Chapter 4- Hati yang merindukan

470 78 105
                                    

Chapter 4
Hati Yang Merindukan

Ada sesuatu yang terjadi kemarin malam. Naell sudah curiga tentang hal itu. Tetapi dia tahu, percuma saja bertanya. Lu tidak akan mengatakan kebenarannya. 

Pagi ini, mereka kembali sibuk di perpustakaan kota. Seperti kemarin,  Lu, Naell dan Zuko membaca beberapa literatur bersama.

Walau buku itu terbuka lebar. Lu terus-menerus menatap halaman yang sama. Merasa kesal, buku itu ditutupnya dengan keras.

Wajah Dexa, ciuman penuh hasrat dan kata-kata misterius yang Dexa tinggalkan. Membuat Lu tidak bisa berpikir tenang.

Mereka ada di sini dan pasti sedang merencanakan sesuatu. Teyapi Lu langsung tersenyum tipis. Begitu menyadari tempat di mana Dexa berada.

Dia juga menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa malah terhanyut dengan kecupan itu.

"Panas."

Lu terperangah begitu Naell meletakkan punggung tangannya di atas keningnya.

"Lo gak demam, kan?" Naell kembali bertanya. Raut wajahnya nampak khawatir dan itu membuat Lu merasa bersalah.

Entah mengapa, Lu merasa seperti telah berbuat dosa dengan bertemu Dexa tanpa sepengetahuan Naell.

"Maafin gue, Naell," keluh Lu.

"Maaf untuk apa?" Alis Naell bertaut bingung.

"Soal tadi malam." Lu memulai ceritanya. "Seharusnya gue gak keluyuran di tempat aneh itu. Soalnya, gue mencurigai sesuatu di sana."

Senyum di wajah Naell terbit. Lalu ia meraih jemari Lu dan merekatkan jarinya.

"Tak apa. Lupakan soal itu. Gue juga minta maaf. Karena kemarin gue terhalang seorang wanita penggoda."

Zuko yang duduk di hadapan mereka. Hanya melipat tangan di depan dada dengan hati dongkol. Dia mulai sadar, sejak ikut dan bergabung bersama Naell. Dia seperti obat nyamuk di antara dua sejoli itu.

Lagi pula, Zuko tidak bisa memprotes. Naell dan Lu terikat. Tetapi bukan itu yang jadi duduk persoalan. Naell menyukai Lu atau mungkin mencintainya. Tetapi, Zuko tidak yakin dengan perasaan Lu pada Naell.

Mengingat, Lu pernah menyukai Dexa dan entah apa perasaan itu masih ada di sana atau justru telah menghilang.

Zuko pun mulai mengambil sebuah buku dan menyibukkan diri untuk membaca. Batu sihir telah lama hilang dan tidak ada satu pun petunjuk yang bisa digunakan untuk mencari.

Bahkan, jika kementrian sihir belum bisa menemukannya. Itu artinya, tak seorang pun tahu. Yang jadi pertanyaan, siapa yang memegang batu sihir yang diberikan oleh orang tua Lu.

Zuko sudah bertanya soal ini pada Shaun. Tapi, Shaun pun juga tidak tahu. Misteri kematian orang tua Lu dan hilangnya benda pusaka itu menjadi misteri. Mereka harus segera mendapatkannya. Sebelum Dexa memulai aksinya.

.
.
.

"Ayah," panggil Alya. "Aku rasa, Dexa ada di sini. Apa ayah merasakan mana nya?" tanya Alya seraya meletakkan cangkir berisi teh hangat di depan meja Kaisar Sihir.

RAIKAGE (Season 4 Penyihir Diwangka)ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang