Happy Reading :)
~ ~ ~
"Bagaimana keadaannya?" tanya Quinsha saat Milyz dan Tea memasuki kamar.
"Dia baru saja sadar, itu sebabnya kami meninggalkannya. Lagipula di sana ada Niel dan Zay," ucap Milyz.
Quinsha hanya mengangguk. "Quin ... kenapa saat kau menyentuh lehernya dia membaik?" tanya Tea penasaran.
"Aku juga tidak tau. Tapi ku rasa kekuatanku sudah bisa digunakan. Dan aku sangat senang!" ucap Quinsha sembari tersenyum senang.
"Itu sangat bagus, Quin," ucap Tea ikut tersenyum senang.
"Apa kau yakin, Quin?" Ragu Milyz.
"Tentu saja."
"Tapi Quin aku pernah men--"
"Sudahlah, Lyz. Apa kau meragukan kekuatanku? Yang benar saja!" kesal Quinsha.
Milyz menghela nafas. "Baiklah. Semoga saja itu benar."
"Oh ya, kenapa Ericz merasa kesakitan, ya?" ucap Tea berpikir.
Quinsha berjalan menuju jendela yang terbuka sedikit lalu membukanya lebar. "Aku juga tidak tau. Dari yang ku lihat dia sangat kesakitan dan aku seperti bisa merasakannya," ucap Quinsha memegangi lehernya.
Tea menghampiri Quinsha. "Benarkah? Kenapa bisa begitu?"
"Ntahlah aku tidak tau."
Mata Tea yang tadi menatap Quinsha kini beralih ke luar jendela yang di buka Quinsha. "Wowww ... itu bukannya tempat kita berlatih, ya?" tanya Tea pada Quinsha dengan mata kagum.
"Baru tau?"
"Jadi kau tau tempat itu dari sini? Kok kami gak sadar, ya?" ucap Tea masih melihat taman itu.
"Karna kalian payah!" Tea mengerucut mendengarnya sedangkan Quinsha memutar bola matanya malas lalu berbaring di tempat tidur.
'Jangan-jangan dia orangnya. Tapi bagaimana bisa?' batin Milyz bertanya-tanya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kau kenapa, Lyz?" tanya Tea.
"Hah! Ti-tidak, tidak apa-apa,"
~ ~ ~
"Bagaimana kedaanmu? Sudah lebih baik, bukan?" tanya Zay yang duduk di sofa kamar Ericz begitu pun dengan Niel.
Ericz mengangguk sembari memegangi kepalanya yang agak pusing, mungkin terkena efek dari lehernya yang sakit.
"Ada apa denganmu tadi, Ricz? Kau hampir saja membuat kami mati ditempat melihatmu yang kesakitan seperti ditusuk timah panas saja," ucap Niel.
"Memang itu yang ku rasakan!" ucap Ericz.
Niel mengernyit. "Maksudmu kau--"
"Ya dan aku tak tau kenapa aku merasa leherku ditusuk timah panas, sangat panas. Jangankan berbicara, tubuhku saja rasanya ingin meleleh."
"Kenapa bisa begitu?" tanya Niel.
Ericz menghela nafas kasar. "Kau ini bodoh atau tuli sih. Ericz sudah katakan dia juga tidak tau!" kesal Zay.
"Oh benarkah? Aku tidak mendengarnya," santai Niel.
"Dasar tuli!" hardik Zay.
"Kau--"
"Bisakah kalian keluar jika ingin bertengkar? Kalian semakin membuat keadaanku memburuk saja!" ucap Ericz dengan nada tegasnya.
Zay dan Niel langsung diam. Sedangkan Ericz masih memikirkan sesuatu yang menurutnya mustahil. Dan bagaimana bisa itu terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Fairy
Fantasía[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YAA GUYSS] [TINGGALKAN JEJAKMU UNTUK DIKENANG] * * * Penyerangan yang dilakukan oleh Dark Fairy terhadap wilayah Bixtanshvelf mengharuskan King dan Queen mengasingkan putrinya ke Dunia Manusia. Demi keselamatan putriny...