***
Pukul 2 siang, Doyoung menunggu Irene. Doyoung berkali - kali berdecak, dia tidak suka orang ngaret. Tak lama, Irene datang. Penampilan perempuan itu sungguh anggun dan berkelas.
"Ada urusan apa lagi Pak Doyoung?" tanyanya setelah duduk di hadapan Doyoung. "Bukankah saya sudah layangkan surat pembatalan kontrak?"
"Anda tidak bisa membatalkan kontrak begitu saja dengan perusahaan saya. Saya bisa saja menuntut anda." kata Doyoung to the point. Laki - laki itu menautkan jemarinya sambil memandangi Irene lurus - lurus.
Doyoung tertawa. "Hati - hati Pak Doyoung, tuntutan itu bisa beralih pada perusahaan Anda. Dan tentu saja kerugian akan siap menimpa Anda lagi." balasnya santai. Obrolan mereka terhenti ketika OB mengantar minuman untuk mereka. "Dan Anda tentunya sudah tau, bahwa infotaiment sangat suka pemberitaan seperti ini."
Doyoung menarik napas sejenak. "Saya akui, hilangnya baju anda akibat kelalaian dari karyawan saya. Tapi bukankah kami sudah mengganti rugi? Dan kontrak di tulis ulang, bahwa pembayaran anda melebihi nominal sebelumnya hingga masa kontrak selesai? Apa itu belum cukup?" Doyoung menaikkan alisnya tinggi.
"Dengan begitu, kalau anda tetap ingin membatalkan kontrak. Anda yang akan mengalami kerugian. Bukan hanya dari segi materi, tapi nama anda akan tercemar juga." Doyoung tersenyum puas melihat keterdiaman Irene.
Doyoung mengeluarkan Map dari tasnya dan menyodorkan benda itu pada Irene. "Ini kontrak kerja sama kita. Saya sengaja membawanya, agar anda membacanya secara teliti lagi."
Irene melirik map itu dengan tatapan sulit di artikan. "Apa tujuan Anda sebenernya?"
Doyoung tersenyum. "Simpel. Mari kita kembali bekerja sama."
Irene mendengus. "Saya tidak bisa. Saya sudah taken kontrak dengan brand lain. Lagi pula, saya sudah membatalkan kontrak secara sah. Jadi anda tidak bisa memaksa saya kembali bekerja sama dengan anda." kata Irene tegas.
"Kalau begitu, siapkan mental jikalau anda terseret dalam kasus penipuan."
Irene terdiam. Sorot matanya tampak menghujam Doyoung. Tiba - tiba dia tersenyum sinis. "Dan anda juga siapkan mental, kalau nama anda terseret dalam kasus pemaksaan."
Doyoung tergelak. "Kalau begitu, mari kita sama - sama saling menuntut. Dan saya yakin, pihak anda yang akan mengalami kerugian besar." Doyoung berdiri dan berjalan menuju pintu. Sebelum dia keluar, dia kembali menatap Irene. "pikirkan baik - baik, Nona Irene." kata Doyoung lalu pergi.
***
Doyoung terkejut melihat keberadaan Hyeran yang sedang duduk manis di dalam ruangannya sambil mengobrol dengan Sejeong. Keduanya tampak larut dalam obrolan hingga tidak sadar bahwa Doyoung sudah berdiri di depan mereka.
"Apa sekarang sedang ada arisan ibu - ibu?"
Hyeran dan Sejeong menoleh lalu terkekeh mendengar ucapan Doyoung. Laki - laki itu duduk di samping Hyeran dan tanpa basa - basi ia mengecup pipi Hyeran. Tidak perduli dengan tatapan protes dari Hyeran dan wajah geli Sejeong.
"Apaan sih main sosor aja? dasar ganjen."
Doyoung terbahak. "Halah, padahal lo suka kan?" katanya. Hyeran cemberut. "Ehh... Jeong, keluar sana. Masa mau jadi obat nyamuk disini?" usir Doyoung. Sejeong mendelik tapi tetap keluar.
Sebelum dia keluar, dia berkata. "Hati - hati Hye, di gigit Doyoung ntar." katanya dan langsung kabur sebelum Doyoung melemparinya dengan sepatu.
"Dasar." gerutu Doyoung. Laki - laki itu bersandar pada pundak Hyeran. Gadis itu tidak protes. Dia tau, Doyoung pasti lelah. "Ngomong apa aja tadi sama Sejeong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Menemukanmu - Kim Doyoung
Teen FictionDia berubah - Lee Hyeran Maafkan aku - Kim Doyoung Start : 14 Juni 2020 Finish : 22 Juni 2020