Chapter 17- Kebangkitan Amazora

320 52 42
                                    

Chapter 17
Kebangkitan Amazora

Arsenal menggeram. Teman-temannya dalam bahaya. Tetapi, ia sama sekali tidak bisa membantu.

"Hancurkan Malika," lirih Kaisar Gras.

Raja Tristan menoleh dengan pandangan keberatan. "Kau yakin?"

Kaisar Grass mengganguk pelan. Mereka harus mengambil keputusan. Segala pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing. Namun, untuk memilih. Mereka harus memilah dampak yang paling rendah.

Raja Tristan pun melirik ke arah sang putra. Arsenal sendiri tampak setuju dengan usul tersebut. Dia pun hanya mengganguk kecil pada sang ayah.

Keputusan akhir tercipta. Raja Tristan menyetujui usulan sahabatnya. Lagi pula, mereka tidak bisa membiarkan Lexio membuat Dexa membunuh Lucy. Satu orang Kagemora saja, sudah membuat semua orang kewalahan. Apalagi jika bertambah dua.

Kelopak mata Naell perlahan-lahan terbuka. Dia menjadi satu-satunya orang yang terakhir siuman. Netranya langsung membulat besar. Ketika melihat Lu dianiaya oleh Kiel.

"Keparat!!" makinya.

Dia berusaha melepaskan ikatan yang membelenggunya. Namun, sama seperti Lu. Tambang tersebut juga telah disihir.

Jae, Tazu, Eivan serta Zuko. Melemparkan tatapan kesal pada sang mantan anggota. Seharusnya, mereka berempat bisa mengalahkannya. Tapi, lagi-lagi mereka kalah untuk trik yang dilakukan oleh Kiel.

"Lu!!" teriak Naell

Kepala semua orang tertoleh pada sang pemimpin Seven Servamp. Lexio fortana hanya tersenyum tipis.

Batas waktu dari kekuatan Amazora akan mendekat. Perlahan, warna iris mata Lu pun mulai berubah. Dari cokelat menjadi biru.

Sementara menunggu waktu. Lexio memilih mengamati kumpulan orang di luar kubah.

"Dexa," panggilnya, "apa lo bisa membereskan mereka?"

Dexa tak menyahut. Dia hanya melirik sekilas. Lalu memandang ke arah Naell.

"Gue lebih suka melawan dia."

Suara tawa terdengar dari bibir Ragil. Dalam satu kali jentikkan jari. Tali tambang yang mengikat Naell terlepas. Tanpa membuang waktu, Naell langsung melesat ke arah Lexio yang kemudian dihadang oleh Dexa.

"Minggir!!" marah Naell. "Lo urutan kedua. Gue harus membunuh Lexio!!"

"Tidak, lo tidak bisa melakukannya. Lo harus melawan gue terlebih dahulu."

Ragil hanya tersenyum tipis. Ia senang , melihat bagaimana Naell dan Dexa saling bertengkar.

Ketika Naell berjalan ke arah kanan. Dexa pun melakukan hal yang sama dan hal itu membuat Naell semakin geram dengan sikapnya.

"Gue gak ngerti dengan jalan pikiran lo," ujar Naell. Dia mencuri pandang ke arah Lu. "Awalnya gue percaya sama lo. Tapi sekarang—"

Naell langsung menebas dada Dexa dengan sebilah pedang berkabut miliknya. Dexa sedikit cedera, tapi itu tidak membuatnya cukup terluka.

Sesuatu terlihat bersinar dari dalam baju Arsenal. Bukan hanya itu saja, hal yang sama. Terjadi pada pula, pada Lu, Dexa dan Naell.

Mereka saling pandang satu sama lain. Arsenal pun menarik keluar sebuah liontin bunga sakura dari dalam kaos pakaian yang ia gunakan.

Benda pipih itu nampak bercahaya. Dexa lebih terkejut. Karena kalung pemberian Lu tiba-tiba bercahaya.

Ragil sudah berdiri di depan Lu dengan sorot kebingungan. Wanita Amazora itu sepenuhnya mulai kehilangan kesadarannya. Kiel pun mencoba menggapai kalung yang tersemat di leher Lu.

RAIKAGE (Season 4 Penyihir Diwangka)ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang