Dengerin mulmetnya biar gak boring
.
.
.Bel pelajaran kedua dimulai, sekarang pelajaran Pak Halis yaitu sejarah indonesia. Namun Pak Halis belum kunjung datang ke kelas ips 3. Anak anak kelas ips 3 sangat ribut sekali. Ada yang bermain gitar, bermain game online, dan pacaran.
Namun berbeda sekali dengan Vinka. Vinka saat ini sedang berkutat dengan bukunya. Vinka adalah sosok anak yang pintar, ia selalu mendapat ranking saat dia sejak masih sekolah dasar.
"Siang semua." ucap Pak Halis tiba tiba, membuat anak anak terkejut dan menghentikan aktivitas nya masing masing.
"Siang pak." jawab murid ips 3.
"Bapak absen dulu ya." kemudian Pak Halis membuka buku dan mulai mengabsen.
"Bapak gak ada materi hari ini namun bapak akan memberi tugas kelompok kepada kalian. Dan kalian harus mengunjungi museumnya dan diklipping. Bapak akan mengatur siapa teman kelompok mu." jelas Pak Halis menutup buku setelas mengabsen.
Kemudian Pak Halis memberi tahu nama nama kelompoknya dan sekarang sudah berada dikelompok terakhir.
"Kelompok terakhir yaitu, Ravinka, Farel, dan Mala."
Vinka mendongak saat namanya disebutkan bersama Farel. Astaga! kenapa harus sama dia, cowok terese yang pernah ia temukan.
"Bapak memberi tahukan itu saja, bapak akan keluar lagi. Kalian boleh apa saja asalkan jangan berisik." ucap Pak Halis dan kemudian keluar kelas setelah menjelaskan materi tugas kelompoknya.
Vinka berdecak dan ia sebetulnya sangat malas sekelompok dengan farel.
"Ganti kelompok bisa gak." tanya Vinka pada Mala.
"Yaudah sih vin gak apa apa." balas Mala seraya menepuk bahu vinka.
...
"Vinka ayo pulang." ajak Mala kepada Vinka yang sedang merapihkan bukunya. Sekarang sudah waktunya Alerga membubarkan anak anaknya untuk pulang sekolah.
"Ayok." kemudian mereka berdua keluar kelas dan segera menuju parkiran.
Sekarang mereka berdua sudah sampai diparkiran dan Mala segera mengeluarkan motornya namun saat ingin menyalakan motornya handphone Mala berbunyi dan ia pun segera mengangkatnya.
"Halo ma ada apa?." tanya Mala.
"Iya...ok mah." jawab Mala lagi.
Tiba tiba Mala turun dari motornya dan menghampiri Vinka yang ada dibelakang.
"Ravin, maaf gue harus anter nyokap sekarang ke butik, nyokap gue udah nunggu di cafe. Lo gak apa apa sendiri." jelas Mala tak enak.
Vinka menarik nafasnya pelan "Iya gak apa apa. Lo hati hati ya."
Kemudian Mala pun meninggalkan area sekolah dan segera menuju cafe. Sementara Vinka seorang diri, ia tidak membawa kendaraannya, terpaksa ia menaiki kendaraan umum.
Vinka berjalan sambil menunggu angkutan datang. Ia berhenti tepat warung mbah Ijo.
"Bareng enggak?." tiba tiba saja ada Farel yang entah dari mana datang membuat vinka terkejut.
"Kok lo disini?." tanya Vinka sambil menunjuk Farel.
"Ada urusan." jawabnya datar.
"Mau bareng gak, kita searah."
Vinka terdiam nampak berpikir, dan kemudian ia mengangguk. "Boleh deh. Tapi awas lo macem macem."
Lalu mereka berdua segera pergi. Selama diperjalanan mereka diselimuti keheningan. Hanya suara kendaraan yang melintas.
Sampailah mereka berdua di depan rumah Vinka, tadi Vinka memberi arahan jalan rumahnya karena mereka berdua searah. Dan Vinka turun dari motor sport Farel.
"Thanks ya..." ucapnya Vinka seraya menyodorkan helm.
Saat Farel ingin melajukan motornya kembali namun tangan Farel dicekal dengan Vinka.
"Eh...jangan dulu pergi, gua lupa kan. Besok ke museum. Lo harus ikut gak ikut gua blacklist." kata Vinka.
"Gua liat besok." jawab Farel dengan nada datar.
Kemudian Farel melajukan motornya kembali. membisingkan perkarangan rumah Vinka dengan knalpot racingnya.
"Sok sibuk." ucap Vinka setelah melihat Farel menjauh dari hadapannya.
...
Farel memakirkan motornya di garasi rumahnya. Setelah ia mengantarkan Vinka sampai rumahnya. Ia turun dari motornya dan segera masuk kedalam rumahnya. Beginilah rumahnya sekarang selalu saja sepi hanya ada Bi Mirna asisten rumah tangga Farel.
"Kamu sudah pulang Farel." ucap Metta-Mamah. Membuat Farel menoleh ke arah ruang tamu.
Metta sengaja pulang kerumahnya untuk melihat perkembangan anaknya.
Farel menghampiri Metta dan ia duduk didepannya "Tumben mamah ada dirumah. biasanya sibuk sama kerjaan." sindir Farel.
"Farel mamah tadi ke sekolah, mamah lihat nilai kamu jelek semua. Kamu sekolah enggak sih. Mamah sekolahin kamu biar jadi orang sukses, pintar." jelas Metta dengan nada meninggi.
Farel sangat malas jika mamahnya sudah menceramahinya apalagi soal nilai. Tapi benar kata Metta nilai Farel sangat buruk. matematikanya saja hanya mendapat nilai 20. Itu juga hasil mencontek dengan Bima.
Bodoh.
Farel malas mendengar celotehan Metta. Ia bangkit dan segera masuk kamarnya.
"Kamu perbaiki nilai kamu dalam sebulan, jika tidak...mamah cabut fasilitas kamu." ucap Metta.
Langkah Farel terhenti. Dia terkejut mendengar omongan mamahnya, Betapa kejamnya bukan. Tapi ini pelajaran untuknya.
"Kok gitu mah Gak bisa gitu dong." jawabnya membalikan badan.
"Papah mu berusaha untuk kamu Farel."
Farel terdiam, ia membalikan tubuhnya dan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Ingat itu Farel." teriak Metta dari bawah tangga.
Seru tidak guys?
Komen dan vote, biar author semangat!
TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ENEMY WAS NOW A DREAM
Novela Juvenil{BACA DULU AJA BARU FOLLOW <3} Farel Dimasta, anak pemilik sekolah yang bernamakan Alerga. Ia anak geng motor yang suka berkelahi. Namun masih punya hati nurani. Ravinka Putri Alosca, musuh bubuyutan Farel, sejak kelas 10 hingga sekarang kelas 12. E...