Author pov.
Hari ini sudah memasuki hari ke 4 dimana rey hanya bisa terbaring di kasur rumah sakit itu.Rey sebenarnya sudah tidak betah, berbagai cara dia lakukan untuk pergi dari tempat ini namun selalu tak berhasil karena gladis melarang.
"Ayolah sayang kita pergi aja yuk"rey terus memohon pada gladis dan yang diajak bicara hanya menggelengkan kepala.
"Nanti kamu siapa yang anter kuliah hayo?"
"Ada dara dan pacarnya"jawab gladis ketus
"Ish ga boleh tau ganggu orang pacaran"kata rey terus berusaha.
"Terserah"ucap gladis
"Huftt.."rey pasrah berusaha untuk keluar dari rumah sakit ini dan merayu gladis.
"Kenapa sih memang?kan belom sembuh total juga kamu"ucap gladis yang melihat rey pasrah.
"Gaenak tau"
"Pokoknya gaboleh keluar sebelum sembuh."ucap gladis tegas
Rey masih memikirkan caranya,dia melihat sekeliling objek kamar berusaha memikirkan cara.
Hingga ada satu cara yang menurut Rey paling ampuh untuk gladis.
"Eh yang bawa aku kesini siapa?"ucap rey dan sontak gladis melihatku sejenak dan mengedikan bahunya memfokuskan pada handphonenya yang digenggam.
"Sayang,ini kann rumah sakit mahal.."ucap rey menatap gladis yang masih fokus pada handphone nya.
"Lalu?"
"Siapa yang bayar!?"ucap rey dengan senyum miring karena gladis diam terkejut.
Gladis POV.
"Siapa yang bayar!?"
Seketika tubuhku terdiam kaku, kali ini dia benar siapa yang akan bayar?gak mungkinkan gw? apa-apaan ini kenapa baru sadar sekarang.
"Shit."
"Gw baru inget ini rumah sakitkan mahal"gumamku dan segera ku melirik Rey dan dengan wajah sok polosnya rey heran.
"Kenapa kamu?"
"Astagaa..Kenapa-kenapa lagi?ini siapa yang bayar rey,gw mana bisa bayar rumah sakit ini.Apa gw pinjem mantan gw aja kali ya?"ucapku dengan entengnya hingga rey terkejut "ah iya bener pinjem aja,eh gak paling juga dikasih"sambungku
"Apa-apaan kamu?gak ada ya berhubungan sama mantan"
"Terus lu pikir lu bisa bayar nih rumah sakit hah!?"ucapku keras sehingga rey langsung menundukkan kepalanya membuatku merasa bersalah.
"Huft.."gumamnya.
"Eh eum,yaudah coba gw tanya dulu ke kasirnya"ucapku dan langsung pergi keluar kamar
🌸🌸🌸
"Mbak saya ingin bertanya"ucapku
"Oh iya ada apa ya?"
"Saya mau tanya harga penginapan ruang 167 atas nama rey arka berapa ya?"tanyaku
"Rey arka 167 ya sebentar..oh ini sudah dibayar kak"ucapnya hingga membuat ku terkejut
"Loh udah dibayar?atas nama siapa?"
"Maaf kak,saya tidak tau ini tidak ada namanya karena kemungkinan bukan saya yang menerima uangnya,coba kakak tanya pada mbak itu"ucapnya menunjuk salah satu rekannya dan segera ku hampiri
"Mbak maaf,saya ingin bertanya.Kamar atas nama rey arka kenapa orang yang membayar tidak ada namanya"
"Oh itu tenang saja kak,sudah dilunasi kok sampai hari besok.Tapi maaf saya tidak bisa memberi tau orangnya kak karena permintaan beliau."
"Memang berapa mbah totalnya?"
"Iya karena pak rey diperbolehkan pulang besok yang berarti 5 hari,tagihannya sebesar 10 juta kak"katanya dan sontak mataku terbelalak.
"Oh oke mbak terimakasih"kataku dan dia hanya mengangguk tersenyum.Segeraku pergii kekamar rey.
Saatku ingin membuka pintu,aku terkejut rey sedang bertelepon dan mengatakan.
"Oh oke bagus, terimakasih jangan beritahu siapapun ya."
Sontak isi kepalaku menjadi pusing,banyak kejadian aneh saat rey masuk rumah sakit dan kini ada lagi.
Ceklek.
"Eh gladis,gimana?"
"Aneh"ucapku
"Hah,apanya?"ucap Rey
"Semuanya.Sebenarnya kamu ini siapa sih?"
"Loh aku rey lah "
"Ck,lu kerja apa?"tanyaku
"Karyawan biasa"
"Tapi tadi ditelepon lu ngomong sesuatu"dan rey terkejut namun segera kembali normal.
"Ah itu,tidak apa-apa.kenapa?
"Ada orang yang sudah bayar tagihanmu"
"Wah baik banget,siapa dia?"
"Hah,tidak tau.Padahal jumlahnya sangat banyak sebesar 10jt"
"Ohh"sontak mataku melotot
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
TBC❤
JANGAN LUPA VOTE YA!
-Cha
KAMU SEDANG MEMBACA
My Medit Boyfriend{Completed}
Teen FictionFirst story,Enjoy this story with ease✨. Remaja jaman sekarang kebanyakan mengartikan kata 'pacaran' untuk kesenangan pribadi entah seperti salah satu pihak irit biaya atau hanya menggunakan kata itu untuk dipublikasikan seakan mereka 'laku'. Seper...