Kabur [3]

7 1 0
                                    

Aku kembali ke ruangan semula, lalu merogoh kantung jaket petugas yang jatuh pingsan tadi, sayangnya tak kutemukan kunci untuk membuka pintu sel isolasi itu. Aku menggeledah seluruh lemari dan laci, beruntung aku menemukan lockpick. Namun, aku tak tahu cara menggunakannya.

"Aku cuma menemukan ini! Bagaimana?" tuturku pada laki-laki yang sedang terkurung.

"Itu saja sudah cukup!" katanya.

Aku sempat menatap ragu lockpick yang ada di tangan kananku. Kemudian aku melubangi lapisan plastik itu dan melempar alat itu ke dalam.

Laki-laki itu spontan memasang ekspresi bingung. "Kenapa kau melemparkan lockpick­-nya ke dalam?"

"Aku tak bisa menggunakannya," jawabku polos.

Laki-laki berambut cepak itu mengambil lockpick itu sendiri, sementara aku melakukan penjagaan di arah pintu masuk sebelum penjaga lain datang untuk berjaga.

"Ayo!" teriaknya membuatku menoleh.

"Wow!" Aku terkejut cepat sekali tangannya sudah sekelas pencuri saja.

Kami berdua berlari keluar menuju parkiran, seperti tadi aku mengikuti instingku yang jinak, tetapi akurat.

"HEI! TANGKAP MEREKA!"

Sial! Kami mendapati banyak sekali petugas keamanan yang mengejar kami. Sepertinya cara kami kabur kurang rapi sehingga meninggalkan jejak-jejak curiga.

"CHENG FEI LONG!" teriak seseorang dari dalam mobil.

Aku menyadari itu suara Wu. Bergegas kami menuju arah mobilnya. Namun, nasib kami tidak benar-benar baik, mobil itu tidak ada kuncinya. Dokter Su sudah mencoba untuk menyalakan tapi tidak kunjung berhasil.

"Kenapa?"

"Kuncinya ketinggalan di ruang kantor."

"Sini biar aku coba!" tutur pria yang belum sempat kuketahui namanya. Ia masuk ke bagian supir, lalu melakukan kebolehannya.

"ITU MEREKA!!!"

"Sial!"

"Kalian cepat masuk!" tutur pria itu masih sibuk mengurus kabel-kabel di tangannya.

Aku duduk di kursi depan, dan para wanita itu di bagian belakang.

"Sudah belum?"

"MEREKA NAIK MOBIL, CEPAT BAWA MOBIL KALIAN!"

"Sebentar lagi!"

BROOMM!!!

Mobil itu bergegar dan menyala. Laki-laki itu langsung menancap pedal gas. Kemudian kami melaju meninggalkan mereka. Tapi, tidak sampai di situ, percobaan kabur kami belum selesai. Para petugas bermobil pun mengejar mobil.

Pria di sebelahku ini melirik ke arah spion di sebelah kirinya, lalu bibirnya tersungging. Entah apa makna ekspresi di wajahnya.

Wu menyentuh lenganku, sehingga membuatku menoleh padanya yang duduk di kursi belakang. "Fei, kita harus cari Xiao Wu!"

"Aku tau dimana adikmu!" timpal Dokter Su.

"Guys! Pertama kita harus enyah dulu dari kejaran mereka!" tutur pengemudi di sampingku ini.

Entah aku merasa cara ia mengemudi tidaklah biasa. Seperti anak jalanan. Meliuk-liuk di tikungan. Kelihatannya bukan pilihan yang salah menyelamatkannya.

"Kita harus ke District Jiang Han, belok kiri setelah persimpangan ini!" kata Dokter Su.

Namun, laki-laki itu malah terus saja tidak mendengar perkataan Dokter Su.

Hiraeth(n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang