Kemudian, setelah Clara keluar dari kamarku, aku mencuci makeup yang melekat di wajahku dan merasakan sentuhan makeup yang telah menempel di wajahku seharian ini. Aku lalu berpikir untuk menggunakan kesombongan Clara untuk meminjamkan beberapa pakaian dan makeup nya, aku berbaring di tempat tidurku dan mengingat semua yang sudah terjadi, mengingat bagaimana ibu mengajarkan saya menjadi seorang gadis dan perasaan yang saya dapatkan ketika menjadi seorang gadis.
Pagi telah tiba, rasanya semalam menjadi gadis itu bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Aku pergi ke ruang makan untuk sarapan bersama ibu dan Clara. Selama makan pagi berlangsung, Clara hanya terdiam dan tidak berbicara padaku, seperti ada rasa canggung di antara kita. "Jordan, nanti malem mau ngak double date, aku sama pacarku dan kamu sama Michael," kata Clara.
Aku begitu kaget mendengar ini, "aku harus menelepon Michael terlebih dulu, bila dia mau, maka aku juga mau," balasku.
Aku menelepon Michael dan mengajaknya untuk double date bersama Clara. Michael langsung menerima tawaran itu, dan berkata bahwa ini dapat menjadi latihan kencan seperti yang telah dikatakannya semalam. Aku tidak sabar menunggu malam tiba, aku ingin sekali merasakan pengalaman menjadi seorang gadis lagi.
Sorenya, setelah aku beres mandi, aku pergi ke kamar ibu untuk melakukan makeup seperti yang diajarkan oleh ibu, ketika aku hampir selesai Clara datang menghampiriku, dia menatapku, kemudian menyarankan bahwa saya sebaiknya saya memakai lipstik merah gelap berwarna merah mawar yang diserasikan dengan perona pipi saya. Aku mencobanya dengan lipstik yang ada di meja rias ibu, terlihat kesan sexy pada bayanganku di cermin. Beres memakai makeup Clara mengajak aku ke kamarnya, dia memberikan mini dress untuk aku kenakan, bahkan Clara menginjinkan saya untuk menggunakan sepatu dan aksesoris yang dia miliki. Aku memilih anting-anting emas dan gelang emas yang sewarna dengan anting yang saya kenakan. Clara menyarankan kalung emas tipis dan memakaikannya padaku. Aku mulai terbiasa dengan kuku yang kubiarkan panjang, dan korset yang menekan perutku, kemudian aku periksa lagi semua kelengkapan yang aku butuhkan. Aku menggunakan parfum yang sama seperti yang kugunakan ke pesta perpisahan sekolah, ketika aku selesai, aku pergi menemui Clara.
"Kamu sangat cantik!" kata Clara. Untuk satu menit aku mulai bertanya-tanya apakah dia tidak sedang menyindirku, tapi ketika aku melihat ekspresinya yang sungguh-sungguh, aku menyadari dia memberikan pujian yang tulus. Aku merasa senang dapat menjadi cantik dengan makeup yang kulakukan sendiri.
Aku melemparkan rambutku ke udara dengan kesombongan, dan menjawab, "Ya, aku kan memang gadis."
Kami berdua tertawa saat itu. Kemudian, Clara menatap dan berkata padaku dengan serius, "Kamu akan menjadi seorang gadis seutuhnya malam ini, Josephine, semuanya akan baik-baik saja."
Aku mengangguk dan memberinya pelukan. Ini seperti pertama kalinya aku bicara dengan Clara seperti ini. Kami berdua selalu akur, tapi ini adalah sisi yang tidak pernah aku lihat dari Clara sebelumnya. Tidak beberapa lama kemudian, aku menyadari itu adalah pertama kalinya dia memanggil saya "Joephine."
Malam telah tiba, ketika Michael melihat saya, matanya melebar dan memberikan senyum lebar. Dia melihat ke arahku dari kepala sampai kaki dan menjulurkan tangannya berharap aku mengambil tangannya. Dengan tanpa kusadari, aku mengambil tangan Michael dan pergi keluar dari gerbang rumah.
Ibu menghentikan kami. Dia ingin mengambil gambar kami berdua. Dengan kamera digital yang dipegangnya, ibu mengambil banyak foto kami, aku sangat malu, tapi Michael semakin erat memegang tanganku, dia tidak ingin sekali pun melepaskan tanganku walaupun difoto oleh ibu, sampai aku masuk ke dalam mobil, baru dia lepaskan tangannya dariku. Rasanya aneh, namun entah bagaimana ini terasa normal, itulah sebabnya aku tidak menghindar ketika ia mengambil tangan saya. Segala sesuatu tentang bepakaian sebagai seorang gadis mulai terasa menyenangkan, dan aku terkejut bahwa aku tidak keberatan menggenakan mini dress, hampir sebagian tubuhku terlihat. Pahaku sangat terlihat, aku takut sesuatu terjadi ketika aku tidak bisa menjaga gaya dudukku, aku tidak ingin apa yang ada di atas pahaku terlihat oleh orang lain. Aku tahu aku terlihat cantik, aku merasa nyaman. Ini bukan berarti aku suka berapakaian sebagai seorang gadis sepanjang waktu, tapi jika memang harus kulakukan, aku ingin terlihat cantik seperti ini.
Saya masih sedikit takut, tapi untuk beberapa alasan, itu adalah jenis ketakutan yang baik. Seperti jenis perasaan takut tetapi senang ketika naik roller coaster. Tanpa sadar aku mendapati tanganku menempel ke lengan Michael sepanjang waktu, tapi ia tampak menikmati hal ini.
Michael dan aku memiliki waktu yang benar-benar baik selama perjalanan, beberapa kali ia menatap saya dengan senyuman manis di wajahnya, beberapa kali juga ia memuji kecantikan diriku. Kemudian sampailah di Party Cafe, cafe yang populer oleh remaja di kotaku, tempat dimana aku dan Clara membuat janji untuk double date.
Michael membawaku masuk ke dalam cafe, aku agak sedikit khawatir, tapi dia sekali lagi meraih tanganku dan aku membiarkan dia memimpin masuk ke dalam cafe. Kami masuk, menemukan meja yang cukup untuk empat orang dan memesan minuman. Aku melihat sekeliling ruangan, banyak sekali orang lain yang berpasangan juga. Kami duduk beberapa saat menunggu kedatangan Clara dan pacarnya, lalu Michael bertanya apakah aku ingin menari. Aku bilang tidak, tapi dia mengabaikannya dan dengan lembut Michael mengambil tanganku dan pergi ke lantai dansa di tengah cafe. Segera ketika aku di lantai dansa dengannya, tangannya melilit ke pinggangku. Aku tidak biasa menari di depan banyak orang seperti ini, lampu disco ball pun mulai menyala berkedip-kedip dan lagu romantis pun berganti menjadi lagu diskotik. Banyak orang mulai memenuhi lantai dansa, Michael menarik saya sedikit lebih dekat agar tidak bertabrakan dengan orang lain yang menari. Ada banyak orang di sekitar saya, dan aku mulai merasa tegang, tapi ia mulai semakin mendekat, tidak memberi saya kesempatan untuk melepas dari lilitannya hingga lampu mulai meredup dan lagu berganti ke tempo yang lambat. Ketika saya mundur sedikit, ia berbisik memanggil Josephine dan tak lama aku merasakan bibirnya berada di pipiku, tepat di tengah lantai dansa, dimana orang-orang bisa melihat adegan ini. Dia menciumku! Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah malam ini kami akan berakhir di dalam kamar hotel?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ratu Pesta
RomanceJordan menantang kakaknya untuk bertaruh nilai siapa yang paling baik pada ujian akhir semester. Pemenangnya dapat melakukan apa saja terhadap yang kalah selama satu minggu penuh. Inilah awal mula kisah Jordan menjadi Josephine. Cerita ini pernah di...