Bab 12: Maaf, Reynal

1.9K 159 34
                                    

"Rey, ya ampun! Kamu udah gak papa, 'kan?"

Safira menyambut Reynal dan suaminya yang baru datang di pintu depan, ia membantu menuntun Reynal, menggantikan supir yang sudah kembali ke halaman rumah untuk menyimpan mobil ke garasi. Reynal masih diam, menunggu di kamar saja untuk menjawab pertanyaan dari Safira.

"Mas, ini tadinya gimana? Kok bisa sampai pingsan?"

Safira kembali bertanya ketika Reynal sudah di atas kasur, membaringkan tubuhnya yang masih lemas itu. Matanya tak lepas memandang Reynal dengan raut khawatir.

"Rey, udah mendingan?" tanya Safira lagi karena melihat Reynal hanya diam saja dengan tatapan kosongnya.

Mata Reynal beralih menatap Safira, lalu tersenyum tipis. "Udah lebih baik kok, Tante. Jangan khawatir."

"Harusnya jangan pulang dulu, tapi dia maksa pulang. Padahal kalo pulang juga, Mas nggak akan ngizinin dia buat berangkat sekolah dan latihan besok." Haris berjongkok, menyentuh dada Reynal yang masih sedikit naik-turun tak beraturan, ia yakin anak itu masih merasakan sesak. "Coba tenangin lagi. Jangan gini, Rey. Nggak bisa tidur nanti kamu."

Safira yang melihatnya, kembali mengerutkan keningnya. "Kenapa sih, Mas? Latihannya terlalu capek? Apa gimana?"

Haris tersenyum pada Safira, memberikan ketenangan pada istrinya itu. "Bukan karena latihan, Bun. Kata dokter, Reynal makan makanan yang mengandung seafood. Reynal alergi, ngerambat ke asma jadinya."

Safira menutup mulutnya. "Kok bisa, Rey? Kamu nggak liat-liat dulu apa gimana?"

Reynal menggeleng. "Nggak tau, Tante. Perasaan Reynal nggak makan seafood."

"Coba diinget-inget lagi, mana mungkin gak makan tapi kambuh, Rey." Haris mengelus-ngelus rambut Reynal, memberinya kenyamanan.

Reynal tampal berpikir lagi. Diingatannya, memang tidak ada seafood. Namun, nasi goreng dari Raka pagi itu yang kini mendominasi pikirannya. Rasanya aneh, Reynal belum pernah merasakan rasa nasi goreng seperti itu. Reynal bertanya-tanya, apakah Raka tega meracuninya? Atau Raka tidak tahu dirinya punya alergi?

"Rey," panggil Haris yang melihat Reynal melamun. "Tadi pihak kafe telpon, mau ngirim gaji akhir kamu. Kamu udah minta resign, ya? Makasih ya, udah nurutin kemauan Om. Tabungan kamu tuh udah banyak, Rey. Kalo butuh sesuatu ke Om aja. Oke?" Tangan kekar itu tak lepas mengelus-ngelus rambut Reynal dengan sayang.

Safira yang mendengarnya ikut mengelus-ngelus lengan Reynal yang ada di dekatnya. "Anak baik. Sehat-sehat ya ...."

Reynal tersenyum memandang Om dan Tantenya itu bergantian. "Makasih banyak ya, Om, Tante."

Tanpa mereka sadari, tatapan benci tercipta di ambang pintu sana, tangannya mengepal, matanya memanas, perasaannya menggebu-gebu menahan kesal. Dia, Raka.

Awalnya Raka ingin menjenguk sepupunya itu, namun malah pemandangan ini yang ia lihat. Kini perasaannya sangat campur aduk. Rasa sakit dan rasa benci mendominasi di dalam hatinya. Raka menghembuskan napasnya, berjalan mundur, melenggang pergi ke kamarnya dengan mata yang semakin memanas menahan tangis.

🏀🏀🏀

"Rey! Ih gue panik banget bjir denger kabar lo dari Arkan."

"Udah baikan, 'kan?"

Reynal tersenyum melihat Arkan dan Bima yang terpampang jelas di layar ponselnya. Mereka terlihat sedang di gazebo asrama malam-malam seperti ini.

"Udah kok," jawab Reynal dengan senyumnya.

"Kata doker apa?" Suara Arkan terdengar di seberang sana.

Reynal; Dribble of Destiny √ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang