02• Aksa Adhitama

206 35 34
                                    

"Kamu itu dingin, tapi aku sayang!"- Dara Narendra.

Dara berjalan menaiki tangga menuju rooftop dengan pikiran yang terus berkecamuk, mengingat kesalahan apa saja yang ia perbuat hari ini. Beruntung koridor sepi, jadi tidak perlu bersusah-payah untuk sembunyi jika ada guru piket.

Ia menghembuskan nafasnya lega ketika berhasil mencapai anak tangga terakhir. Gadis bersurai panjang itu lantas menekan kenop pintu di depannya.

Pemandangan pertama yang menyapa indera penglihatan Dara adalah tempat luas beratapkan langit dengan angin yang berhembus menerbangkan rambutnya. Ia mengedarkan pandangannya, mendapati seseorang tengah berdiri dekat pembatas beton gedung itu.

Dara menatap lekat pahatan indah yang nyaris sempurna. Rambut hitam dengan iris berwarna hijau juga rahang tegas itu mampu membuat siapa saja betah untuk memandangnya lebih lama. Bagaimana tidak tertarik, jika pesona Aksa saja membuat jantung Dara berdesir hebat.

"Sampai kapan lo liatin wajah gue?" dengan suara ketus Aksa berbalik. Menginstruksikan Dara untuk mendekat melalui gerakan matanya.

Dara tersadar, dengan langkah ragu ia mendekat ke hadapan cowok itu.

"Kenapa manggil aku ke sini?" tanya Dara tanpa berani menatap wajah Aksa, ia terus menundukkan pandangannya.

"Ngomong sama siapa lo?!"

"Galak banget, aku cakar-cakar baru tau rasa!" Dara membatin sambil mengumpulkan keberanian untuk mengangkat wajahnya.

"Berani lo?" ketus Aksa membuat Dara mendongak menatapnya.

"Eh, apanya yang berani?" tanya Dara cengo. Seingatnya belum mengatakan apa-apa pada Aksa.

Atau jangan-jangan Aksa cenayang?Praduga Dara menjadi-jadi.

"Diapain sama Adella?" masih dengan suara dingin Aksa menatap wajah Dara, lebih tepatnya menyelami manik hazel perempuan di depannya.

Jangan tanyakan bagaimana perasaan Dara saat ini. Yang pasti dirinya deg-degan ditatap seperti itu oleh Aksa. Berhadapan dengan Aksa ternyata membuat kesehatan jantung, hati, beserta teman-temannya terancam.

"Lo budeg atau tuli?!" Baru saja Dara nge-fly ditatap teduh oleh Aksa, laki-laki itu sudah kembali pada sifat semula. Dingin dan ketus.

"Dilabrak, dijambak, disuruh jauh-jauh dari kamu. Takut posisinya tergantikan," jujur Dara membuat Aksa melemparkan tatapan yang sulit untuk dijelaskan.

Aksa kaget? Tentunya. Gadis di depannya ini sungguh polos. Kelewat jujur apa bego sebenarnya.

"Makasih tadi udah ngasih tumpangan buat aku. Tapi aku nyesel, gara-gara nebeng kamu jadi dapet masalah sama Adella. Bentar lagi pasti hidup aku terancam. Aku kira itu bukan kamu, biasanya aja pake mobil. Mana Ana ngerecokin aku mulu karna dia tau aku bareng kamu. Duh lengkap deh penderitaan ku hari ini."

"Gak nanya!"

What! Apa katanya? Gak nanya? Sumpah selain dingin dan ketus makhluk bernama Aksa sungguh menyebalkan!

"Aku bicara panjang kali lebar kali tinggi udah ngalahin gerbong kereta kamu jawabnya, gak nanya? Mana ketus lagi ngomongnya!"

"Gak ada yang nyuruh lo cerita! Lo hutang budi sama gue! Jauh-jauh dari gue dan lupain soal lo bonceng gue tadi pagi!" dengan berlalu Aksa mengeluarkan suara super dinginnya.

Sumpah, itu adalah kalimat terpanjang yang pernah Dara dengar dari bibir Aksa. Panjang sih panjang, tapi dinginnya itu loh sampai harus pakai selimut tebal dobel lima.

Oke kalau itu terlalu berlebihan, nyatanya memang seperti itu. Setidaknya Aksa kembali menyelamatkannya. Bebas dari pembelajaran Pak Pillar.

* * *

Aksa Dara [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang