CHAPTER 5

4.9K 48 0
                                    


Michael bertindak seolah-olah itu normal baginya untuk mencium pasangannya di hadapan banyak orang, sementara aku masih shock atas apa yang diperbuatnya. Lalu aku berpaling dan melihat Clara dengan pacarnya, dan dia sedang menontonku. Dia telah melihat Michael menciumku, dan dia tersenyum lebar. Michael dan aku kembali ke meja kami, mengajak Clara dan pacarnya bergabung dengan kami.

"Tom, ini adalah Josephine," Clara memperkenalkanku.
"Senang bertemu kamu, Josephine." Aku tersipu malu ketika matanya bertemu mataku.
Clara berpaling ke Michael, "dan ini adalah Michael," katanya, memperkenalkan dia untuk Tom.

Michael tampak sedikit bingung, jelas dia sedikit gelisah berada dengan pacar Clara, karena dia tidak ingin identitasku terbongkar. Kalo dia sampai tahu, Tom mungkin akan memutuskan Clara karena memiliki adik yang tidak normal.

"Josephine, ayo temani aku ke toilet," ajak Clara.

Clara dan aku meminta ijin pergi ke toilet, dan segera Clara mengajakku masuk ke wilayah terlarang, toilet wanita. Aku sangat gelisah berada disana, tapi Clara menunjukan sebuah bilik toilet kosong dan aku pergi. Menggunakan toilet sebagai seorang gadis, rasanya sangat berbeda, aku harus duduk di toilet dan membuka sedikit pakaianku, aku jadi mengerti mengapa kamar mandi wanita selalu begitu penuh sesak dan banyak yang mengantri. Mereka harus melepaskan beberapa pakaian dan bahkan harus hampir sepenuhnya melepaskan pakaiannya.

Ketika aku keluar dari bilik kamar mandi, Clara ada disana menungguku, sambil memeriksa riasan di wajahnya. "Kamu tidak bisa mengatakan lagi Michael tidak suka kamu kan?" bisiknya.

"Apa maksudmu?" kataku membela diri.

"Kamu tahu apa maksdunya," dia balas, sambil memerika lipstik di bibirnya. "Aku melihat dia menciummu, dan aku tidak melihat kamu menolaknya, aku kira dia akan segera mencium bibirmu." Dia memegang kedua tanganku, tapi dia tidak mengejek ciuman itu padaku. Yang mengejutkanku sedikit, karena aku tidak bisa membayangkan dia mengolok-olok saya pada kesempatan ini. Sebaliknya, dia memperlakukanku seperti adik perempuannya sendiri.

Aku tidak menjawab karena tidak ada yang bisa kukatakan. Dia benar, kecuali bahwa aku menyukainya. Dia ingin menangkapku terlengah, dan mengambil kesempatan ini untuk memenangkan taruhannya lagi. Clara tidak mengatakan apa-apa lagi, sambil menunggu jawabanku dengan sabar, dia kembali memeriksa riasan di wajahnya dan memberiku senyuman, dan menggandeng tanganku kembali ke meja kami untuk melanjutkan double date.

Sekitar jam sebelas, Michael dan saya meninggalkan cafe dan Clara serta pacarnya untuk mengantarkanku pulang ke rumah. Tapi ia menghentkan mobil di tengah jalan, di bawah pohon besar. Aku gelisah di kursi, aku gugup apakah yang Clara perkirakan akan terjadi. Tanpa sepatah kata Michael menarikku lebih dekat dan menciumku, dan kali ini Michael mencium tepat di bibirku. Aku merasakan lidahnya di bibir saya, dan ada sedikit nafsu aku ingin membuka bibir dan mencicipinya.

Tidak ada cara lain untuk menghentikan apa yang terjadi saat ini, dan sementara aku sangat menyadari bahwa saya adalah anak laki-laki, itu seakan tidaklah menjadi masalah. Setelah ciuman itu terjadi, Michael kembali menyetir mobilnya dan bertingkah seperti hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Aku merasa seperti tenggelam dalam lautan perasaan wanita, aku berjuang untuk mempertahankan maskulinitas saya. Namun, aku tidak melakukan perlawanan apapun ketika dia memarkir mobil, aku juga tidak menghentikannya ketika dia menarikku lebih dekan dan mencium bibirku.

Sesampai di rumah, aku langsung pergi menuju kamar, berharap aku tidak melakukan sebuah kesalahan terbesar dalam hidup ini. Sebagian dari diriku ingin melakukan ini lagi dan sebagiannya lagi ingin bicara dengan Clara menceritakan semua ini, tapi tak bisa kuhindari dari pengalaman yang baru kualami. Aku masih berhutang janji menjadi pasangannya hingga acara pesta pernikahan tantenya Michael.

Ratu PestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang