Raza menelpon Rama tetapi tidak diangkat. Entah kenapa hati Raza terasa cemas. Malam harinya, Raza masih sangat khawatir. Ia pun kembali mencoba menelpon Rama. Rama langsung mengangkatnya.
"Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa yang sakit? Sekarang dimana? Gak dirawat kan?"
Rama langsung diserbu dengan banyak sekali pertanyaan dari Raza.
"Eitss... eitss... jangan diserbu langsung gitu dong. Tenang. Aku baik-baik saja. Kepala ini yaa dijahit. Sekarang aku dirumah. Tengokin dong, bawa buah tangan juga."
"Orang lagi khawatir dia malah bercanda."
"Sejak kapan kamu khawatir sama aku? Apa pedulimu?"
"Yaa aku peduli." Raza gelagapan.
"Terserahmu lah."
"Yaudah istirahat."
"Gitu doang? Kirain."
Raza menutup telfon dengan perasaan lega karena Rama baik-baik saja.
Sudah 3 hari Rama tidak sekolah. Senin pagi, seperti biasa seluruh siswa dan guru melaksanakan upacara bendera. Siswa memakai topi dan dasi serta berpakaian rapi. Namun selesai upacara, Rama terlihat tidak melepaskan topinya.
"Upacara udah selesai, gak perlu pakai topi lagi."
"Sekarang aku mau pakai topi biar lebih keren."
"Gak biasanya kek gini. Pasti ada sesuatu." Raza membuka paksa topi Rama. Terlihat tatanan rambutnya tidak seperti biasanya, rambutnya pendek. Mungkin sekitar 1 cm. semakin dilihat ternyata bekas jahitan tersebut membuat kepala Rama sedikit botak.
"Ooo... jadi kamu pakai topi untuk menutupi botak."
Rama kesal dan segera mengambil topinya.
"Jangan keras-keras. Nanti fans aku bisa kabur. "Raza tersenyum.
"Gak boleh menutupi kekurangan seperti itu. Tampillah apa adanya kamu."
"Iyaa buk...iya..."
Bel berbunyi, pak Lihar masuk ke kelas. Beliau menjelaskan materi dengan sangat rinci. Setelah itu, beliau memberikan satu soal yang harus dikerjakan oleh para siswa. Mereka tampak serius mengerjakan soal tersebut. Ketika kelas sedang hening, tiba-tiba ada suara musik yaitu lagu Armada yang berjudul Asal Kau Bahagia. Siswa kaget dan mencari sumber suara. Mereka berbisik satu sama lain.
"HP siapa yang bunyi?"
Ternyata musik tersebut berasal dari HP sang bapak. Para siswa menatap beliau.
"Dalam mengerjakan soal matematika itu dibawa santai, jangan panik. Jika kalian menguasai konsep maka soal akan terselesaikan dengan baik dan benar."
Para siswa tertawa melihat tingkah sang bapak. Mereka pun kembali mengerjakan soal sambil menikmati lagu yang bapak putar. Beberapa menit kemudian, Nadya mengatakan kepada bapak kalau ia telah selesai mengerjakan soal tersebut. Bapak pun meminta Nadya untuk membuat hasil yang ia dapatkan beserta cara memperolehnya. Nadya adalah salah satu siswa yang pandai dalam matematika. Dari penjelasan Nadya tersebut, semua siswa dapat memahaminya dengan baik. Pak Lihar menambahkan cara memperoleh jawabannya secara lebih sederhana dan lebih cepat. Kemudian, beliau memberikan tugas untuk dikerjakan sebelum jam pelajaran berakhir.
Bel istirahat berbunyi. Pak Lihar mengakhiri pelajaran dan berjalan keluar kelas. Rani menghampiri meja Sarah yang berada di depan.
"Sarah, berapa uang kas gue yang belum dibayar?"
"Udah 6 hari gak bayar ni. Daripada nanti bapak yang minta, lebih baik bayar sekarang deh."
"Oke, gue bayar untuk hari ini dan 6 hari yang lalu. Ini uangnya." Rani memberikan uang 14 ribu.
Untuk urusan uang kas, Sarah yang handle. Yaa... ia adalah bendahara di kelas IPA 1. Sesuai kesepakatan bersama, uang kas harus dibayar setiap hari untuk persiapan jalan-jalan dan keperluan kelas. Tugasnya berat, apalagi jika harus menagih teman yang sering nunggak.
"Acik, uang kas Acik udah nunggak 2 minggu. Kapan mau bayar? Kita harus beli perlengkapan kelas." Pinta Sarah kepada Rafid.
"Besok ya." Jawab Rafid.
"Seminggu yang lalu bilang besok. 3 hari yang lalu bilang besok. Hari ini juga bilang besok. Jadi besoknya itu kapan sih?"
"Iya deh iya... janji besok. Tanggal 20 September 2017. Pukul 10.30 Waktu Indonesia Barat. Oke Sarah?"
"Oke sip... " Sarah tersenyum.
Sarah pun pergi ke koperasi sekolah bersama Keyla, Via, dan Nadya untuk membeli air minum. Melihat mereka pergi keluar, teman-teman yang lain nitip. Untungnya mereka berbaik hati untuk membantu.
Rahmad sedang asyik menghafal sesuatu dan Adi duduk di sampingnya. Jodi mengahampiri Rahmad dan Adi. Entah kenapa Jodi tampak memijit kepala Adi dan memainkan rambut keritingnya. Adi sangat risih dan mulai memarahi Jodi.
"Apa sih Jod? jauhin tangan lo dari kepala gue sekarang !"
"Sensi banget sih. Biasa aja kali."
Jodi pun beralih mengganggu Rahmad yang tengah serius. Dengan wajah datar, Rahmad memberitahu memberitahu Jodi sesuatu.
"Pasti lo lupa. Kita kan ada tugas ngafal Q.S Al- Baqarah ayat 285-286 dari pak Al."
"Ohh itu kan senin." Jawab Jodi.
Tiba-tiba Adi menepuk punggung Rahmad sangat keras.
"Jadi dari tadi lo ngafal ayat untuk disetor nanti? Sama pak Al? kenapa gak lo bilang tadi sih my Bro, my friend."
"Yaa lo gak nanya. Dan gue gak ada niat untuk ingatin lo. Makanya yang diperbanyak tu bukan gombal, tapi perbanyak ingat tugas."
"Kan disetor hari senin." Jodi meyakinkan mereka.
"Bukannya tadi lo ikut upacara bendera Jod? hari ini senin."
Jodi menepuk kepala dan langsung berlari menuju bangkunya. Ia mengeluarkan semua buku di dalam tas dan langsung menghafal ayat. Begitu juga dengan Adi yang mulai serius.
Bel masuk berbunyi, Jodi dan Adi kalang kabut.
"Udah hafal berapa ayat Jod?" tanya Keyla dari tempat duduknya.
"Satu baris aja belom." Jawab Adi.
Keyla tertawa melihat Jodi. Ia pun meminta Raza untuk menyimak ayat yang telah ia hafal sebelum pak Al datang. Raza menyimaknya dan Keyla membaca dengan lancar. Mereka tertawa bersama.
Keyla adalah teman sebangku Raza. Gadis tinggi berkulit putih itu sangatlah ramah. Terkadang banyak siswa yang menggoda Keyla. Apalagi siswa di kelas. Karena laki-laki di kelas hanya 7 orang, hubungan siswa dan siswi di kelas sangat dekat.
Haykal, teman sebangku Davit yang duduk di belakang Keyla salah satunya. Ia sering meminta Keyla untuk mengajarinya pelajaran yang tidak dimengerti. Keyla dengan senang hati membantu.
Pak Al memasuki ruang kelas. Ia pun mulai membuka map daftar hadir dan langsung memanggil nama siswa untuk maju dan membaca ayat yang telah dihafal.
***
Bel pulang berbunyi, pelajaran diakhiri dengan doa. Di luar hujan lebat, dan mobil angkutan yang biasa Raza beserta teman-temannya naiki sudah penuh. Terpaksa mereka naik angkutan selanjutnya.
Menunggu hujan reda. Raza, Elsa, Bunga, Gina, dan Gita duduk di depan kelas IPA 1. Namun Raza tampak serius memperhatikan seorang siswa yang duduk bersama seorang siswi di depan kelas IPS 3. Semakin fokus memperhatikan, barulah ia sadar kalau itu adalah Rama yang sedang ngobrol sambil tertawa dengan Resa.
Resa adalah wanita ramah dan juga pintar. Seperti Keyla, Resa adalah Primadona nya IPS. Raza dan Resa sempat berteman baik karena Resa pernah pacaran dengan sepupu Raza. Namun semenjak mereka putus, Raza dan Resa juga jarang bicara. Hanya sekedar senyum, salam, dan sapa.
Pikiran Raza mulai berkelana. Beribu pertanyaan pun mulai berdatangan.
"Apa yang sedang mereka bicarakan?"
Namun ia segera menghapus pikiran buruk itu. Hujan sudah reda. Raza dan teman-teman berjalan tangga dan mulai menaiki mobil angkutan sekolah.
Ia berusaha untuk menghapus pikiran tentang Rama dan Resa. Tapi tetap saja hal itu menghantui pikirannya lagi dan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALA ITU
Teen Fictionseperti inilah resiko ketika kita mencintai seseorang yang belum tentu mencintai kita. Apalagi ini adalah cinta yang datang untuk pertama kalinya. Kata orang, cinta pertama itu sulit untuk dilupakan. Dan benar saja, itu adalah hal yang sangat sulit...