih punya hati nurani. Ravinka Putri Alosca, musuh bubuyutan Farel, sejak kelas 10 hingga sekarang kelas 12. E...