03• Awal Yang Indah

159 23 30
                                    

"Rupanya takdir sedang berpihak kepadaku. Buktinya, aku diberi kesempatan untuk dekat denganmu."-Dara Narendra.

Koridor mulai ramai, semakin riuh ketika segerombolan most wanted boy memasuki area sekolah. Pujian-pujian indah terlontar sepanjang koridor SMA Permata.

Aksa dengan satu tangan masuk dalam kantung celananya dan Arsen yang melipat kedua tangannya di depan dada. Keduanya berjalan paling depan dengan raut muka yang dingin. Sementara Gandi, Gavin, dan Dimas mengikuti di belakang mereka.

"Subhanallah, nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan!"

"Mata ku ternodai Ya Allah! Pagi-pagi sarapannya kayak gini!"

"Papiii, nikahin dedek sama Kak Aksa!"

"Aksa sama Arsen dinginnya nauzubillah! Cair Mas, cair!"

"Arsen senyum dong, pasti cakep buangettt!"

"Kak Arsen! Ilopyu pull!"

"Gavin! Ganteng banget gak kayak biasanya!"

"Dimas makin cakep aja!"

"Gandii! Aku padamu!"

Dan masih banyak lagi.

"Haii, Mimin! Nanti malem jalan yuk!" dengan suara yang dibuat manis-semanis mungkin Gandi berseru pada seorang adik kelas.

"Maaf Kak, aku ada janji sama pacar!" ucap Mimin kikuk.

Semua lantas tertawa melihat ekspresi Gandi yang menahan malu. Kecuali Arsen yang hanya tersenyum sekilas. Sedingin apapun Aksa, cowok itu tetap saja bisa tertawa.

"Ditolak bray! Udah punya pacar dedeknya Bwang!"

"Jiwa fakboy ku meronta-ronta!"

"I want a be fakboy"

"Kamu jahat, Mimin. Kamu tega sama akuh!" teriak Gandi seolah merasa tersakiti.

"Jijik!"

Aksa, Arsen, Dimas, dan Gavin meninggalkan Gandi di depan kelas 11IPA-5.

"Woy! Tungguin dedek bwang!" Gandi berlari menyusul keempat temannya.

Mata Aksa tak sengaja menangkap seorang perempuan yang berdiri di depan toilet samping kelasnya. Tak asing dengan orang itu. Sedetik kemudian ia menyadari bahwa Dara lah yang ia tatap.

Aksa menyelamatkan dirinya agar tidak dibully oleh keempat temannya. Cepat-cepat masuk ke kelas.

Sedangkan Dara, masih menunggu Ana yang tak kunjung keluar. Sempat heran ketika matanya bertabrakan dengan iris Aksa. Tapi, laki-laki itu langsung memalingkan wajah ketika Dara balas menatapnya.

"Sori, Dar! Agak lama nunggunya," ucap Ana yang sudah berdiri di sampingnya.

"Gak papa, kelas yuk!"

* * *

Bel berbunyi menandakan waktu istirahat telah tiba. Penghuni 12IPA-1 bersorak senang. Sementara Bu Wening, guru matematika yang terkenal killer itu hanya geleng-geleng melihat tingkah anak didiknya. Jangan kira meskipun mereka anak IPA, mereka tetap tak lebih dari murid biasa yang menunggu jam istirahat tiba, free-class, bel pulang, bahkan rapat dadakan.

"Giliran istirahat aja bahagianya gak kira-kira!" sinis Bu Wening.

"Kasian Bu, jiwa culametan saya meronta-ronta!" sebuah kekehan mengakhiri kalimat Dino. Membuat semuanya berseru memasang wajah kaget.

Aksa Dara [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang