Di malam yang sunyi ini Kenan merebahkan tubuhnya di atas ranjang membuat dua tangannya melipat di bawah kepala, dijadikan bantalan olehnya. Otot lengan Kenan terekspos bebas dibuatnya.
"Celinee, Celinee. Ada-ada aja," ucap Kenan menatap menerawang.
Perlahan bibir itu melengkung manis, sudut matanya menyipit. Kenan bahagia sekali akan menikah dengan Celine.
Jikalau mempelai wanitanya adalah seorang Celina, apalagi yang harus dirinya pertimbangkan? Kenan cinta pada gadis cantik itu, Kenan suka saat selalu bersama, Kenan tak suka kala berjauhan.
"This is like a dream. Dreams come true, unbelieveable," ucapnya dalam hati.
Tetra mata berwarna turquoise itu perlahan menutup tenang. Dadanya naik turun dengan tenang. Bibirnya mengelengkung tipis tanpa ia sadari.
Malam berlalu, kini hari telah berganti. Sudah pagi hari, suasana rumah Fira hidup begitu hangat. Fira dan Arnold berolahraga yoga di dekat kolam renang, sedangkan Kenan ada di sudut seberang lain dari kediamannya. Kenan memilih olahraga parkour. Baginya olahraga ini pembangkit gairah hidupnya tuk menjalani hari.
"Iya, iya, siang gue langsung ke kantor, kok. Gue mau meeting juga." Celine melangkah seperti tanpa tujuan. Pandangannya begitu serius.
Celine masih dengan penampilan semalam. Celine memakai kaos pendek dan celana kaos setengah paha. Perut dan pinggang belakangnya terekspose bebas.
"Oh, oh iya! Itu sepuluh pegawai expert kita mau gue carter. Mereka bikin baju gue tiga hari ini. Pokoknya ga boleh dikasih tugas lain!"
"Oke, mbak Celine! Biar saya kasih tahu mereka."
"Siip! Sip! Thankyou Hawa!" Ucap Celine mengangguk puas. Senyumnya merekah sempurna.
"Sama-sama, mbak Celi–."
'Tuut!'
"Hai!"
"Aakh! Aww! Kageet!" Pekik Celine mendongak menutup mata.
"Hiks. Iiih! Abaang! Awas ya!! Eergh!" Gerutu Celine cemberut. Dengan marah Celine memberi pukulan pada lengan Kenan.
"Iih! Si patung! Bukannya minta maaf, malah jadi Malin Kundang!"
"Haha! Okay, okay, i'm so sorry." Kenan menggeleng, senyumnya merekah sempurna.
Celine mendelik kesal. Ia biarkan Kenan mendekap posesif. Kenan tidak tertawa besar, bahkan tak banyak mengeluarkan suara, tapi justru terus mengulum senyum.
"How do you feel?" Tanya Kenan menggesekkan dagu pada ujung kepala Celine. Tangan besarnya mengusap pada perut Celine.
"Apa? In–ini?"
"Iya, perut kamu. Anak kita!" Timpal Kenan tersenyum manis.
"Why? Kenapa diem?" Tanyanya menelisik wajah cantik Celine. Celine merenung, terlihat pikirannya begitu berat.
"Uummh,.. aku ke kitchen. Bye!" Ucap Celine tanpa disangka melepas tangan Kenan dari perut. Celine meninggalkan Kenan tanpa peduli dirinya telah membuat Kenan merasa bersalah.
"Bi, mau itu, dong. Satu, yang apel!" Titah Celine menunjuk sesaat pada kulkas besar yang sedang diperiksa oleh dua pelayan. Celine melangkah begitu saja menuju meja makan, lalu duduk dan memainkan ponsel.
"Maaf, nona Celine, minuman yang mana, ya?" Tanya salah satu pelayan.
"Ck! Kalo saya bicara itu perhatiin, dong! Lagian rasa apel cuman ada di jeli. Makanan lain ga ada rasa apel! Berarti saya minta jeli!!" Bentak Celine melotot galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My lovely sweet Celine [ON GOING]
General FictionSejak kecil, Kenan sangat suka sekali pada bayi bernama Celine. Ternyata hingga besapun dirinya jatuh hati pada gadis ini. Meski gadis itu manja, sangat manja, selalu mengatur, banyak menuntut, tapi bagi Kenan, Celine sangat menggemaskan, manis, dan...