TEWNAD#8

129 25 3
                                    

Update lagi para readers, bantu aku vote
.
.
.


"Farel awasss!" teriak Vinka, ia melihat Dika mengarahkan pisaunya pada perut kanan bawah.

Sontak semua orang mengarahkan pandangannya pada Vinka yang sedang berlari menuju Farel. Farel bingung kenapa ia menghampirinya sambil berteriak.

Sementara Dika sudah sangat dekat mengarahkan pisaunya. Namun...

"VINKAAAAA!" Farel berteriak saat dia melihat perut kanan bawah Vinka tertancap pisau yang masih dipegang oleh Dika.

"Farel." ucap Vinka dengan suara purau sambil memegangi perutnya yang bersimbah darah.

Darah segar mengalir kepermukaan seragam milik Vinka hingga mengenai Farel dan aspal. Semua orang disana benar benar dibuat terkejut. Pasalnya kesepakatan kemarin tidak ada yang membawa senjata tajam, ini apa? Malah Dika yang membawanya dan mengorbankan nyawa seseorang.

Sementara Dika ketakutan karena pisaunya masih dipegang olehnya.

"Ayo kabur." sergah Dika mengeluarkan pisau dari tubuh Vinka dan berlari mengajak teman temannya meninggalkan area tawuran.

"Anjing lo Dika! Mau kemana lo." teriak Bima ia ingin mengejarnya namun ditahan oleh Cael.

"Awas lo Dikaaa!" teriak Bintang. Semua menghampiri Vinka dan Farel yang terkujur lemas.

"Cepet cepet panggil ambulan bego, bukan ngeliatin." ujar Farel membentak. Ia saat ini benar benar takut jika Vinka kenapa kenapa. Bagaimana kalau Vinka tidak hidup lagi. Bisa bisa Farel diperkara.

Langsung saja salah satu anak Alaska yaitu Bintang menelefon ambulan untuk datang membawa Vinka kerumah sakit.

"Lo pada kejar awasin anak Baraska, jan sampai pada kabur. Nanti gua hubungin polisi untuk langkah selanjutnya." ucap Cael pada anak lemonsky, semuanya mengangguk.

"Oke bos, nanti gua telefon kalau ada apa apa." ucap Baron. Lalu mereka menaiki motornya masing masing dan tancap gas mengejar anak Baraska yang selalu membuat onar.

Disisi lain ada Mala dan bu Sofia yang menunggu Vinka. Sementara anak lain sudah menunggu didalam bis.

"Mala, Ravinka mana. Bisa telat kita." ucap bu Sofia resah.

"Aduh bu, jangan tinggalin Vinka. Bentar ya bu Mala telefon dulu." jawab Mala pada bu Sofia. Saat Mala ingin menghubungi Vinka namun handphonenya sudah berbunyi terlebih dahulu.

Mala melihat notifikasi panggilan telefon yaitu Farel yang menelefonnya, ia bingung. Tumben sekali Farel menelefonnya, dari pada Mala bingung ia pun mengangkatnya.

"Kenapa sih Rel." jawab Mala ketus.

"Bisa gak sih lo gak usah marah marah."

"Iya iya apa?"

"Vinka Mal, Vinka." terdengar dari sana suara Farel yang cemas.

Mala mengerutkan keningnya "Kenapa?!"

"Vinka, Vinka ketusuk." jawab Farel langsung to the point.

Mala membulatkan matanya terkejut "Maksud lo apa sih. Ketusuk? Ketusuk apa?"

"Pokoknya cerita panjang, lo dateng ke rumah sakit. Nanti gua sharelock."

Mala manggut manggut "Oke oke."

"Tapi lo jan bilang bu Sofia ya."

"Iya." Mala menutup telefonnya. Ia bingung bagaimana izin kepada bu Sofia. Mala saat ini sangat cemas sekali.

THE ENEMY WAS NOW A DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang