-10. Kejadian Itu-

3.9K 631 3
                                    

Alarm berbunyi. Perlahan kau membuka matamu. Rasanya ada yang aneh. Langit langit kamarmu rasanya berputar. Kau meraba dahimu sendiri. "Astaga".

Panas tinggi. Sebenarnya kau sudah merasakannya sejak pertandingan kemarin. Ditambah kemarin kau dimainkan oleh pelatih. Walau cuma sebentar.

"Aku masih ingin bermain" gumammu. Perlahan bangun, dan mulai beranjak dari ranjang. Sesekali tanganmu menyentuh dinding untuk menjaga keseimbangan. Kau tidak akan memberitau Aiko karena dia pasti menyuruhmu istirahat.

Sudah siap memakai jersey hitam dengan aksen merahnya, kamu berangkat ke sekolah. Di sana, beberapa temanmu juga sudah datang. Tinggal menunggu sisa anggota karena bis nya sudah ada juga. Sambil menunggu, seperti biasa kau menghampiri kehebohan para lelaki dengan jersey hutam aksen jingga. Tim voli Karasuno putra.

"Ganbatte ne? Kalian harus membuatku menemani kalian besok di final!" Serumu. Disambut dengan teriakan, dan ucapan terima kasih dari mereka. "Yachi chan, seperti biasa, kabari aku jam nya ya?" Pintamu. Dia mengangguk.

Puk. Aiko menepuk pundakmu dari belakang. "Ayo, (name)! Kita berangkat sekarang. Tim voli, kalian harus membawa dia ke final, ya.." ucapnya sambil mulai merangkulmu. "Tentu!".

---

"Deffense!"

Kalian menang pertandingan tadi siang. Sore ini kalian harus bertanding dengan Kakugawa, salah satu tim kuat di basket putri. Satu cara masuk final, yaitu mengalahkan Kakugawa.

Tim voli putra Karasuno berhasil mengalahkan Aoba Johsai dan masuk ke final. Kau baru mendapat infonya dari Yachi, tepat dua puluh menit sebelum kau masuk ke lapangan. Ingin merasa lega, tapi kau juga masih mengingat janjimu dengan Aiko.

"Bantulah kami mencapai final, ya?"

Sedangkan kondisimu masih sama seperti tadi pagi. Panas tinggi, tapi kau bersikap seolah kau baik baik saja. Sekarang, di bangku cadangan. Kau memperhatikan dengan teliti. Timmu, dan Kakugawa. Memperebutkan tempat di final. Teriakan penonton Kakugawa, ataupun teriakan dari pendukung kalian sama sekali tidak menghancurkan konsentrasimu.

Bukan sih. Mereka berhasil mengacaukan konsentrasimu satu kali. Bagaimana tidak? Pendukung tim kalian adalah tim voli putra yang secara tiba tiba muncul saat kalian bertanding di pertengahan quarter 2.

Sekarang, quarter 2 berakhir. Kau ikut membagikan handuk dan botol minum. Coach memberi pengarahan untuk quarter 3. Setelah pengarahannya selesai, Aiko yang sibuk mengatur nafasnya, menatapmu. Berdiskusi sebentar dengan pemain yang bermain di lapangan. Tak lama mereka tersenyum.

"Coach, biarkan (name) masuk" ucap Aiko

Tim yang duduk di bangku cadangan terkejut. Termasuk kamu yang ditunjuk. Coach pun bingung dengan keputusan Aiko. Namun kemudian, Mizuki, sang wakil kapten ikut membuka suaranya.

"Dia akan menggantiku, coach". Mizuki membuat satu tim lebih terkejut lagi. "Selama tiga quarter ini, dia yang paling banyak memperhatikan pertandingan" lanjutnya.

Coach kemudian tersenyum dan menyetujuinya. Bertepatan dengan wasit yang meminta tim untuk segera masuk ke lapangan. Mizuki memegang pundakmu.

"Pastikan kau menepati janjimu, ya".

Mendapat ucapan itu dari seorang wakil kapten. Dia mengandalkanmu. Di saat bersamaan, kau kembali memikirkan hal itu. Saat kau masih SMP, di Tokyo.

---

"Okamino!! Okamino!!"

Teriakan para pendukung tim lawan sangat keras. Kamu bersusah payah menjaga konsentrasi dirimu sendiri. Nafasmu tersengal-sengal. Respon tubuhmu melambat. Kapten menepuk punggungmu agak keras.

"Fokus, (name)!"

SMP Akarui, sekolahmu. Dengan SMP Okamino. Rival abadi sejak dulu. Dua tim yang termasuk golongan kuat, kandidat juara.

23-24. Timmu unggul dengan selisih satu. Quarter 4. Sekarang waktu pertandingan tersisa 2 menit lagi. Namun tim Okamino semakin ganas dalam menyerang.

"Maju!" Seru kapten saat dia mendapat bolanya.

Kau berdiri di posisimu, dekat dengan ring, mencari celah agar bisa mendapat bola. Sangat sulit ditambah fisikmu yang sudah mencapai batasnya. Sampai kau merasa, sepertinya mustahil ada operan padaku.

"(NAME)!" Teriak temanmu mengoper bola ke arahmu.

Dia mengetahui celah lawan sehingga bolanya dengan bebas menuju arahmu. Tapi, karena kau agak lambat menerimanya, bola itu terpantul dan Okamino mengambilnya dan langsung berlari untuk memasukkan bola.

Jika pemain Okamino itu berhasil memasukkannya, mereka akan mendapat dua poin dan berakhir sudah untuk timmu. Masalahnya adalah, poin itu akan didapatkan karena kesalahan yang kamu perbuat.

"Aaargh!"

Kakimu yang berat itu dipaksa untuk berlari. Mengejar pemain no. 7 Okamino itu. Dia melompat untuk lay up dan kamu pun melompat sekuat tenaga untuk membloknya.

Di udara, kamu baru ingat. Nomor 7 adalah penyerang dengan fisik yang paling kuat. Kau melompat dengan posisi yang terlalu dekat dengannya.

Terlambat. Nomor 7 agak mendorongkan badannya ke arahmu. Kau tak bisa apa-apa. Badanmu terjatuh dengan suara benturan kaki yang keras.

Priit! Zraash! Buzzer beater. Bolanya masuk tepat saat peluit tanda berakhirnya permainan berbunyi.

Skor, 25-24 oleh Okamino. Teman temanmu langsung menghampirimu.

"Daijoubu?" Tanya mereka. "Daijoubu". Jawabmu pelan. Namun saat kau mencoba berdiri, trak! Sakit yang sangat luar biasa kau rasakan di daerah pergelangan kaki. Memang ada salah pendaratan. Kau berteriak kesakitan. Dituntun oleh kapten menuju ruang kesehatan.

Di ruang kesehatan, kau menundukkan kepala padanya. "Sumimasen!" Ucapmu dengan deraian air mata. Sang kapten tidak membalas sepatah kata pun. Dia berlalu dan keluar begitu saja.

Cedera, lalu kekalahan tim. Keduanya disebabkan karena kelalaian satu detikmu dan sikap gegabahmu. Diabaikan oleh kapten bukanlah hal yang bisa disepelekan.

---

Priit!

Peluit sudah dibunyikan. Kau dan timmu kembali masuk ke lapangan. Quarter empat, quarter terakhir melawan Kakugawa. Harus dimenangkan!

°●--------------------●°

Keluarga Kedua (Haikyuu X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang