Kampus yang ku tinggalkan selama hampir tiga hari sudah heboh karena kehadiran gosip tentangku yang menyebar di segala penjuru. Celine bercerita bahwa terdapat 3 gosip tentangku dan Brian.
Gosip yang pertama adalah tragedi rok robek yang terjadi padaku hari Selasa lalu. Bahkan kain rok yang tersangkut di biarkan oleh orang-orang berada di pagar. Tentang ini, Celine bilang ada kata-kata "Tragedi rok Luna" tertulis di bawah pagar tapi, tak sampai sehari orang yang menulis sudah babak belur dan tulisan itu hilang dan kain rok ku di atas pagar juga ikut menghilang.
Yang kedua adalah gosip tentang aku yang menembak Brian kemudian menangis karena di tolak. Yang satu ini, mungkin cerita kebohongan dan salah paham saat aku dan Brian berada di lorong gedung baru.
Dan yang terakhir, entah muncul darimana gosip yang menyebutkan aku adalah sugar baby. Saat Celine menceritakan tentang ini aku bahkan meremas buku sastra bahasa Inggris ku hingga robek.
Semua gosip ini membuatku kesal setengah mati. Tapi aku... apa yang bisa ku perbuat ? Aku bukan type orang yang berani marah-marah di depan orang yang tak ku sukai. Aku adalah wanita yang hanya berani mengamuk di depan tembok dalam kamar sendirian.
Bahkan saat ini di kelas, beberapa anak juga berbisik-bisik keras sambil melirikku. Mereka menggunjing ku tanpa perlu ku buktikan. Sikap mereka semua seperti menyimpan uang dalam ruangan terbuka. Menyindir tapi terang-terangan.
"Lun.. Selesai kelas mau makan ice cream ?"
"Boleh.. aku mau vanilla jeruk"
Celine mengangkat kedua jempolnya bersamaan, kemudian menyengir sangat lebar. Melihat itu aku ikut tersenyum, Celine memang selalu tersenyum lebar, seperti tidak ada beban dalam hidupnya. Dia juga cantik, dan mempunyai tubuh seperti atlit.
Aku mencoba tak menghiraukan orang-orang dalam kelas, aku hanya diam saja seperti biasa. Aku bisa mengikuti kelas hari ini dengan sabarku yang banyak ini. Sambil membayangkan enaknya ice cream di depan kampus yang akan ku nikmati dalam tiga puluh menit lagi.
Tiga puluh menit berlalu, aku berjalan bersama Celine menuju gerbang kampus. Bahkan saat melewati lobby dan ruang terbuka kampus semua orang melihatku dengan tatapan aneh.
Aku hanya bisa menghela nafas berulang kali. Untung saja Celine mengajakku mengobrol hingga aku tak repot untuk bertanya-tanya apa yang sedang mereka pikirkan.
"Lun.. liburan nanti kemana ya ? Pantai ? Gunung ? Atau kota ramai seperti Jakarta ?"
"Tapi Korea juga bagus... eh! Kemarin sepupuku pergi ke Swiss, disana juga bagus banget."
"Lunaa.. kemana dong ? Ada ide nggak ? Aku bingung nih.. rasanya ingin pergi keliling dunia"
Aku tertawa kecil." Keliling dunia? Bisa sih tapi liburan kita kan hanya dua minggu"
Celine menarik rambutnya frustrasi, dia selalu menjadi orang yang sibuk dengan pilihan liburan kuliah. "Kemana dong Lun?!"
"Bagaimana kalau kita pergi liburan di villa saja ? Atau hotel mewah ? Aku ingin sekali pergi ke Korea tapi kau tau kan? Kakak dan Mamaku tak akan memperbolehkan aku pergi "
Celine menghentikan langkahnya." Selalu deh... jangan dong Lun. Kalau ke villa atau hotel bukan liburan namanya, kamu mengatakan pergi ke dua tempat itu kamu selalu diam di dalam hotel tidak mau keluar."
"Membosankan"
Celine berjalan sambil mengibaskan rambut panjangnya dan berlagak seperti juri liburan yang tak suka dengan pilihan salah satu pesertanya..yaitu aku!. Aku tak pernah pergi liburan karena ada satu hal yang aku tak boleh lakukan yaitu pergi jauh dari rumah tanpa pengawasan Mama dan Kak Leo. Setiap liburan aku selalu berada di villa pribadi atau berada di hotel milik teman Kak Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIDER (COMPLETE)
General FictionTidak semua hati itu kuat menahan badai, tidak semua wanita mampu menahan air mata yang di milikkinya dan tidak semua wanita bisa beradaptasi lagi dengan hal baru. Sesuatu yang pergi tanpa menetap akan selalu menjadi kenangan pahit yang akan terus...