"Selagi bisa memendam, kenapa harus diungkapkan?"— Dara Narendra.
Matahari beranjak naik, berkali-kali Dara melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Sudah pukul 06.50 dan mobilnya sedari tadi masih mogok. Dara mondar-mandir, menunggu angkot pun tidak ada yang lewat sama sekali.
"Pak! Gimana masih lama?" beo Dara yang gelisah. Hari ini dirinya pasti telat.
Dari kejauhan Dara melihat sebuah motor sport ninja berwarna hitam tengah melaju ke arahnya. Pengemudinya mengenakan seragam persis dengannya. Dapat dipastikan bahwa, laki-laki itu anak SMA Permata.
Dara melambaikan tangannya berusaha mencegat. Benar, motor itu sudah berhenti tepat di depannya. Seragamnya jelas bahwa itu anak satu sekolahnya. Namun, Dara tidak bisa melihat wajah di balik helm full face yang dipakainya.
Sedetik kemudian cowok itu membuka helmnya. Betapa terkejutnya Dara ketika melihat cowok itu adalah Aksa Adhitama. Si Ice Boy SMA Permata. Biasanya laki-laki itu menggunakan mobil sportnya.
Dara menyesal sudah menghentikan cowok di depannya. Tapi, mau bagaimana lagi semua sudah terlanjur. Daripada dirinya telat lalu dihukum kan gak lucu.
"Kenapa?" tanya Aksa dengan nada dingin seperti biasanya.
"Mm...i-itu aku boleh ne-beng k--amu?" Sial kenapa dirinya berubah menjadi gugup seperti ini. Dara bego!
"Lo ada supir kan?"
"Iya, tapi mobilnya mogok. Please, boleh ya," ucap Dara memohon.
"Lo bisa naik gojek! Gue cuma bawa helm satu!"
"Duhh hp ku habis batre, aku takut telat. Gak papa deh gak pake helm."
"Ck! Naik!"
Dengan senang hati Dara menaiki motor tersebut. Sebelumnya ia pamit kepada supir pribadinya telebih dahulu.
Sepanjang perjalanan keduanya sama-sama bungkam. Dara yang menyadari suasananya semakin canggung itu hanya terdiam. Jujur, saat ini dirinya sedang mengendalikan detak jantungnya yang sudah menggila.
"Aksa," dengan menumpulkan keberanian Dara memanggil cowok yang sedari tadi terfokus pada jalanan itu.
"Apa?" ketus Aksa.
"Turunin di depan gerbang aja, takut banyak yang liat kalau sampai parkiran," ucap Dara pelan namun masih terdengar oleh Aksa.
"Siapa juga yang mau bonceng lo sampe parkiran."
Duh, Dara benar-benar ingin menggantung cowok di depannya ini. Yah, minimal di pohon toge lah, kalau enggak ya pohon kencur. Untung sayang, jadi dia masih berpikir dua kali untuk melakukannya.
Memang pantas jika Aksa dijuluki Ice Boy, denger suaranya yang ketus apalagi sikapnya yang dingin itu membuat perempuan manapun pupus harapan untuk memperjuangkan cintanya. Jangankan hatinya, kehidupan laki-laki itu saja seolah terhalang tembok es yang menjulang tinggi dan sulit dicairkan.
Jika kebanyakan perempuan akan menyerah, tidak untuk seorang Dara. Gadis itu tetap memiliki perasaan yang sama terhadap Aksa. Bedanya ia tidak seperti kebanyakan anak Permata yang secara blak-blakan mengungkapkan perasaannya kepada Aksa. Menurut Dara, selagi kita bisa memendam itu lebih baik. Daripada nembak tapi saingannya banyak kan gak seru. Belom maju aja udah terhempas duluan.
"Mau sampe kapan lo diatas motor gue?" suara ketus Aksa sukses menyadarkan Dara dari lamunannya.
"Eh, udah sampe. Maaf aku gak tau."
Dara turun dari motor Aksa. Belum sempat berterima kasih, laki-laki itu sudah kembali melajukan motornya memasuki gerbang SMA Permata. Tapi tak apa lah, setidaknya Aksa sudah menyelamatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Dara [HIATUS]
Fiksi RemajaUang bukan segalanya bagi seorang Aksa Adhitama. Karena yang ia butuhkan hanya pelukan hangat dan kasih sayang sebuah keluarga. Di sini juga ada Dara Narendra, gadis polos dan humoris yang mengantarkan sebuah cerita tentang keluarga. Arsen, Dimas...