CHAPTER 6

4.6K 43 0
                                    


Aku membersihkan riasan di wajahku, melepas semua perlengkapan wanita yang menempel di tubuhku dan tampil sebagai diriku sendiri. Keesokan harinya, aku bersumpah untuk tidak berpakaian seperti Josephine lagi sampai acara pesta pernikahan tantenya Michael. Aku tahu aku bisa melakukannya, setelah semua yang terjadi, ibu dan Clara pasti mengira ada yang aneh dari diriku.

Pada siangnya, aku iseng menjelajahi internet dan melakukan pencarian anak laki-laki yang ingin menjadi anak perempuan, dan aku menemukan banyak sekali situs tentang hal ini. Aku mempersempit pencarian, dan menemukan istilah "crossdresser". Aku menemukan berbagai situs, dari situs jual beli barang perlengkapan crossdresser, cara menjadi crossdresser, cerita-cerita crossdresser bahkan pengalaman menjadi seorang wanita. Aku membacanya dengan seksama, aku membuka situs jual beli barang terlebih dahulu, aku melihat banyak barang yang dijual, mulai dari wig, breast form/payudara palsu, panty yang bisa membuat pemakainya menjadi seperti wanita betulan, lengkap dengan berbagai tutorial agar lebih sempurna untuk tampil di depan umum sebagai seorang wanita. Bahkan ada situs yang mengajarkan seperti agaimana membuat bentuk payudara saya sendiri. Jika aku mengikuti cara-cara yang ada pada situs tersebut, aku bahkan bisa tampil sebagai wanita, bahkan jika aku hampir telanjang! Aku menyimpan situs itu dan mulai membaca pengetahuan baru untuk menjadi seorang "crossdresser" yang lebih baik. Dari semua yang kubaca, banyak cerita yang menyenangkan, beberapa cerita tidak bermutu, tapi ketika aku jadi menyadarinya bahwa diluar sana ada ribuan anak laki-laki yang sama seperti saya, berpakaian sebagai perempuan. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa mereka ingin melakukannya dengan sengaja, tanpa paksaan, tidak seperti diriku yang terpaksa melakukannya. Tapi benarkah aku terpaksa melakukannya? Apakah aku tidak menikmati menjadi seorang wanita?

Pada hari Senin pagi aku pergi ke sekolah untuk dilakukan pas foto untuk ijazah kelulusan. Aku sangat menyadari bahwa aku dan Michael telah melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh banyak anak laki-laki lainnya. Aku mencoba untuk tidak berpikir tentang hal itu, tetapi ketika aku melihat Bobby dengan wajah diperban, aku sedikit panik. Dia tidak menunjukan gelagat bahwa dia tahu saya lah yang telah melukai hidungnya, aku menjadi lega dengan hal ini.

Aku melihat Michael dari kejauhan sedang berbicara dengan teman-temannya, lalu dia menoleh ke arahku dan menghampiri diriku. Aku bisa melihat bahwa ia tampak terluka bahwa saya tidak menjadi Josephine. Rasanya aneh, tapi menyenangkan ketika aku mengetahui dia merindukan saya sebagai Josephine, belum satu pun dari kita menunjukkan hubungan antara kami lebih dari hubungan pertemanan biasa. Ketika aku pulang ke rumah, aku benar-benar bingung dari sebelumnya. Michael mengatakan bahwa dia akan menelepon Josephine malam ini, namun ia tahu bahwa aku adalah Josephine. Dia tidak mengatakan dia menelepon saya, Jordan, hanya Josephine yang dia inginkan. Mengapa hidupku menjadi membingungkan seperti ini?

Selama makan malam, Clara bertanya bagaimana kencan saya kemarin. Kemudian dia membuat topik tentang Michael telah menciumku.

"Kemarin malem, aku melewati mobil Michael diparkir di bawah pohon besar, sepertinya terjadi adegan panas di dalam sana," katanya, sambil tersenyum.

Aku hampir menjatuhkan sendok. Ibu duduk disana mendengarkan, aku merasa seperti diterjang ombak yang sangat besar ketika berenang di tepi pantai.

"Josephine adalah gadis yang cantik, Clara," ibu mengingatkan. "Dan tidak ada alasan buat kamu menggodanya seperti itu, wajar saja jika anak laki-laki tertarik dengan kecantikan Josephine." Aku menatap ibu dengan terkejut, ibu menganggap diriku sebagai seorang wanita disana, bahkan ketika aku menjadi Jordan, tapi aku harus mengakui bahwa pernyataannya itu membuat susana hatiku menjadi sedikit lebih baik.

"Aku tidak menggodanya," balas Clara. "Aku hanya ingin tahu berapa lama Jordan bisa bertahan sebelum dia mulai pergi ke sekolah sebagai seorang gadis. Maksudku, sebagian anak-anak di pesta perpisahan sekolah berbicara denganku ingin tahu Josephine itu siapa. Selain itu, Michael menyukainya, dan banyak orang bisa melihatnya."

"Aku tidak akan pergi ke sekolah sebagai seorang gadis, dan Michael hanya bersikap ramah!" Aku berseru, mungkin agak terlalu tegas.

"Ummm, baik, oke, jika kamu mengatakan begitu, adikku sayang," ucap Clara.

"Sudah cukup, Clara. Jika Josephine memutuskan ingin pergi ke sekolah, dia boleh melakukannya. Jika dia memutuskan untuk tidak, dia bisa melakukannya juga," kata ibu. Kemudian, ibu beralih ke saya, dia menanyakan, "Sekarang ceritakan tentang apa yang kalian lakukan ketika di dalam mobil yang terpakir di bawah pohon?"

Ada perasaan marah kepada Clara, karena membuat ibu menanyakan hal ini. Aku tertunduk melihat ke arah piringku, gumamku, "Ini bukan masalah besar, ibu. Ini tidak akan terjadi lagi."

"Baiklah jika kamu berkata seperti itu, ibu akan percaya," kata ibu.

Makan malam berlalu dengan tenang setelah itu. Jelas tak satu pun dari mereka benar-benar percaya padaku, tapi aku tidak peduli. Aku kembali ke kamarku, lalu aku melompat ketika mendengar telepon berbunyi, aku lupa bahwa Michael akan menelepon. Ibu menjawab telepon dan memanggil "Josephine, ada telepon dari Michael!" Aku pergi ke ruang tamu untuk mengambil telepon, dan aku melihat Clara tersenyum padaku di depan kamarnya, tapi aku segera pergi ke kamarku dan menutup pintu sebelum dia memberi komentar apapun.

Ratu PestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang