Nostalgia

19 5 2
                                    

Adi tertawa melihat Raza yang berjalan kaki sendirian di jalan sepi.
‘bukannya prihatin malah ketawa” ucap Raza.

“yaa lucu, ibu Raza jalan kaki sambil dorong motor maticnya di jalanan yang sepi seperti ini. Untung aku lewat kan.”

“kalau gak mau bantuin, mending pergi.”

Adi tertawa terbahak-bahak.

“pergi !!!” bentak Raza.

“sifat pemarahmu masih tetap sama seperti dulu. Sepertinya ini sudah mendarah daging.”

Adi turun dari motornya.

“sini aku yang dorong. Wanita itu gak baik jalan sendirian di tempat sepi seperti ini dan mendorong motor yang berat pula.”

“yang lebih aku takutkan adalah aku perempuan, kamu laki-laki, ini jalanan sepi. Nanti apa kata orang?”

Adi mulai serius.

“gini aja, ini kunci motorku, kamu bawa motorku ke bengkel di persimpangan jalan. Nanti aku nyusul.”

“gak papa nih aku tinggal?”

“gak papa, yang penting nanti traktir aku makan ya?” pinta Adi.

“bantuin itu yang ikhlas.”

“ya udah aku ikhlas.” Adi menundukkan kepala.”

“bercanda loh di. Iya deh, nanti kita makan di tempat biasa ya. Udah lama gak ketemu juga kan. Sekalian nostalgia.”

“ya udah sana pergi.”

Raza menaiki motor dan pergi meninggalkan Aditya jalan sendirian mendorong motornya.

Aditya sampai di bengkel. Ia tampak kelelahan. Melihat hal itu, Raza menawarkan minum untuk Adi. Ia langsung menerimanya dan meminum air tersebut dengan cepat. Raza tersadar dengan janjinya kepada Melati. Ia langsung menelfon Melati dan mengabari kalau bannya bocor. Melati memaklumi hal itu dan akan tetap menunggu Raza.

Setelah diperiksa oleh pekerja bengkel, ternyata bocornya sangat parah dan membutuhkan waktu yang lama untuk menambalnya. Raza berfikir untuk mengajak Adi makan sesuai janjinya tadi. Adi sangat senang. Mereka pun pergi dengan menggunakan motor Adi.

“ingat gak kalau dulu kamu sering minta numpang gratis ke sekolah sama aku?” ejek Adi.

“jahat kali kamu Di.”

“bercanda aku Ja, aku hanya mau mengingatkan kalau kita dulu sering pergi bareng ke sekolah. Aku yang lambat membuat kamu lama menunggu di rumah.”

“ya apalagi kamu telah berhasil membuat ayah dan ibu percaya penuh sama kamu.”

Mereka telah sampai di café yang biasa mereka kunjungi. Raza meminta duduk di dekat jendela sebelah kanan. Adi menurutinya. Adi membuka daftar menu dan mulai memesan.

‘Mie pedas level 3 nya 2. Telurnya satu dadar, satu lagi telur mata sapi setengah matang. Minumnya Cappuchino dingin 2. Itu aja. Terima kasih.”

Raza kaget, Adi masih ingat makanan dan minuman kesukaan Raza.

“aku gak nyangka kamu masih ingat makanan dan minuman kesukaan aku.”

“oh ya, ada satu lagi yang pasti bikin kamu lebih kaget lagi.”

Adi membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sesuatu.

‘COKLAT….” Raza terkejut.

“untung ingatan aku masih kuat.”

“terima kasih Adi, baik banget nih bocah. Kok bisa inget sih? Masya Allah.”

“karena aku mencintaimu.”

Tiba-tiba Raza terdiam mendengar ucapan Adi.

“kamu bilang apa?”

“karena aku sahabat tertampan yang kamu miliki. Emang tadi aku bilang apa?”

“bukan apa-apa.” Raza tersenyum dan menenangkan diri sejenak.

Adi membuka pembicaraan dan membuat suasana menjadi jernih kembali.

“bagaimana dengan pekerjaan muliamu sekarang menjadi seorang guru  dan dosen ibu Raza?”

“formal kali ngomongnya.  Ya begitulah, menghadapi siswa dengan mahasiswa itu berbeda. Sekarang Alhamdulillah aku sangat menikmati profesiku sekarang.”

“trus sekarang gak ada tuh kepikiran untuk menikah?”

“aku akan menikah ketika sudah menemukan imam yang baik untukku.”

“btw, Rama apa kabar?”

“sudah 5 tahun lebih aku tidak komunikasi dengannya. Jadi aku tidak tau apapun tentang dia.”

“apakah perasaanmu kepadanya masih tetap sama?”

Raza terdiam agak lama.

“perasaan apa yang kamu maksud? Gak ada lah.”

“hum…oke deh”

“besok datang kan ke acara nikahannya Melati?”

“datang dong. Mau bareng gak? Kan diundangan tertulis Raza and Partner. Nahh biar aku jadi partnernya kali ini.”

“astagaa… mulai dehh.”

Hari sudah sore dan motor sudah diperbaiki. Raza pun berpamitan dengan Adi dan pergi menuju rumah Melati.

Ibu Melati terus menatap Melati yang dari tadi mondar-mandir di depan pintu.

“Mel, acara bentar lagi mulai. Cepat ganti bajumu.”

“tunggu bu, Raza belum datang. Padahal dia udah berangkat sore tadi. Motornya juga mogok di jalan. Hari udah malam.”

“bentar lagi dia pasti nyampe.”

Melati melihat motor Raza di ujung jalan. Hatinya lega karena Raza baik-baik saja. Raza pun sampai di rumah Melati.

“kamu tau sekhawatir apa aku karena ulahmu” Ucap Melati.

“yaa maaf. Untung tadi ada Aditya yang bantuin dorong motor.”

“Adi pulang? Syukurlah. Ibu dari tadi udah menggerutu. Cepat temani aku.”
Acara bainai dimulai. Melati keluar dari kamar bersama Raza.

Pagi harinya, Raza pulang kerumah untuk mengganti pakaian. Hari ini Melati akan menikah. Raza sangat senang karena akhirnya Melati menemukan pria yang baik dan bertanggung jawab.

Setibanya di rumah, Raza melihat sebuah mobil berwarna silver terparkir di depan.

"Sepertinya aku pernah lihat mobil ini. Tapi aku lupa ini punya siapa. "

Raza pun masuk ke dalam rumah. Ia pun melihat sosok laki-laki yang ia kenal sedang berbincang dengan ayah.

"Dr.Gandi?  Ada apa ke rumah? "

Dr. Gandi tersenyum melihat Raza.

KALA ITUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang