Terima Kasih kepada pembaca tiga bab sebelumnya... Semoga kalian menikmati cerita ini...
.
.
.
.
.
Malam itu seperti ada pelangi. Malam itu terasa sangat menyejukkan. Malam itu seperti ada keajaiban. Handphone Risa tiba-tiba saja berdering dari Rama membuat bibir Raza tersenyum merekah. Ia seperti mendapat sebuah hadiah istimewa dari penantiannya. Rama memang jarang sekali menelepon Raza. Ia hanya berani mengirim pesan lewat WA. Namun hari itu terasa berbeda. Raza mengangkat telepon dengan nada bahagia.“ Assalamualaikum Ja”
“Waalaikumsalam Ma, ada apa? Tumben mu nelfon.”
“Kan tadi siang udah aku bilang, ajarin aku cara menyelesaikan soal matematika ini.”
“Oh iya aku lupa, yaudah mana soalnya?”
Rama langsung memberikan soal yang harus dijawab. Karena Raza memang siswa yang pintar dan suka matematika. Raza menjelaskan cara menyelesaikan soal dan Rama mendengarkannya dengan cermat. Soal tersebut terjawab semua, hanya saja Rama kurang memahaminya.
“Aku kurang paham loh kalau di telfon seperti ini.”
“Sebagai acuan, besok pagi kamu datang ke kelasku. Aku berikan catatannya agar nanti tidak ragu. Kalau nanti masih ada yang belum dipahami, kamu bisa tanya sama aku.”
“Oke… Terima kasih telah membantuku malam ini.”
Rama mematikan telepon, sedangkan Raza tersenyum semakin girang. Rama adalah lelaki yang sangat humoris. Teman-teman suka berteman dengannya karena setiap perbincangan yang ia bicarakan menjadi gelak tawa semua orang. Ia bukanlah seorang yang bisa stand up comedy. Namun, hal konyol yang ia lakukan selalu lucu.
***
Matahari pagi ini sangatlah cerah. Ia seakan menyapa Raza dengan cahaya terangnya. Embun pagi yang menyejukkan juga terasa. Pagi itu sangatlah berbeda. Hatinya sangat riang dan ceria. Selesai melaksanakan Shalat Subuh, ia bergegas mandi dan bersiap untuk ke sekolah. Di depan kaca, sosoknya nampak tersenyum. Ia memikirkan bagaimana Rama menghampirinya pagi ini. Setelah semuanya sudah siap, ia pamit kepada orang tuanya dan mulai melangkahkan kaki menuju sekolah.
Setibanya di sekolah, suasana lingkungan masih hening. Belum banyak orang yang datang ke sekolah. Mata Raza tertuju pada kelas Rama yang berada di depan kelasnya. Namun pintu itu masih ditutup. Belum tampak tanda-tanda kehadiran seseorang disana.
Raza masuk ke dalam kelas, namun ia terkejut melihat Melati datang lebih awal. Hal itu sangat jarang terjadi karena biasanya Melati selalu telat. Ternyata Melati naik angkutan sekolah pagi itu. Melati menyapa Raza. Ia menaruh tas di atas kursi dan memeriksa penampilannya.
Melati keluar kelas untuk menghirup udara pagi yang tak ingin ia sia-sia kan. Tiba-tiba Rama berjalan menuju kelas dengan langkah pelan. Melati kaget melihatnya, apa yang Rama lakukan sepagi ini ke kelas. Rama yang melihat Melati memulai pembicaraan dengan sapaan.
“ Hai Mel, Raza udah ada di kelas?”
Perkataan yang baru saja terlontar dari mulut Rama merupakan kata yang sangat asing. Kenapa hal itu bisa terjadi? Kenapa tiba-tiba perlakuan Rama mulai berubah baik. Apakah dia terkena petir malam tadi? Atau dia terjatuh dari tangga yang membuat kepalanya terbentur? Hal itu sangat mengejutkan. Dengan semua tanda tanya yang ada di kepala Melati ada sedikit kekhawatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA ITU
Teen Fictionseperti inilah resiko ketika kita mencintai seseorang yang belum tentu mencintai kita. Apalagi ini adalah cinta yang datang untuk pertama kalinya. Kata orang, cinta pertama itu sulit untuk dilupakan. Dan benar saja, itu adalah hal yang sangat sulit...