Prolog

309 122 121
                                    

Lampu kedap kedip dijalanan membuat gadis itu tersenyum. Matanya tak henti memandang jalanan yang terus bergantian. Gadis itu berpaling melihat sosok yang berada disebelah kirinya. Wanita paruh baya itu sedang mengemudi dengan ponsel tepat di telinga kirinya.

Entah suara wanita itu yang terlalu kecil atau suara jalanan yang begitu bising sehingga gadis yang diperkiran berumur 15 tahun itu tidak dapat mendengar pembicaran antara wanita itu dengan orang diseberang sana. Mungkin telinga gadis itu tidak dapat mendengar pembicaraan tersebut namun dirinya dapat melihat dengan jelas raut wajah yang mulai berubah menjadi sendu hingga tetesan bening luruh dari tempatnya. Wanita paruh baya itu menangis.

"Tante kenapa?" ucap gadis itu. Sejenak tak ada jawaban membuat dirinya terpaksa mengulang pertanyaannya. Entah sudah berapa kali gadis itu bertanya namun tak ada satu kata pun keluar dari mulut wanita disampingnya itu. Gadis itu memilih untuk berpaling menghadap kedepan tepat keposisi sebelumnya. Gadis itu menyadari satu hal bahwa mobil yang sedang dirinya tumpangi perlahan kecepatannya mulai bertambah. Gadis itu memilih memejamkan matanya berharap dapat menghilangkan rasa takutnya.

TITTTKKKKK

Suara klakson mobil membuat gadis itu membuka matanya dengan tiba-tiba. Kepala wanita paruh baya itu telah menimbulkan suara bising. Iyaa, wanita itu telah jatuh pingsan dengan kepalanya diatas setir mobil. Hal tersebut membuat mobil berjalan tidak tau arah.

"TANTE AWASSS"

Bbrrukkk

"Aw badan gue sakit banget" gadis itu terbangun dari tidurnya. Rasa nyeri ditubuh membuat gadis itu sadar bahwa kejadian itu benar-benar terjadi. Kejadian itu kembali dalam mimpinya. Gadis itu menurunkan kakinya dari atas ranjang rumah sakit. Gadis itu menoleh melihat kearah pintu. Perlahan pintu terbuka. Dari balik pintu muncul seorang dokter dan beberapa suster yang kini sedang menanyakan keadaannya. Disusul oleh seorang wanita paruh baya yang muncul dari balik pintu.

"Agrelia kamu tidak apa-apakan sayang?" tanya wanita itu. Agrelia hanya mengeleng pelan dengan dokter yang masih memeriksanya.

 A dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang