"Kamu tau? Perhatian kecil darimu membuat hati, jantung, bahkan seluruh anggota tubuhku terasa berbeda."— Dara Narendra.
Aksa memutar sumpit yang ia jepit ditangannya. Menunggu mie ayam pesanannya datang. Sementara Arsen tengah bermain game diponsel mahal miliknya. Jangan tanyakan Gandi dan Gavin, yang pasti virus gila mereka kembali menyerang keduanya.
Tak lama, Dimas datang membawa sebuah nampan besar berisi lima mangkuk mie ayam.
"Woy duo burik! Makan, jangan gangguin adek kelas mulu!" Dimas melempar dua bungkus kerupuk ke arah Gandi dan Gavin.
"Ngaca Mas, ngaca! Yang burik saya atau anda!" sarkas Gavin.
"Yang jelas bukan Gandi! Gandi anak ganteng, baik, alim, tidak sombong, rajin menabung," ucap Gandi membuat Dimas dan Gavin seolah mau muntah mendengarnya.
"Nabung mantan misalnya," sahut Arsen tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya. Kalau diem ya antengnya gak ketulungan. Pas bicara ngena nya nanclep di hati. Emang dasar Arsen.
"Duh Aa kalau ngomong suka bener deh! Gandi gemes sama Aa Arsen!" ucap Gandi dramatis.
"Yakali Arsen belok pilih modelan kayak lo Gan!" suara Aksa membuat Gandi beralih menatap nya.
"Kamu jahat, aku benci sama kamu! Kamu berhasil meluluhlantahkan tatanan hati aku Aksa! Aku benci!" dengan suara dibuat semenderita mungkin Gandi berucap dramatis.
"Gan lo ngaca deh, udah pantes jadi temennya Ayu. Haha!" seru Aksa.
Seketika tawa mereka meledak mengingat kejadian beberapa hari yang lalu dimana Arsen dan Gandi dicegat bencong di pertigaan jalan menuju rumah Aksa.
"Arsen ketawa woy! Adem rasanya denger dia ketawa!" ucap Gavin disela tawanya.
"Selain Kiki, Ayu ternyata jago buat Arsen ketawa!" sahut Dimas.
"Haii, Aa kenalin kalau malem namaku Ayu. Kalau siang bisa panggil Dodit. Main yuk!" dengan menirukan nada seperti Ayu– bencong kaki lima, Gandi berseru membuat semua kembali tertawa. Termasuk Arsen.
"Gandi emang pantes jadi bencong kaki lima. Gue punya saran, kalo malem namanya jadi Lisa. Kalo siang Gandi!" ucap Gavin berpendapat.
"Lisa BlackBerry ya?" tanya Aksa.
"Blackurant lah!" sahut Gavin.
"Blackpink, goblok!" ucap Arsen membenarkan.
"Du du du du d---" belum sempat Gandi menyelesaikan sebaris lagu milik girlband korea Black pink, terhenti ketika mendengar sebuah teriakan.
Mereka lantas menyelesaikan aksi makannya lalu mencari sumber suara tersebut.
* * *
Ana sedang memasukkan alat tulisnya ke dalam loker mejanya. Sementara Dara, sibuk mengoceh di sampingnya.
"Anaa! Tolong kalau ini mimpi, jangan bangunin aku! Sumpah gak nyangka banget!" sambil mengguncangkan gadis di sebelahnya, Dara berseru ria.
"Please, Dar, stop deh! Gue pusing dengernya," kesal Ana.
Dara Narendra, gadis polos dengan rambut tercepol bolpoin standard itu menatap kertas di genggamannya penuh arti.
"Na, menurut kamu surat ini aku kasih ke dia gak?" tanya Dara meminta pendapat kepada gadis yang sudah menginjak 3 tahun menjadi sahabatnya di masa SMA ini. Anastasya Keira.
"Terserah lo aja deh, lagian itu surat udah dua tahun yang lalu lo nulisnya kan?"
"Hmm, iya juga sih. Tapi aku gak berani ngasih ke dia. Gimana dong?"
![](https://img.wattpad.com/cover/229466689-288-k906167.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksa Dara [HIATUS]
Teen FictionUang bukan segalanya bagi seorang Aksa Adhitama. Karena yang ia butuhkan hanya pelukan hangat dan kasih sayang sebuah keluarga. Di sini juga ada Dara Narendra, gadis polos dan humoris yang mengantarkan sebuah cerita tentang keluarga. Arsen, Dimas...