CHAPTER 14

4.1K 32 0
                                    


Besok malamnya, Michael dan aku pergi berkencan ke sebuah taman dekat bekas sekolahku. Kita bertemu dengan Leon, Ryan dan Bobby yang sedang nongkrong di taman. Aku merasa Michael tegang, dan siap beraksi bila suatu saat mereka datang ingin balas dendam. Leon sekali lagi tetap diam duduk di kursi, dan membiarkan Ryan dan Bobby melakukan pekerjaannya. Ryan seperti menyadari bahwa Michael takut pada Leon, dan Bobby, dengan hidung yang masih diperban, perlahan mereka mendekati kami. Mereka tampak mengintimidasi dan mengancam, aku yakin mereka akan segera menyerang Michael ketika sudah sampai pada jarak serang mereka.

"Kau diam saja disana Michael, biarkan wanita itu ikut dengan kami!" seru Bobby.

"Kenapa?" jawab Michael. "Supaya wanita ini bisa mematahkan hidungmu lagi ya?"

Bobby yang marah mendengar perkataan Michael, terburu-buru lari dan menyerang Michael. Michael menunggu sampai kepalan tangan Bobby sangat dekat, kemudian dia menghindar, dan melakukan tinju dari arah bawah muka Bobby menuju hidungnya, terdengar bunyi yang keras dari tinjuannya. Bobby jatuh ke tanah, dan hidungnya bercucuran darah. Ryan yang melihat hal itu langsung mengeluarkan pisau dan mendekati Michael dari arah belakang siap untuk menikam. Aku berteriak memberi peringatan, dan Michael berbalik tepat pada waktu sehingga bisa menendang tangan Ryan yang memegang pisau, dan pisau terlempar jatuh ke tanah. Lalu Ryan bangkit lagi dan mengambil pisau, lalu berlari mendekati Michael ingin menikamnya, tetapi aku yang kebetulan dekat dengan Ryan melengkah kakinya, sehingga dia terjatuh ke tanah, lalu dengan jantannya aku merasa kembali menjadi Jordan dan menginjak kepalanya dengan hak sepatu yang kukenakan. Leon berjalan, dan menatap ke arah Ryan dan Bobby yang tersungkur di tanah, dia menggelengkan kepalanya dan menatap tepat ke arahku.

"Kau cewek yang cantik, maafkan atas sikap kedua orang ini, aku tidak pernah menyuruhnya untuk membuat onar," katanya, menatapku.

Leon menarik Ryan berdiri, kemudian membantu Bobby, dan mereka bertiga berjalan, perlahan mereka menjauh dari pandangan kami. Michael dan aku pergi ke mobil, kami pergi pulang ke rumah. Aku merasa seperti seorang gadis ketika kami diserang, tapi aku langsung kembali ke mode laki-laki untuk siap membela diri atau melindungi Michael, semua pikiranku menjadi seorang gadis seakan benar-benar sirna. Aku bangga pada Michael, tapi aku malu bahwa begitu mudahnya diriku kembali menjadi Jordan lagi. Clara pernah mengatakan padaku bahwa itu bukanlah hal yang buruk bagi seorang gadis dapat membela diri. Sepertinya aku perlu banyak belajar lagi untuk menjadi seorang wanita ketika pulang ke rumah nanti. Clara mengatakan bahwa dia sebenarnya tidak mempedulikan tentang taruhan itu bila aku melanggar hukuman menjadi seorang gadis, tetapi tidak ada cara lain apalagi ketika aku sudah bersekolah sebagai wanita dan berpacaran dengan Michael. Aku telah menjadi Josephine dari dalam, itu lah yang terpenting, aku adalah Josephine.

Ratu PestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang