2

63 15 7
                                    

2020 ©Azryo
─Triangle Love─

Pagi ini Maya memutuskan untuk berangkat lebih pagi untuk menghindari kejadian seperti kemarin. Saat sampai di kelas Maya dikagetkan oleh sesosok perempuan yang duduk di bangku pojok. Rambutnya yang panjang menutupi wajahnya.

Maya melirik jam dinding yang berada di atas papan tulis, masih terlalu pagi untuk teman-teman sekelasnya yang pemalas itu pergi sekolah. Dengan ragu Maya mencoba memberanikan diri mendekati perempuan itu.

Tap !

Langkah pertama─hussh... Maya  merasakan angin semilir melintasi lehernya.

Tap !

Langkah kedua─deg.. deg.. deg.. jantungnya mulai berdetak tak karuan, Maya sempat melirik ke arah pintu kelas yang terbuka lebar. Sempat berpikir untuk pergi ke luar dari kelas tapi dia memutuskan untuk tetap menghampiri perempuan itu.

Tap !

Langkah ketiga─tiba-tiba..

"HaARrgghh!!"

Brukk !

Perempuan itu tiba-tiba mendongak dan berteriak membuat Maya kaget dan terjatuh ke lantai. Maya menutup matanya rapat-rapat, dia takut jika makhluk itu datang menghampirinya.

Tak lama kemudian suara tawa memasuki gendang telinganya. Maya mengernyit, dia membuka matanya dan kembali dikagetkan oleh wajah Zaqia yang berada tepat di hadapannya beberapa sentimeter. Dengan refleknya Maya melayangkan satu tamparan pada gadis itu.

"AaWww! Sakit May,"

"Nyenyenye! Udah ngagetinnya? Kalo aku jantungan terus meninggal gimana?!" Sentak Maya.

"Ya tinggal kuburin," jawab Zaqia kesal karena baru saja mendapatkan tamparan.

"HEH!"

"Maaf deh maaf, kan cuman bercanda. Jangan marah ya?"

Maya tak menggubris perkataan Zaqia, lantas dia berdiri dan menepuk-nepuk debu yang tertempel pada rok seragamnya. Kemudian berjalan menuju ke mejanya tepat di hadapan meja yang di tempati Zaqia tadi.

Alarm di kepala Zaqia mulai berbunyi, ini pertanda, Maya benar-benar marah. Zaqia tak banyak bicara lagi, dia kembali menuju mejanya di pojokkan tanpa mau mengganggu Maya lagi.

Rules number 1 :
─Jangan ganggu Maya jika dia sedang marah atau kalian akan habis olehnya.

•••

Bel sudah berbunyi sekitar satu setengah jam yang lalu, suasana kelas sangat ribut membuatnya semakin pusing karena sedang mengerjakan soal fisika─maklumi saja karena saat ini sedang jam kosong.

Sekarang ia teringat Ketiga sahabatnya yang dia diamkan sejak tadi, perasaan bersalah mulai muncul. Sebenarnya dia tidak sepenuhnya marah karena ulah Zaqia tadi pagi tapi karena kejadian kemarinlah yang membuat moodnya menurun.

Maya melihat ke arah jam dinding kelas, masih ada satu setengah jam lagi pelajaran pertama habis. Jadi dia memutuskan untuk mengajak sahabatnya ke kantin.

"Dara, kantin yuk,"─dia yang pertama diajak karena Dara teman sebangku Maya.

"Yuk,"

"Zaqia, ayo!"

Mendengar namanya dipanggil, Zaqia melebarkan senyumannya. Dengan semangat 45 dia bangkit dan merangkul kedua sahabatnya itu.

•••

Niat awal pergi ke kantin untuk memperbaiki mood tapi malah membuat moodnya semakin turun karena pemandangan yang tidak mengenakkan.

Langkah Maya terhenti. Senyum tipis yang tadi terbit karena celotehan sahabatnya luntur seketika bersamaan dengan air matanya yang mulai meluncur. Pandangan mereka bertemu─Maya dan Meldy. Nafas Maya mulai tercekat, dia memegangi dadanya yang berdenyut nyeri.

Berciuman di tengah kantin? Apa mereka sudah tidak waras?

Meldy mendorong pelan bahu Susan sehingga pagutan mereka terlepas. Tatapan kecewa yang Maya layangkan pada Meldy nampak begitu jelas. Maya menghela nafas panjang, dia berusaha mengahapus air matanya namun tetesannya semakin mengalir deras. Dengan sisa tenaganya, Maya pergi menjauhi area kantin. Di sana Dara sibuk memanggil Maya dan berusaha mengejarnya sedangkan Zaqia terpaku di tempatnya sembari menatap tajam Meldy.

•••

Meldy bangkit dari duduknya hendak menyusul Maya tapi tangannya ditahan lebih dulu oleh Susan. Meldy memasang wajah memelas agar Susan melepas cekalannya.

"Kenapa sih!?" Sentak Susan.

"Maya ngeliat kita, aku mau nyusul dia bentar biar aku jelasin semuanya ke dia,"

"Apa yang mau dijelasin Meldy? Kamu pacar aku, aku pacar kamu, terus apa salahnya kita ciuman?!"

Meldy terdiam.

"Lagian emang dia siapa kamu sih, cuman sahabat doang kan, cih,"

Mendengar perkataan Susan, Meldy kembali mendudukkan dirinya. Dia melanjutkan acara makannya yang tertunda. Dia juga tak menggubris celotehan Susan.

Bener, Maya cuman sebatas sahabat. Kenapa jadi bereaksi berlebihan gini seakan-akan baru aja kepergok selingkuh.

•••

Kejadian tadi membuat Maya hilang konsentrasi dan memutuskan untuk membolos hingga bel pulang. Maya menelusuri jalanan dengan perasaan tak karuan.

Tin.. tin..

Langkah Maya terhenti sejenak, melirik sebuah mobil audi yang berhenti tepat di sampingnya. Tak lama sang pengemudi keluar membuat Maya menghela nafas dan kembali melanjutlan jalannya yang terhenti.

"May!" Panggilnya.

"Maya, kenapa? Marah ya?"

Orang itu berusaha meraih lengan Maya namun Maya selalu menepisnya. Oh ayolah apa tidak cukup kejadian tadi membuatnya lelah.

"Kalo orang nanya tuh jawab! Masih punya mulut kan!?" Sentaknya yang sukses membuat langkah Maya kembali terhenti.

Maya menghela nafas sebelum membalikkan badannya menghadap orang itu.

"Mau kamu tuh apa sih, Mel? Aku capek mau pulang," ucap Maya.

"Kamu pikir aku nggak capek?! Sama aku juga capek, pengen pulang, pengen istirahat, tapi kalo kamu kayak gini aku gak akan istirahat dengan tenang! Lagian kamu kenapa sih, kok jadi aneh gini. Kamu gak suka aku ciuman sama Susan?! Iya?! Lagian Susan pacarku, emang salah!?"

Maya menatap Meldy tak percaya, untuk pertama kalinya Meldy membentaknya. Sadar akan intonasinya, Meldy segera meminta maaf pada Maya.

"May, maaf ak─aku gak sengaja. Please jangan tambah marah sama aku ya,"

Maya masih terdiam menatap Meldy.

"Maya, kamu maafin aku kan? Aku turutin kemauan kami deh, tapi maafin aku oke?"

"Hm"

"Dimaafin gak?"

Bukannya menjawab Maya malah berbalik dan berlalu. Meldy pun tak tinggal diam, dia mengejar Maya dan terus membujuk Maya agar memaafkannya tanpa memperdulikan mobilnya yang terparkir di pinggir jalan. Sampai akhirnya Maya kalah, dia sudah tidak sanggup lagi mendengar rengekan Meldy.

"Oke, aku maafin tapi kamu janji harus jajanin aku ke pasar malem," ucap Maya sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

Meldy tersenyum kemudian mengangguk semangat, dia pun menautkan jari kelingkingnya dengan Maya.

"Yuk aku anter pulang,"

Dengan senang hati Maya menerima tawarannya.
















Tbc
Yay or Nay?

─Zargan

TRIANGLE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang