Hari ini, menurut jadwal yang kau buat semalam. Pertama, ke tempat pelatih Ukai Ikkei. Tempat latihannya Hinata.
(Mocha nulis Ukai Ikkei pake nama pertamanya ya. Biar ga ketuker sama Ukai Keishin)
"Permisi.." salammu.
"Woah, lama tak bertemu, (name)" begitu kau datang menghampiri, Ikkei langsung menepuk kepalamu.
"Eh, (name) senpai?" Gumam Hinata.
"Halo, Hinata.. aku akan mendata perkembanganmu jadi silakan lanjut latihan" sapamu. Dia mengangguk cepat.
Mendata perkembangan, sambil mengobrol dengan Ikkei juga sesekali meladeni candaan Hinata. Ikkei, beliau juga mengawasi pengamatanmu. Dia banyak memberikan senyum puas dengan hasil pengamatanmu. "Ibumu sudah mengizinkan?" Tanyanya.
"Sudah. Ya agak tidak mudah juga membujuknya" jawabmu. "Bagaimana caranya pengamatanmu bisa berkembang?". "Aku menonton beberapa rekaman pertandingan yang kusembunyikan".
Ikkei menjitak pelan kepalamu. "Ittai-" refleksmu. "Rupanya kepala batu ini sangat keras. Sampai sebegitunya ya tak mau pisah dengan voli" kata Ikkei yang dilanjutkan dengan tawanya.
"Jangan bagus di pengamatannya saja. Nanti kalau ada waktu, aku akan mengajarimu mengumpan lagi"
"Heee?..". Sedikit bocoran, dari dulu kau tak pernah lulus belajar mengumpan dengan Ikkei.
Sekitar 15 menit kemudian, Ikkei menyuruh Hinata istirahat sambil memperhatikan latihan muridnya yang masih sekolah dasar. Dia duduk tepat di samping tempatmu berdiri. Untuk beberapa saat, kamu merasa sebuah tatapan terlempar padamu.
"Ada apa, Hinata?" Dia menaruh tempat minumnya. Kepalanya menengadah ke atas, menatap langit.
"Pelatihan di Tokyo, sekarang aku kesal pada diriku sendiri. Sesuka hati mengatakan yang kuinginkan dan tak mendengar penjelasan orang lain. Kalau saja aku tak seperti itu, mungkin aku dan Kageyama masih berkomunikasi dengan baik sekarang" Hinata menundukkan kepalanya dan menarik rambutnya sendiri dengan kesal.
"Tapi kalau kau tidak seperti itu, mungkin tim Karasuno tidak akan pernah berubah sampai sekarang" komentarmu sambil tersenyum.
Hinata yang mendengar perkataanmu langsung memperhatikanmu.
"Malah kami bersyukur. Hinata, kamulah yang membuat semuanya sibuk sebegininya. Bahkan Tsukki pun mulai berusaha. Tidak ada yang perlu kau sesali dari kejadian itu" Kau mulai menatapnya.
"Kalau khawatir tentang komunikasimu dengan Kageyama. Percayalah, dia pun sama sepertimu. Jadi, tak perlu terlalu dipikirkan oke? Beritau dia senjata barumu yang bisa mengalahkannya!"
Hinata membelakakkan matanya. Dia kembali bersemangat. "Senpai benar! Aku harus mengalahkannya!"
---
Selanjutnya, tempat kedua, Yamaguchi di tempatnya Shimada san. Melihat dia berlatih disertai tatapan fokus yang tak pernah lepas darinya.
Kecuali saat dia gagal, terkadang kamu bisa melihat ketakutannya.
"Shimada san, Yamaguchi.. pernah melakukan kesalahan sebelumnya?" Tanyamu. Shimada melipat tangannya lalu tersenyum.
"Inter high kemarin, dia dimainkan sebagai pinch servis melawan saingan terberat mereka, Aoba Johsai. Tapi dia gagal melakukannya". Kamu mengangguk mengerti. Rasa bersalah pasti menghantuinya. Tapi kalau dibiarkan ketakutan, bisa bahaya juga.
"Yamaguchi!" Teriakmu.
Orang yang kau panggil tersentak kaget. Kamu tersenyum padanya.
"Di seberang net saat tanding itu anak SMA kok" lanjutmu. Yamaguchi tersenyum balik. Dia menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Bagus jika dia memiliki rasa penyesalan di hatinya. Tapi kalau rasa takut itu beda lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Kedua (Haikyuu X Reader)
Fanfiction"(Name)?" "Eh, lho?" "EH?!" "EEEH??!" Mereka adalah teman klub yang memiliki hubungan seperti saudara. Kisah (name) bersama kawan.. bukan. Tapi keluarga gagaknya. Haikyuu ©️ Haruichi Furudate #2 Nishinoyayuu [22/6/2020] #4 Sugawarakoushi [27/6/2020]