Bagian Ketujuh

3.8K 617 198
                                    

Daripada becek hujan-hujanan, mending becek sama biduan~ 2x

Enak lagunya walaupun rada nganu ehe

#HAPPYCHANBAEKDAY BOS YUHHUUUUU

~*~

2 tahun lalu

Pria tinggi dengan wajah pucat itu tengah berdiri di depan meja rias, sebuah sisir dengan helaian rambut yang menyangkut di sana tergenggam tangan besarnya. Matanya menyorot dua benda itu sendu. Tangan kirinya yang bebas bergerak menuju kepalanya kemudian menyisir rambut hitamnya dengan jemari. Senyum pedihnya muncul saat lagi-lagi melihat rambutnya tersangkut di jemari setelah disisir.

Dia menatap cermin besar di depannya, sisir yang dia pegang tadi ditaruh kemudian menangkupkan kedua telapak tangannya di kepala, menyembunyikan rambutnya di dalam tangkupan itu.

“tidak terlalu buruk” katanya, “Baekhyun” serunya kencang tanpa mengalihkan perhatiannya dari pantulan dirinya di cermin.

Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok pria mungil nan manis.

“kenapa, Will? Kau butuh sesuatu?” tanya Baekhyun sambil berjalan menghampiri suaminya.

Willis melihat istrinya dari cermin, dia membawa tangan istrinya ke kepalanya dan mengusapkannya di sana.

“rambutku sudah mulai rontok, sayang. Lihat rambut di meja, banyak sekali, kan?”

Baekhyun melirik gumpalan rambut di atas meja, dadanya berdenyut nyeri dan hidungnya mulai kedat.

“kalau sudah rontok memangnya kau mau apa?” tanya si mungil pelan, suaranya hampir sengau.

“aku ingin mencukur habis rambutku, Baek. Saat kututup kepalaku, botak tak terlalu buruk untukku” jawab Willis, kepalanya mendongak agar bisa melihat langsung wajah cantik sang istri. “kenapa diam saja, hm? Kau tak suka aku botak?”

Baekhyun menggeleng, dia membalik badannya dan mengusap matanya yang basah.

“bukan begitu” balasnya.

Willis berdiri, menarik tubuh si mungil agar mengahadap dirinya.

“lalu kenapa, hm? Jangan menangis sayang” sambungnya sambil mengusap lelehan air mata di pipi kemerahan Baekhyun.

Baekhyun menggeleng tak bisa mengutarakan maksud di hatinya. Dia lebih memilih memeluk tubuh suaminya dan menyembunyikan wajahnya di dada. Merasakan dada itu yang tak setegap dan sekokoh dulu, merapuh digerogoti penyakit.

“aku masih tetap tampan kok walaupun botak, percaya padaku. Kalau kau tak mau melihat kepalaku yang berkilau karena tak berambut nanti, aku akan memakai beanie. Sekarang bantu aku memotongnya ya”

Willis melepas pelukannya, sekali lagi dia mengusap air mata istrinya kemudian berlalu menuju almari untuk mengambil alat cukur.

Baekhyun membersit hidung dan sudut matanya kemudian bersiap di belakang kursi meja rias.

Sekarang dirinya tengah memegang alat cukur suaminya dan mulai memotong mahkota indah suaminya yang selalu menjadi objek plintirannya saat dia sedang bermanja.

Willis melihat wajah istrinya dari pantulan cermin. Air mata berharga istrinya kembali meluncur selama memotong rambutnya. Isakannya terdengar sesekali, membuat dadanya kian sesak.

“kau jelek kalau menangis” katanya, mencoba membuat Baekhyun kesal agar kesedihannya meluap.

“diam kau!”

Willis mengekeh.

“aku benar Baekhyun, kau jelek sekali kalau menangis. Lihat hidungmu, merah sekali seperti habis terjepit pintu--

For My Bee [ChanBaek] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang