Part 4

26 1 0
                                    


Akhirnya pernikahan antara Putri Dandelion dan Ksatria Langat digelar, sayangnya tidak semua merasa bahagia dengan pernikahan itu, salah satunya Raja Tikus yang tak rela melihat kebahagiaan Istana Pelangi. Maka pada malam pengantin Putri Dandelion dengan Kesatria Langit, Raja Tikus merencanakan penyerangan dibantu bangsa iblish yang memang sudah lama sekali menaruh dendam kepada Putri Dandelion serta Raja Langit karena mereka selalu ikut campur dalam urusannya. Hingga di malam yang harusnya indah itu seketika berubah menjadi malam paling mengerikan. Seluruh wilayah Negeri Awan dihiasi pertempuran dan Putri Dandelion harus menyaksikan orang-orang terdekatnya bersiap untuk peperangan bahkan suaminya sendiri.

"Tetaplah di istana apa pun yang terjadi"

"Aku takut sesuatu yang buruk terjadi padamu, Raja Tikus melibatkan bangsa iblish"

"Aku tidak sendiri, para ksatria bahkan sahabatmu Dewi Garuda juga ikut membantu"

"Tapi..."

"Dengar, aku adalah Ksatria Langit dan tak akan semudah itu dikalahkan"

Putri Dandelion berusaha mempercayai ucapan suaminya tapi kegelisahan tak bisa begitu saja menyingkir dari hatinya, apalagi melihat begitu banyak kesatria-kesatria hebat tumbang hingga membuatnya ragu apakah suaminya akan berhasil mengalahkan mereka. Meski demikian ia tak bisa menghalangi suaminya untuk turun ke medan perang mengingat sang suami adalah seorang ksatria dan pantang duduk diam saat melihat kezaliman terjadi di depan matanya.

"Aku sangat mencintaimu dan tidak mungkin akan bertindak gegabah pada hidupku yang aku tahu tanpa aku, kau akan tenggelam dalam kesedihan"

"Kembalilah dengan selamat"

"Aku akan berjuang untuk seluruh rakyat dan hidupku karena hidupku saat ini bukan hanya milikku tapi juga milikmu" kata Ksatria Langit sembari memeluk tubuh istrinya yang terasa gemetar dalam pelukannya. Ia tahu tak akan mudah meyakinkan sang istri tapi ia tak punya pilihan, seorang ksatria harus mengutamakan rakyat bukan hanya pribadinya.

"Aku pergi, jaga dirimu baik-baik cintaku" katanya sembari berlalu pergi dan berangkatlah Ksatria Langit menuju medan perang. Dengan berat hati Putri Dandelion melepaskan suaminya pergi dan pada malam nan indah berhiaskan purnama itu para ksatria pergi meninggalkan istana menuju medan perang. Mantra sihir dilepaskan Tuan Ben untuk melindungi istana serta Putri Dandelion yang hanya berteman para Dewi, Ratu Naga dan Ratu Kerapuhan.

"Yang Mulia jangan khawatir, mereka orang-orang hebat" kata Dewi Rindu sembari memeluk Putri Dandelion.

"Aku benar-benar kesal, kenapa mereka juga melarangku ikut, tidakkan mereka tahu aku adalah Ratu Naga, kekuatanku sangat berguna di medan perang" kata seorang perempuan bertanduk naga yang tak lain adalah Ratu Naga dan di tengah situasi mencekam seperti ini ia justru ditahan untuk tidak meninggalkan istana.

"Apa kau lupa apa yang diucapkan tuan Ksatria Langit? keberadaan kita adalah prisai terakhir untuk menjaga istana dan Putri Dandelion, terutama kau, jika tak ada kekuatanmu bila musuh menyerang siapa bisa menghadapi, kekuatan kami tak cukup untuk mengalahkan mereka" kata Dewi Rindu yang lagi-lagi ia harus mengulangi penjelasan Ksatria Langit pada Ratu Naga tapi mau bagaimana lagi Ratu Naga sangat keras kepala, ditambah lagi ia masih sangat mudam, emosinya sering kali meluap-luap.

"Oh ya aku baru ingat ternyata selain para dewi istana ini banyak juga dihuni para ratu, padahal dulu kata Yang Mulia ini istana hanya untuk tempat para ksatria dan dewi" kata Ratu Kerapuhan untuk mengalihkan pembicaraan dan kebetulan ia memiliki sebuah pertanyaan menganjal yang selama ini disimpannya.

"Kalian bukan Ratu dari istana tapi Ratu dari kekuatan elemen kalian sendiri, itu sama seperti seorang dewi"

"Begitu rupanya"

Dongeng Istana PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang