Happy Reading :)
~ ~ ~
Saat makan malam tiba, mereka semua sudah berkumpul di meja makan. Mereka menikmati makan malam dengan khidmat dan tanpa pembicaraan yang keluar sedikitpun.
30 menit acara makan malam berlangsung dan masing-masing mereka sudah selesai dengan makanannya. Ericz beranjak dari duduknya diikuti oleh Zay dan Niel.
"Kalian bertiga ikut kami!" suruh Zay.
Saat Quinsha akan mengeluarkan suara tiba-tiba Niel mendahuinya. "Jangan banyak tanya jika ingin masih tinggal di sini!"
Ketiga wanita itu pun hanya menurut dan mengikuti dari belakang. Ericz masuk ke kamarnya diikuti Zay dan Niel sementara wanita itu berhenti diambang pintu.
"Masuk!" suruh Niel yang langsung dilakukan.
Mereka duduk di sofa yang tersedia dan cukup untuk mereka berenam. Ericz menatap mereka satu persatu dengan tatapan yang tak biasa dan tidak ia sadari ada yang berubah.
Baik Quinsha maupun Milyz dan Tea kaget melihat perubahan pada Ericz sementara Zay dan Niel tidak mengetahuinya karena mereka duduk di samping kiri dan kanan Ericz.
Quinsha memegang tangan Milyz dan Tea yang berada di kiri kanannya. Sangat terasa dari tangan Quinsha yang berkeringat dingin jika Quinsha sedang ketakutan akan sesuatu.
"Kita mengumpulkan kalian di sini untuk menanyakan sesuatu." Ucapan Zay membuat mereka bertiga tersadar dan langsung melihat ke arah Zay.
"Se-sesuatu apa?" gugup Tea.
"Asal usul kalian," ucap Ericz tiba-tiba. Dan saat mereka kembali melihat Ericz perubahan yang tadi terjadi di matanya sudah kembali normal.
"Katakan kalian berasal dari mana? Dan jangan coba-coba berbohong!" ucap Niel mengancam.
"Bukankah sudah aku katakan bahwa kami tidak bisa memberitahu kalian sekarang," ucap Milyz.
Zay dan Niel tertawa remeh. "Sekarang, besok, lusa atau sampai berabad pun tidak ada bedanya. Jadi, jangan mengulur-ngulur waktu!" hardik Niel.
"Sudah kami bilang, kami tidak bisa--"
"APA ALASANNYA, HAH?!!" teriak Zay yang sudah cukup bersabar dan membuat ketiga wanita itu terlonjak kaget.
Quinsha berdiri dari duduknya. "Seharusnya kami yang bertanya begitu, kalian siapa dan kaum immortal apa kalian, hah?!!" bentak Quinsha.
Milyz dan Tea ikut berdiri dan menenangkan Quinsha agar tidak lepas kontrol.
"Kaum immortal? Apa maksudmu?!" tanya Niel yang juga ikut berdiri.
"Kau mau berlagak bodoh?! Kau pikir dengan menutupi identitas kalian di dunia manusia kalian cukup pintar dan jangan kira kami tidak mengetahuinya!" sarkas Quinsha.
"Jangan membodohi kami. Kami tidak akan mudah tertipu begitu saja dengan kaum seperti kalian ini!" ucap Tea.
"Dan jangan memerintah kami untuk mengakui hal yang juga tidak kalian akui!" tambah Milyz.
"Apa kalian sudah gila?! Apa yang tidak kami akui?!" tanya Niel.
"Hanya kalian yang tau!" balas Tea.
"Kalian mau tau kami siapa? Kami adalah seorang mafia yang kejam dan tidak ada yang tidak mengenal kami. Kami sama sekali tidak kenal ampun terutama kepada kalian bertiga. Jadi jangan coba-coba--"
"Kami tidak butuh identitas palsumu, mengerti?!" sungut Milyz. Zay dan Niel mengernyit bingung.
Identitas palsu?
KAMU SEDANG MEMBACA
She's Fairy
Fantasi[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YAA GUYSS] [TINGGALKAN JEJAKMU UNTUK DIKENANG] * * * Penyerangan yang dilakukan oleh Dark Fairy terhadap wilayah Bixtanshvelf mengharuskan King dan Queen mengasingkan putrinya ke Dunia Manusia. Demi keselamatan putriny...