"Sebanyak apapun kepentinganku di luar sana, tetap seorang ibu yang lebih penting." _Calandiva Azalea Daisy
----
Bandung, 23 Agustus 2017
Terlihat seorang gadis tengah berlari tergesa-gesa di lorong rumah sakit. Ia tak memperdulikan tatapan heran dan kesal dari orang-orang, ia tak peduli tanggapan orang-orang terhadapnya. Mungkin mereka akan berfikir bahwa ia adalah gadis yang aneh. Pasalnya, rambutnya terlihat kusut dan berantakan, baju basket yang ia kenakan juga lusuh, sepatu sport birunya kotor, tas ranselnya basah- oh tidak, lebih tepatnya seluruh tubuhnya basah kuyup. Bagaimana tidak, di luar hujan sangat deras, di tambah petir yang menggelegar, yang membuat siapa saja akan terkejut.
Lagi, gadis itu tidak peduli, yang ia pedulikan sekarang adalah sampai di ruangan dimana orang yang ia cintai sedang di rawat.
Tak sampai lima menit, akhirnya ia sampai di ruangan yang ia cari sebelumnya. Dengan jantung yang berdebar, dan tangan yang bergetar, ia mencoba menggapai knop pintu ruangan itu. Perasaannya tak karuan. Ia sedih, khawatir, marah, dan kesal, menjadi satu.
Gadis itu menghela napas sejenak. Dengan ragu ia membuka pintu itu perlahan.
Terlihat seorang wanita setengah baya tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dengan di bantu alat-alat medis yang ia tak tahu apa namanya. Disana juga terlihat seorang pria tampan yang sedang duduk di samping ranjang wanita itu sambil mengelus punggung tangan wanita itu dengan penuh kasih sayang.
Dengan kaki yang bergetar gadis itu berjalan perlahan menghampiri ranjang wanita yang sedang tak sadarkan diri itu.
Merasa ada yang menghampiri, pria tampan itu membalikan tubuhnya untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata adik kecil tercintanya, yang sedang menatap kosong kearah ranjang sambil berjalan dengan kaki yang bergetar. Pria itu menatap sendu ke arah adik tercintanya. Ia tidak tega melihat adik kecilnya yang terlihat sangat sedih, rapuh, dan- hancur.
Biasanya adiknya itu selalu menunjukan senyum cerianya. Tapi sekarang jangankan tersenyum, menatapnya saja tidak. Mungkin adik kecilnya itu kecewa padanya.
Demi apapun ia tak tahan melihat adiknya seperti ini. Gadis yang selalu ceria dan tersenyum, kini menjadi gadis yang penuh kesedihan. Ia sadar, ini juga karena kesalahannya. Ia tahu telah melakukan kesalahan, tapi ia tidak sanggup jika harus melihat adiknya yang rapuh seperti ini.
Kemudian pria tampan itu berdiri menghampiri adiknya, tapi adik kecilnya itu masih tidak menatapnya. Pria itu langsung memeluk adiknya erat, menyalurkan semangat kepada adik tercintanya, seakan adiknya itu harus bisa melewati semua ini.
Pria itu menaruh kepala adiknya di dada bidangnya. Mengelus rambut basah sang adik dengan penuh kasih sayang. Ia baru menyadari bahwa tubuh sang adik basah kuyup. Ah iya, di luar hujan sangat deras, ia bisa menebak pasti adik kecilnya ini hujan-hujanan demi cepat sampai kesini. Adiknya ini memang keras kepala. Ia tahu adiknya ini pasti akan melakukan apapun agar keinginannya tercapai.
Ia rindu adik kecilnya ini, ia rindu wajah cantik adiknya, ia rindu suara adiknya, ia rindu senyum dan tawa adiknya, ia sangat sangat rindu semua tentang adik tercintanya ini.
"I miss you," ucap pria itu lirih sambil terus mengelus rambut adik nya lembut.
Tetapi adiknya itu tak bergeming, gadis itu masih diam dengan tatapan kosong, seolah banyak hal yang sedang ia pikirkan. Pria tampan itu tahu adiknya ini sedang marah padanya, hingga mengabaikannya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumit - Lea
أدب المراهقين"Pergi dari hadapan gue!" - Lea "Lea please, dengerin gue dulu," - Kelvin "Gue gk punya waktu! Gue bilang pergi!" "Gue gk akan pergi sebelum lo dengerin gue," "Lo budeg atau conge? ha?! Gue gak punya waktu buat dengerin ucapan lo yang BASI dan liat...