Rangga Mencoba Hal Baru (18+)

17.1K 1.2K 420
                                    

.

.

Julius Anggara, ayah dari Rangga, menggeram dengan frustasi.

"Maaf, Pak. Dia mengganti rute tiap hari. Dia pintar mengelabui orang dan s-saya selalu kehilangan jejak," ucap seseorang dalam sambungan telepon. Walau suaranya terdengar tegas, tetap saja tak bisa menyembunyikan ketakutan dan rasa malunya.

Cengkraman pada ponselnya mengerat. Orang-orang ini benar-benar tidak bisa diandalkan. Tapi Julius juga tak bisa berbuat lebih karena ia sedang ada di luar kota. Tuntutan pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan membuat Rangga lebih bebas berbuat seenaknya. Jika memang sesusah itu untuk membuntuti Rangga, seharusnya Rangga sudah cocok untuk masuk militer. Pilihannya memang sudah tepat! Jika saja Rangga tidak kepala batu...

"Panggil lebih banyak orang! Kalau masih tak berhasil, kalian¬¬ tau apa hukumannya, kan?" Julius menutup sambungan teleponnya secara sepihak.

.

.

.

Bel pulang sekolah terdengar di seluruh penjuru sekolah. Rangga menyalakan motornya yang terparkir di area parkiran sekolah. Seperti biasa, Iyok akan selalu berteriak padanya sebelum berpisah.

"Rangga! Hati-hati di jalan, ya!" Iyok memberikan tersenyum lebar khasnya, lalu Rangga memberikan jempol yang terangkat padanya sebagai balasan. "Eh, eh! Jangan lupa kalo PR-nya dah selesai, bagi-bagi ke gue ya!" ucap Iyok dengan rempongnya sambil cekikikan.

Melihat interaksi Iyok dan Rangga yang terlihat begitu dekat, Gio yang berjalan di samping Iyok hanya membuang muka.

Rangga mulai menaiki motornya ketika Iyok sudah pergi. Semuanya terlihat berjalan normal seperti biasa. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Beberapa hari ini ada orang yang sedang mengikutinya. Ia sudah sadar akan hal itu sejak awal.

Merapikan kemejanya, Rangga diam-diam mengintip melalui ekor matanya. Setelah mengamati beberapa saat, ia sekarang tau persis jumlah dan posisi mereka. Rangga tersenyum miring. Sejak dulu, dia sudah terbiasa dibuntuti oleh orang-orang yang ingin mencari gara-gara dengannya. Dari situlah, instingnya dalam mendeteksi hawa manusia mulai terlatih. Kini, ia harus berterima kasih pada masa lalunya yang telah membuatnya menjadi seperti sekarang ini.

Keluar dari area sekolah yang ramai dan masuk ke jalan raya, disinilah setiap gerak-gerik mereka terlihat jelas oleh Rangga. Ketika kesempatannya datang, ia akan mengendarai motornya dengan jalur yang acak dan mencari celah sampai mereka kehilangan jejak. Ia selalu melakukan improvisasi sehingga mereka susah untuk mengikuti permainannya. Cara ini cukup simple baginya dan juga sangat ampuh. Walaupun begitu, sejujurnya Rangga sudah malas untuk menghindar dari orang-orang bodoh ini. Jika saja ia mau mengotori tangannya, mungkin sekarang ia sedang sibuk memukuli mereka.

Rangga tau jelas siapa orang dibalik ini. Siapa lagi kalau bukan ayahnya? Ayahnya pasti sedang berusaha mencari tau dimana ia tinggal sekarang. Setau Rangga, ayahnya sedang berada di luar kota. Rangga tak menyangka, ayahnya masih berusaha bergerak cepat untuk mengganggunya walaupun sedang sibuk. Hebat sekeli!

Rangga mengintip dari keramaian di pinggir etalase toko. Entah sejak kapan seragam sekolahnya telah tergantikan oleh hoodie coklat dan celana jeans hitam. 2 orang yang mengikutinya sudah berhasil dikecoh. Ia menunggu selama 10 menit sampai minuman yang ia pesan telah habis. Setelah itu, barulah ia beranjak dari sana.

Walaupun ia telah menutupi sebagian wajahnya dengan tudung, ia tetap tak bisa mengelak dari perhatian sebagian orang yang diam-diam terpusat padanya. Ketika ia berdiri, tinggi badan dan lebar pundaknya benar-benar tak bisa ditutupi. Ia hanya bisa berharap orang-orang yang mengikutinya tadi tak kembali untuk menyadari hal ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 15 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TROUBLEMAKER 2 ; Brian Azriel [END] [E-BOOK] [Buku Fisik]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang