3. TRADISI

1.9K 209 50
                                    

Tinggalkan jejak berupa koment+vote:)

Happy reading ....




━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
3. TRADISI

"Kekonyolan yang kian tercipta, menjadi alasan terkuat akan terciptanya rasa sakit karena sebuah perpisahan."

_Tiger Arthayasa
.
.
.

TIADA hari yang tak berharga untuk Demonic. Semua hari mereka lalui untuk bersenang-senang, menikmati masa muda yang sepanjang jengkal tangan saking terlalu singkat dan tidak terasa. Kini, mereka berjejer rapi di depan bengkel Demonic yang masih tertutup sebab mereka semua akan ke sekolah. Sudah membuat perjanjian sebelumnya hingga di jam sepagi ini mereka cengar-cengir dan berucap songong penuh percaya diri.

Tiger dengan motor trail hijaunya berdiri di sudut kanan dengan senyum simpul penuh misteri, dilanjutkan oleh Alger dengan motor harley besarnya hanya bisa menggeleng-geleng pesimis, Kaibo dengan motor matic birunya cengar-cengir seraya mengusap kepala si motor, ada Giant juga di pinggir kiri yang memasang siaga satu tatapan fokus pada jalanan, di susul oleh Tania yang berpindah baris ke tengah bersama sepeda birunya.

Jam lima gue berangkat dari rumah pake' sepeda, gue harus menang hari ini, pantang kalah sebelum menang! batin Tania.

"READY ...!!" teriak Giant keras hingga mereka serentak mengangguk dan mengumpulkan konsentrasi penuh, tetapi buyar seketika saat mendengar seruan dari belakang.

"TUNGGUIN GUE! Enak aja lo main ready-ready gue belum datang juga. Gue sampai grasak-grusuk pas bangun tidur udah jam enam lewat, gue juga nggak sarapan! Miris gue hari ini," teriak Tristan belingsatan turun dari motor, memegang erat kedua setir motor dan menuntunnya ke area balapan. Mereka menghela napas dan mengangguk-angguk saja saat Tristan ikut bergabung, mereka kira si 'pawang buaya' itu tidak ikut karena ke klub semalaman.

"READY ...!" teriak Giant lagi.

"Entar-entar standar motor gue belum naik," balas Tania. 

"Lo pake' sepeda, Woy!" Kaibo menyahut gondok. Si pemilik rambut kribo dan berkulit hitam manis itu menyisir rambutnya ke belakang dengan mimik songong.

Giant menarik pelan rambut Tania lalu kembali pada posisinya. Dia menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan. "DEMI SEMANGKUK BAKSO YANG DI IDAM-IDAMKAN, BANG GIANT DATANG," teriaknya.

"Baris yang bener jangan curang! Eh-eh, ban motor lo kelewat tiga senti dari garis!"

"Wah curang, pantas menang terus." Tania menggeleng-geleng miris dengan posisi berkacak. Dia memandang remeh pada sosok Tristan yang mulai misuh-misuh kesal.

"GUE NGGAK PERNAH MENANG BANGSAT!" teriak Tristan histeris saat semua teman-temannya menatap penuh intimidasi. Tiger yang berdiri di samping Tristan menepuk-nepuk punggung sahabatnya prihatin. Tristan memukul dada berusaha menguatkan diri.

"Moon door lo moon door," teriak Kaibo dengan posisi merendahkan diri di depan ban motor Tristan memastikan tidak ada satu senti pun yang melalui garis.

"Iye-iye, sabar-sabar!" Tristan memundurkan motornya dengan perasaan jengkel.

Mereka tertawa kesenangan.

Giant memandang miris pada Tania. Cewek itu sedang mengusap-usap penuh sayang pada sepeda biru yang katanya masih baru. "Si Tania bawa sepeda-sepedaan curang, nih- curang."

"Ini sepeda beneran bukan sepeda-sepedaan," balasnya.

"Itu 'mah, tinggal diangkat nggak perlu didorong." Teman-temannya yang lain pun mulai ikut mengompori.

TIGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang