18. Pregnant?

8.3K 650 76
                                    

Kenan tersenyum membawa nampan dengan satu tangan seiring mendekat pada rumah panggung berbentuk mini dengan lebar dan tinggi tak lebih dari dua meter. Di sana Celine duduk di teras kayu dengan dua kaki turun menggantung.

Sekarang malam hari, Kenan datang 5 jam setelah mereka bercakap di telfon tentang kehamilan tadi.

"Sini duduknya, deketan. Hehe." Celine dengan manis menepuk sisi tempatnya duduk. Bibirnya melengkung cukup lebar.

"Kamu kelihatan tenang. Perkiraan abang bener?" Tanya Kenan mengulum senyum manis kala Celine mengambil mangkok berisi bubur kacang ijo dari nampan.

"Yup! A litte bit," timpal Celine mengedik tak acuh.

"Makasih, ya, abang udah cepet dateng. Pasti aku ganggu waktu kerjanya abang." Celine menangkup mangkuk mungil di dekat dagu, matanya menatap penuh berterima kasih.

"Abang suka, kok, diganggu kamu." Kenan yang bukan sosok ekspresif itu mengulum senyum atas ucapannya sendiri.

"Iih! Gommbal!" Ejek Celine mendekatkan bahu, mendesis tepat kala wajah mereka berdekatan.

"Haha." Kenan terkekeh menerima asongan wajah cantik ini.

"Ih! Kok, ketawa? Berarti bener, kaan? Sekedar gombal doaang! Hmm?!!" Pekik Celine melotot begitu galak.

"Iih! Ga tahu, ah!" Rengeknya menghentak kedua bahu.

"Ga tahu, ga tahu, ga tahuuu!!" Jerit Celine seperti biasanya, tak bisa tenang, kepalanya menggeleng kuat ke sana ke mari, rambutnya sampai berantakan.

Bibir Kenan mengulum senyum tipis kala menyaksikan Celine yang terus menggerutu. Celine bahkan melahap bubur kacang ijo dengan suapan besar. Redupnya suasana tak membuat cantiknya wajah seorang Celina luntur.

"Ck! Ngapain lihat-lihat?!" Sembur Celine dengan galak pada Kenan hingga Kenan sedikit terperanjat.

"Cantik." Kenan mengedip lembut tanpa bermaksud menggoda.

Celine menggigit bibir bawah seiring menelisik wajah tampan ini. Kenan terus saja menatap padanya seperti masuk ke dunia lain. Celine dibuat gemas. 

'Cuup!!'

Celine begitu antusias menekan bibirnya pada bibir Kenan. Kepala Kenan sampai terdorong, Kenan terpejam terkejut.

"Hihihi." Celine bersemu merah seiring memundurkan wajah, kembali duduk seperti semula.

Kenan membeku terus memandangi wajah cantik Celine. Kenan merasa tersanjung mendapat kecupan itu. Celine adalah sosok yang berbuat sesuatu sesuai dengan suasana hati.

"Umm,.. ck! Ummm,..." Celine mengalihkan pandangan. Matanya sibuk memikirkan akan hal, menjelajahi pemandangan sekitar kediaman Kenan yang begitu luas ini.

"Emm apa?" Tanya Kenan tak tahan.

"Aku bilang ke mamih sama papih kalo kita mau nikah. Abang ga papa? Aku bilang kita mau cepet-cepet nikah. Aku ga tahan jauh dari abang. Aku bilang gitu." Celine amat serius menatap pria dewasa yang banyak berkorban untuknya ini.

"Kita harus cepetan nikah pokoknya. Biar nanti pas mual-mualnya kita pas lagi bulan madu. Nah! Kan, semuanya jadi pada ga tahuu. Kaan? Hehe," imbuh Celine begitu girang. Tak sadar dirinya meraih posesif tangan Kenan.

Kenan terus saja diam. Kini pandangannya tertuju pada jari-jari mungil yang begitu erat menggenggam.

"Abang? Abang, kok, diem?" Ucap Celine dalam sekejap kehilangan rasa percaya diri.

"Abaaang,.. abang ga mau?"

"Kata siapa? Aku mau, kok. Aku cuma kaget aja ini tiba-tiba. You serious?" Ucap Kenan menelisik wajah cantik yang membeku itu.

My lovely sweet Celine [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang