17 Juni 1986, jalan jalan dikota kembang bersamamu yang tak suka kembang.

264 71 48
                                    


// Aku //


"telisik senandung burung kenari–coba dengar."

"merdu ya?"

"iya, kalau kamu yang bersenandung mungkin burung kenari itu kalah"

ia menepuk pelan lenganku, "selalu saja."

"indurasmi kota Kembang, indah ya?"tambahnya.


kami yang duduk bersampingan–aku merangkul bahunya.
menelusuri kesunyian malam karna sedikit insan, basirah berdoa akan apa yang terjadi pada malam ini.


"kenapa memanggilku Adinda? namaku Aninditha, ingat?"

aku tertawa bahagia, pertanyaan itu datang.

"Aninditha Arumi–nama tercantik tentunya setelah ibunda, kamu ingin tau kenapa?"

ia mengangguk cepat.


"kamu Aninditha–akan menjadi Adindaku kelak, itu doaku kepada sang semesta"

ia terdiam sejenak.

kecupan lembut dipipiku darinya tiba tiba datang.

"aku juga berdoa seperti itu kepada semesta."


ah kota Kembang, kamu memang berbakat memberikan asmaraloka kepada semua insan yang singgah.


———

bersua dengan tuan sebelum dimakan usia,

bersua dengan tuan sebelum dimakan usia,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pramudya–kota Kembang, 1986.

———

—Sadrah pada Kelabu—【noirtredam】•2020•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sadrah pada Kelabu—
【noirtredam】
•2020•

[Recommend :
font -> smallest, bg -> black
for everychapters]

Sadrah pada Kelabu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang