10. Apartemen (2)

45 2 0
                                    

"Kau tau perbuatanmu akhir-akhir ini ?"

"Apa kau tau resiko jika kau terus seperti ini ?"

Brian memutar ponselnya berulang kali. Memainkannya seperti rubik yang sudah kembali pada warnanya. Dia mendengarkan ucapan partner bicaranya dengan pikiran yang terbagi-bagi.

"Seharusnya kau tidak membawa gadis pada misi ini!!"

Brian menggeleng."umm mmmh, kau salah Henry. Justru akan selalu ada gadis cantik di setiap misi rahasia"

Henry yang tadi berbicara padanya memutar bola mata, mungkin Brian sudah melakukan misi beberapa kali. Tapi baru ini ia melibatkan seorang perempuan dalam misi yang sulit ini. Meskipun sebelumnya ia sudah pernah menjalani misi yang lebih sulit dan mematikan dari ini. Tapi tak pernah ia memikirkan untuk menggunakan wanita dalam misi itu. Menurut Henry ini aneh..

"Kau dasar... agen paling keras kepala dibanding yang lain! Kau tau apa jadinya jika ini bocor pada kekasihmu itu hah?"

"Boss akan menggantung mu!! Dia sangat berharga bagi bos!"

"Hey siapa bos yang kau bicarakan itu ?"

"Singa itu ? Dia itu bos mu bukan bos ku! Aku di bawah pimpinan yang lebih tinggi dari seekor singa."

"Okay baiklah! Terserah padamu saja.. aku tidak bisa menghentikan mu.Apa rencanamu selanjutnya ?"

"Entahlah..semua jadi semakin sulit. Dia bahkan tidak mau mendengar penjelasanku sejak beberapa tahun yang lalu"

"Apa kau masih bisa tahan ?"

Brian meletakkan gelas berisi whiskey di atas meja kaca berornamen ikan. Dia menatap sebuah vas bunga lily di atas meja tersebut. Pandangannya kosong, tapi otaknya memikirkan seseorang.

"Aku tak tau..." jawabnya

Pandangannya masih pada bunga yang sedang kuncup, ia tak memperhatikan lawan bicaranya. Otakknya penuh dengan beberapa kisah seseorang yang sangat ia sesali.

"Waktumu tak lama Brian.. cepat atau lambat ia akan tahu kebenarannya. Bukankah lebih cepat lebih baik ? Kau sendiri yang bilang akan memberitahunya dan menerima semua resiko tetapi sudah hampir satu bulan belum juga kau lakukan!"

Brian menghela nafas."Dia..sudah terlanjur menyimpan benci"

"Aku sudah meminta maaf tapi tak satu pun yang ia respon dengan hati. Ia selalu mengatakan dia memaafkanku tetapi, dia masih saja menghindar dariku"

"Aku tak punya waktu untuk mengatakan yang sebenarnya"

Brian mengusap wajahnya dengan kasar, membungkukkan tubuhnya sejajar dengan meja bar. Ia memijat keningnya sebentar kemudian ia merasa sakit karena ia tau semua ini berawal dari dia. Semua kesulitan dan misi permintaan maaf menjadi sangat mustahil karena dia.

"Jangan menyerah Brian! Aku yakin kamu pasti bisa meluruskan semua ini. Dan menyelesaikan semua dengan lancar"

Henry memberikan semangat pada Brian yang terlihat putus asa dan tak tau harus apa. Dia tak pernah se- berusaha ini dalam hal meminta maaf dan menjelaskan sesuatu kepada seseorang yang terkait.

"Mungkin ini hukuman untukku Hen.. aku akui 99% dari semua ini adalah kesalahanku dan 1% persen adalah kesalahpahaman yang di alami Luna"

"Aku memakai cara yang salah"

Henry menuangkan minuman di gelas kedua Brian. Sebagai kode bahwa semua ini akan baik-baik saja. Brian menerima dan meneguk alkohol itu dengan tenang.

"Okay.. kalau begitu ini adalah berkas yang harus kau baca dan teliti sebelum kita pergi ke Korea"

Brian melihat tab dan sebuah map cokelat yang di berikan oleh Henry. Perlahan ia membuka isi map itu dan membacanya sekilas. Brian menganggukkan kepala saat tau isi map itu nampak sangat berharga.

DESIDER (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang