7. Phobia

117 80 44
                                    

"Mungkin untuk orang lain itu hal yang biasa, tapi bagiku itu adalah hal yang luar biasa." _Calandiva Azalea Daisy

———

"Pagi bang," sapa Kelvin, saat melihat Vender yang membukakan pintu.

"Ngapain pagi-pagi kesini?"

"Mau jemput pacar lah," jawab Kelvin penuh percaya diri.

Vender mengerutkan alisnya bingung.

"Gak usah mimpi," ucap Vender.

"Yaudah sih kalo gak percaya, mana Lea?" tanya Kelvin.

"Udah ber-" ucapan Vender terpotong oleh seseorang.

"Yuk vin berangkat," ajak Lea saat sudah sampai di depan dua laki-laki itu.

"Dek, kamu kan belum sarapan," ucap Vender.

Lea tidak menghiraukan ucapan Vender, ia langsung mencium tangan kakak nya dan pergi ke arah mobil Kelvin. Lea tidak mengecup pipi Vender seperti biasanya, ia masih merasa kesal kepada abangnya itu. Kelvin buru-buru menyusul Lea. Kelvin tahu ada yang tidak beres dengan Lea sejak kemarin.

Di dalam mobil Lea hanya diam. Entah mengapa ia kecewa oada kakaknya. Padahal dari dulu ia selalu terbuka oada Vender, taoi kali ini? Bahkan Vender tidak memberi tahu apapun tentang pacarnya. Lea merasa Vender sedikit... Berubah.

"Gue tau lo punya banyak masalah, tapi gak baik mendem masalah lo sendirian Le. Bukan cuma lo yang punya masalah, gue juga punya, bahkan semua manusia juga punya masalah masing-masing," ucap Kelvin tiba-tiba sambil terus fokus mengemudikan mobilnya.

Lea menoleh, ia heran dengan sikap Kelvin. Kadang bisa dingin, tengil, lebay, cerewet, dan sekarang bijak. Bunglon banget, pikir Lea.

"So bijak," cibir Lea.

"Makasih, gue juga sayang lo," goda Kelvin sambil mengelus rambut Lea lembut.

Lea memutar bola matanya malas.

***

"Kelas lo dimana sih?!" kesal Lea. Pasalnya sedari tadi Kelvin terus saja mengikuti nya.

"Kenapa pacar? Lo mau jemput gue buat ke kantin nanti?" goda Kelvin sambil terkekeh.

"Geer lo!"

Lea sudah sampai di kelas 11 IPA 2, tetapi Kelvin masih saja mengikuti Lea sampai di depan pintu kelasnya.

"Ngapain lo masih disini? Pergi lo!" usir Lea, karena Kelvin masih diam diambang pintu kelasnya.

"Gue cuma mau mastiin kalo pacar gue selamat sampai tujuan. Kalo lo kangen, lo bisa langsung ke kelas gue, kelas gue pinggiran kok sama lo, Ipa satu,"

"Alah, jangan ngibul lo! Yang masuk ipa satu itu pada pinter, disiplin, rajin! Lo udah ke black list duluan kali!"

"Makasih, gue tau kok gue pinter, disiplin, rajin lagi. Lo juga semangat belajarnya," ucap Kelvin sambil tersemyum sedangkan Lea melongo tak percaya.

"Gue ngomong apa, dia jawab apa, gak di TK-in emang nih cowok," batin Lea.

"Gue ke kelas dulu ya, sampai ketemu lagi pacar," pamit Kelvin dan langsung berjalan ke arah kelas 11 IPA 1.

"Dia beneran anak ipa satu?" tanya Lea pelan tak percaya.

"Iya, kenapa Le? Gak percaya ya?" ucap Elina tiba-tiba.

"Ish, lo ngagetin gue aja," Lea terkesiap.

"Hehe maaf deh, btw si Kelvin emang pinter loh."

"Gak peduli gue sama cowok lebay kaya dia," ucap Lea sambil berjalan kearah meja nya. Diikuti oleh Elina yang duduk di sampingnya. Ya, mereka berdua memang duduk bersama.

Rumit - LeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang