TEWNAD#9

86 19 9
                                    

*jangan lupa vote




Setelah beberapa menit akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Semua anak Alaska dan Cael menghampiri dokter.

"Gimana dok, temen saya?" tanya Mala.

"Maaf, kami tidak bisa menolongnya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin." jawab dokter lesu.

Mala tidak bisa lagi memendung air matanya, ia benar benar tidak bisa memaafkan dirinya dan Farel. Semua ini gara gara ulah Farel.

Semuanya yang diruang tunggu terkejut mendengar ucapan dokter. Dika iya Dika harus bertanggung jawab atas semua ini.

"Jadi dok?" tanya Farel lemas.

"Jadi, nyawanya sudah tidak tertolong. Saya permisi." pamit dokter meninggalkan semuanya.

Seperti terkena sambaran petir. Semuanya benar benar merasa bersalah dah kehilangan sosok teman sekelas yang baik dan cantik. Apalagi Mala, mereka sudah berteman sejak masih kecil.

"Farel!"

Farel menegakan tubuhnya ia terkejut saat Cael memanggilnya. Sedari tadi Farel duduk dibangku taman sambil menghirup udara segar. Namun ia tertidur, ia bermimpi jika Vinka tidak tertolong. Mungkin Farel hanya khawatir sebab oleh itu ia sampai terbawa mimpi.

Farel mengusap wajah beberapa kali lalu menghembuskan nafasnya pelan.

"Lo kenapa?" tanya Cael mengamati wajah Farel lekat.

"Gua, gua ketiduran." jawabnya seperti orang kebingungan.

"Kenapa? Pasti lo khawatirin temen lo itu kan. Siapa namanya." ucap Cael.

Farel tersenyum getir seraya mengangguk "Iya, namanya Vinka. Tadi gua masa mimpi dia gak selamet."

"Udah, lo jangan negatif thingking gitu deh. Gua yakin dia bakal bae bae aja."

Farel menepuk bahu Cael "Makasih bro."

Cael tersenyum dan mengangguk pada Farel.

...

Akhirnya sekitar satu jam-an operasi berlangsung. Pintu ruang operasi terbuka, dan bersamaan dengan Farel dan Cael yang baru saja tiba. Namun dokter membawa brangkar yang masih ditidurkan Vinka. Mala langsung menghampiri dokter.

"Dok, ini mau dibawa kemana?" tanya Mala bingung.

"Alhamdulilah, operasinya berjalan lancar. Setelah ini kita bawa keruang rawat." jawab dokter itu yang bername tag-an Andre.

"Iya dok."

Langsung saja dokter Andre dan beberapa perawat mendorong brangkar untuk menuju ruang rawat. Disusul dengan Mala dan anak Alaska.

"Dok, boleh masuk kedalem gak?" tanya Mala begitu khawatir.

Dokter Andre menarik nafas pelan "Boleh. Tapi saya mau bicara dari salah satu kalian."

"Sa-" belum usai Mala berbicara langsung dipotong dengan Farel yang posisinya ada disebrang Mala.

"Saya aja dok." ucap Farel.

THE ENEMY WAS NOW A DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang