Chapter 6

19.3K 728 12
                                    

Prilly POV

Aku menghempaskan tubuhku ke kasur Doraemon setelah mandi dan mengganti dressku dengan baju biasa. Kulihat jam dinding kamarku. Jam 7 malam. Tiba-tiba, ada bunyi sms masuk dari HPku. Akupun membukanya, nomer asing. Siapa dia? Akupun membukanya karena penasaran.

From: 0897560xxxx

Inget, gue baik ke lo bukan berarti urusan kita selesai!

-Ali-

Ck! Ternyata dari Ali Baba. Aku baru inget, tadi pas mau balik dari Zangrandi, aku sama dia sempat bertukar nomer hp agar orang tua kami tak curiga. Tunggu, urusanku sama dia belum selesai? Apa yang mau dia lakukan? Belum aku ingin menjawab sms itu, sudah ada sms masuk lagi. Dari nomer yang sama.

From: 0897560xxxx

Gue mau, lo pikirkan gimana caranya perjodohan ini dibatalkan. Gue gak mau dijodohin sama lo!

Persetan denganmu, Ali! Sapa juga yang mau dijodohin sama kamu? Usiaku sama Ali terpaut 7 tahun, sangat jauh kalo menurutku. Dia sudah berumur 25 tahun. Seperempat abad. Aku tau umurnya karena sempat tanya ke papa tentang itu. Sedangkan aku? Masih 18 tahun! Mamaaa papaaa, aku gak mau dijodohin sama diaaaa!!!!! T_T

Akupun membalas smsnya. Tapi sebelumnya, aku sudah menyimpan nomernya. Kuberi nama dikontak HPku 'Ali Baba'

To: Ali Baba

Heh, kamu pikir aku mau dijodohin sama kamu? Aku juga mikir kali gimana caranya! Maaf, urusan yang mana ya? Kok aku gak tau?

Klik 'Send'

Aliiiiii!!!!!!! Mengganggu ketenanganku aja! Kesel kan jadinya! Lebih baik, aku latihan dance saja. Besok subuh belajarnya. Dengan lagu dance hasil modifikasiku dengan teman sesama dancer sebagai penghantar lagu. Aku mulai menggerakkan badanku, mengikuti irama lagu. Sesekali aku salto, split, bahkan memutarkan kepala dilantai (maaf author lupa namanya apa wkwkw) *getok author*

30 menit kemudian, aku sudah selesai dancenya. Aku kembali menghempaskan tubuhku ke kasur karena kelelahan. Lalu, aku pun sudah ke alam mimpi. Tanpa memperdulikan suara dari HPku yang terus berbunyi.

*SKIP*

Aku terbangun pukul 3 pagi, karena memang udah niat belajar sebentar sebelum berangkat ngampus. Akupun mandi dan sudah menggunakan baju santai. Dan mulai membuka salah satu matkul dan meringkasnya, agar lebih mudah belajarnya meskipun sedang bepergian.

2 jam kemudian, aku mengakhiri sesi belajarku. Dan beralih ke HPku yang sejak semalam tak kusentuh. Dan betapa kagetnya ketika aku membuka HPku, terdapat 23 sms masuk dan 10 panggilan tak terjawab. Semuanya dari Ali. Aku kesal dibuatnya.

"Ganggu banget sih!" gerutuku hendak menaruh kembali HPku, namun tiba-tiba ada telpon masuk ke HPku. Tertera nama 'Ali Baba' dilayar HP. Aku mengangkatnya.

"Heh cewek saiko, lo semalam kemana aja? Kenapa sms gue gak dibales, kenapa telpon gue gak diangkat?!" "Bukan urusanmu" "Gila ya, lo itu cewek apa bukan sih? Jawabnya singkat banget!" "Masalah?" "Ya masalah lah!" "Yaudah" "(menghela nafas kasar) Apa sih mau lo?" "Gak tau. Bye!" KLIK! Sengaja aku putus sebelum terdengar omelannya yang bikin muak mendengarnya. Bodo, aku mau ganti baju dulu, mau berangkat kampus. Gak peduli yang diseberang sana sedang menggerutu kesal karenaku.

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Ali POV

An**ng! Berani-beraninya dia memutuskan sambungan telponnya dengan gue! Ogah sebenernya gue telpon dia, kalo bukan karena ngajak dia berpikir cara membatalkan perjodohan ini. Gue niatnya ngajak dia ketemuan untuk membahas ini. Tapi, sepertinya dia menolak. Gue semakin kesal dibuatnya.

TOK TOK TOK!!! Terdengar suara ketukan pintu kamarnya.

"Iya sebentar" ucap gue. Setelah gue buka, terlihat papa sedang berdiri, menyandarkan tubuhnya ditembok.

"Papa, ada apa?" tanya gue dengan muka dibuat seperti baru bangun tidur.

"Papa bilang sama kamu. Mulai saat ini, kamu harus anter jemput calon istrimu di kampusnya. Dan sekarang kamu ke rumahnya, karena pagi ini dia gak membawa mobilnya ke kampus" kata papa, sukses membuatku kembali membelalakan mata. Ini sama aja gue jadi supir pribadinya dia!

"Tapi, papa tau darimana kalo dia gak pake mobil?" tanya gue, berusaha mencari cara agar papa menarik ucapannya.

"Papa barusan telpon om Rizal, dia bilang mobilnya Prilly lagi dibawa mamanya pergi. Ini kesempatan kamu buat anter jemput dia"

"Tapi pa........"

"Gak ada tapi-tapian! Nurut atau papa turunkan jabatanmu di perusahaan papa!" ujarnya terdengar seperti perintah.

"APA?!" pekik gue kaget.

"Mau protes? Silakan! Kamu membujuk papa dengan cara apapun, papa tetap pada pendirian papa!"

"Oke oke, Ali nyerah!" kata gue pasrah.

"Good boy!" Lalu pergi meninggalkan kamar gue.

Gue masuk kembali ke dalam kamar. Gue mengusap wajah dengan kasar. Gue frustasi. Bisa-bisanya papa nyuruh gue buat jadi supir pribadinya Prilly. Ini sama aja meruntuhkan reputasi gue sebagai pimpinan perusahaan papa cabang Surabaya. Mana ngancam lagi kalo gak dituruti kemauannya. Susah punya papa yang karakternya keras kepala.

"AAAARRRRGGGGHHHH!!!!!!!!!!!!!!!" teriak gue karena kesal.

"Tau dah, papa tega sama gue! Huh!" gerutunya sambil berjalan gontai ke arah kamar mandi. Gue pun segera mandi.

Selesai mandi, gue segera memakai kaos abu-abu bergambar klub Barca, klub sepak bola favorit gue. Dengan celana jeans warna hitam, memakai sepatu berlogo Skaters. Dan menyisir rambut gue, dan merapikan jambul khas gue. Segera mengambil jaket berwarna hitam dan album CD berisi berbagai macam lagu dari genre musik yang berbeda, juga penyanyinya, dan berlalu menuju ruang makan.

"Pagi ma, pa, Kaia. Ali berangkat dulu" pamit gue.

"Eh tengil, lo belum sarapan" omel Kaia.

"Iya, li. Sarapan dulu gih. Nanti sakit" bujuk mamanya.

"Gak usah. Nanti beli sendiri" ucap gue dan langsung berlalu dari kamar apartemen menuju mobil.

Semenjak papa dan mama, serta Kaia datang ke Surabaya, gue udah pindah dari hotel ke apartemen yang mereka sewa. Gue disuruh pindah dengan alasan biar tidak membuang-buang uang hanya masalah penginapan. Padahal, itu alibi dari papa, agar gue gak 'bermain' dengan cewek cewek yang udah gue sewa di kamar hotel yang gue tempati. Karena, diantara keluarga gue, hanya papa yang tahu tentang dunia hitamnya gue. Mama dan Kaia belum tahu masalah ini. Sabar Li, sabar!

Gue menghidupkan mesin mobil dan melaju meninggalkan apartemen menuju rumah Ily. Kali ini, gue memakai mobil sendiri yang baru saja dibeli papa beberapa waktu yang lalu, sebelum gue ke Surabaya. Gue mengambil album CD gue, lalu mengambil CD Coldplay, band kesukaan gue. Dan menyetelnya. Tak lupa membesar volumenya agar terkesan rame. Gue sangat menikmati lagu-lagunya, bahkan sesekali gue bernyanyi untuk menghilangkan penat. Tiba-tiba.....

BRUUUUUKKKKK!!!!!!!!!!!!

Gue pun menginjak rem mendadak karena kaget. Lalu, gue pun turun dari mobil, untuk melihat siapa yang gue tabrak. Gue berniat minta maaf, serta membawanya ke rumah sakit untuk menebus kesalahan gue. Saat gue sudah dekat di korban untuk melihat wajahnya, tiba-tiba.......

"ELO?!"

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Halo! Maaf kalo aku lama nextnya, soalnya sempat kehilangan ide untuk melanjutkannya. Keep reading my story, please give your coment(s) or your vote(s) to this story. Thank you!

Aisha

Heart You Until Dead (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang