TEWNAD#4

69 23 0
                                    

Jangan lupa vote sama komen. Klik bintang dibawah pojok kiri

Semangat author!


"Tawuran?." gumam Vinka, ia membulatkan matanya setelah mendengar ucapan tadi.

Saat Vinka ingin kembali lagi, tak sengaja ia menendang kaleng kosong yang ada di belakangnya, Vinka menutup mulutnya. Ia benar benar takut jika ketahuan.

Sontak orang markas mengarahkan pandangannya pada suara tersebut.

"Cek Sep." pinta Cael pada Asep anak buahnya.

Vinka terkejut saat anak buahnya mulai mendekatinya, segera mungkin Vinka meloloskan dirinya sebelum ia ketahuan. Ia menyesal telah mengikuti Farel.

Vinka sudah diluar gudang, cepat cepat ia kembali lagi pada jalan raya, dan menaiki angkutan umum.

"Kosong bos, gak ada siapa siapa. Kucing kali." ucap Asep, ia telah mengecek tangganya lalu kembali gabung.

"Kita harus pasang cctv, Ron lu keluar beli lima cctv." perintah Cael kepada Baron. Cael merogoh kantongnya dan mengeluarkan kartu.

Anda jangan berpikir bahwa Lemonsky dan Alaska tidak memiliki uang, nyatanya mereka mempunyai uang banyak. Mereka menghasilkannya sendiri, setiap anggota akan dimintakan uang alias uang kas dan disimpan dalam kotak.

Uang tersebut tidak ditargetkan namun seikhlasnya, apabila belum memiliki uang tidak apa apa. Yang paling banyak yaitu Farel. Ia menyumbangkan satu juta rupiah.

Mereka pun punya bisnis yang orang tidak mengetahuinya. Jadi kalian jangan berpikir lagi kalau lemonsky dan Alaska tidak memiliki uang.
Mereka juga setiap bulannya menyumbangkan kepada panti asuhan. Meskipun tampang mereka berandalan Mereka masih memiliki hati nurani.

Vinka sampai rumah dengan nafas tersengal sengal, ia berlari dari depan komplek hingga sampai rumahnya. Vinka takut jika anak buahnya Cael mengikutinya.

"Ais...kamu teh kenapa?." tanya Vavi, ia sedang menata makanan untuk makan malam.

"Udah mah, jangan nanya dulu. Vinka capek." jawab Vinka mengatur nafasnya.

"Kamu lari dikejar anjing? Atau lari dari kenyataan?." tanya Vavi, ia tertawa terbahak bahak melihat tingkah anaknya yang sedang mengatur nafasnya, seperti itu saja ketawa.

Vinka melihat mamahnya aneh, mengapa ia ketawa? Ia yang bilang, ia yang ketawa? Aneh sekali.

Vinka menghiraukan mamahnya ia langsung menuju kamarnya.

"Heh...Vi..n..kaa, mau kemana?" tanya Vavi masih dengan tertawa.

Vinka setelah pulang dari museum dan mengikuti Farel, ia langsung tidur tanpa mengganti pakaiannya. Ia benar benar lelah, ditambah ia berlari dari depan komplek sampai rumahnya.

"Vinka sayang yuhuuu..." panggil Vavi, ia didepan kamar Vinka. Mengajak untuk makan malam.

Tak ada sahutan dari dalam, Vavi mencoba masuk. Ternyata pintunya tidak dikunci.

Vavi duduk diujung ranjang "Vinka bangun." ucapnya mengoyangkan tubuh Vinka.

"Apa si mah." jawabnya dengan suara purau.

"Ayo makan."

"Iya, nanti aku nyusul." Kemudian Vinka menyelimuti dirinya lagi.

"Mamah tunggu ya, udah kamu bangun. Nanti malem kamu gak bisa tidur." Vavi menepuk bahu Vinka, kemudian ia keluar dari kamar Vinka.

15 menit berlalu, Vinka sudah mandi dan berganti baju dengan baju tidur. Ia langsung gabung makan malam bersama Vavi.

Apabila kalian nanya, kemana ayah Vinka. Ayah Vinka bekerja di luar negeri lebih tepatnya di Malaysia. Ya ayahnya memang jarang pulang atau lebih bisa dibilang tidak pernah pulang, ya palingan pulang 5 bulan sekali atau 1 bulan sekali.

THE ENEMY WAS NOW A DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang