Exy x Jooheon
Hari sudah mulai petang. Tak ada yang menarik perhatian Exy selain senja. Ia baru menyadari bahwa senja seindah seperti yang ia lihat sekarang ini. Langit yang berwarna jingga bercahaya terang.
Exy mendesah untuk yang kesekian kalinya. Sesekali berdecak kesal sambil melihat jam di layar smartphone-nya. Menunggu bukanlah sesuatu yang menyenangkan bagi seorang Exy. Ia mulai bosan dan jenuh menunggu kedatangan Jooheon. Bahkan ia sempat berkeinginan untuk pulang saja ke rumah. Namun sekali lagi, ia tetap menunggu. Hingga akhirnya penantiannya tak sia-sia.
Dari kejauhan Jooheon berlari menghampiri Exy yang sedang duduk di anak tangga. Melihat sang kekasih, Jooheon melebarkan senyumnya. Sementara Exy justru memanyunkan bibirnya dan berpura-pura tak melihat Jooheon.
"Chagiya.." Jooheon ikut duduk di sebelah Exy. "Maaf aku terlambat. Tadi tiba-tiba ada rapat organisasi mendadak."
"Mm." Gumam Exy.
"Maaf telah menunggumu lama. Aku benar-benar menyesal." Jooheon memperlihatkan raut wajahnya yang diselimuti rasa sesal.
"Mm." Gumam Exy lagi.
"Jadi, aku tidak dimaafkan, nih?"
"Ngak tahu."
Jooheon memutar bola matanya. "Hmm, kalau begitu, aku terpaksa harus pakai jurus andalan agar kau mau menerima maafku sekaligus tidak marah lagi padaku." Ujar Jooheon sedikit santai.
Exy melirik Jooheon dengan tajam. "Coba saja."
"Jangan menyesal ya!" Jooheon mengacungkan jari telunjuknya di hadapan Exy.
Laki-laki yang nenenakan T-Shirt yang dipadukan dengan kemeja itu mendaratkan kecupan di bibir Exy. Kecupan itu berlangsung hingga beberapa menit. Jooheon yakin kalau jurus andalannya itu mampu membuat kekasihnya yang tengah ngambek menjadi luluh.
"Jadi, masih marah padaku?" salah satu alis Jooheon terangkat ke atas, menggoda sang kekasih.
"Apa sih?!"
Exy tak mampu menutupi rasa malu-malu kucingnya di depan Jooheon. Ia menutupi wajahnya yang memerah merona.
Jooheon memeluk dan mencium pipi Exy. "Ayo kita tinggalkan tempat yang membuatmu marah padaku ini!"
"Cih!" Exy mulai memperlihatkan senyumnya.