"Sudah dong Luna Jangan menangis, ini sudah satu jam"
Aku duduk dengan gaun merah panjang, ini pertama kalinya aku mengenakan gaun mewah dengan make up full dengan mascara. Rambutku juga terikat setengah bagian dan mengekspose leherku.
Aku menangis karena sesuatu hal yang membuatku patut menangis. Kak Leo yang diam di sampingku membantuku memberikan tisu untuk mengelap cairan dalam hidung.
Aku tak peduli jika make up ku hancur dan aku akan terlihat jelek. Rasanya satu jam sangat kurang untukku menguras air mata. Aku hanya terlalu bahagia, salah satu rinduku pudar karena sosok yang ku tunggu ada di sampingku sambil memegang tanganku erat.
"Nanti kamu bisa sakit jika menangis terlalu lama"
"Sudah yaaa.."
"Papa sudah ada disini, dan Papa juga sangat sehat. Keluarga Enzo sangat baik pada Papa hanya saja Papa tidak di perbolehkan untuk menggunakan elektronik untuk menghubungimu"
Aku tambah menangis keras karena aku masih belum percaya Papa ada disini. Papa sudah kembali, bersamaku. Papa terlihat sangat baik-baik saja. Alasan aku memakai gaun mewah ini karena undangan dari Ghost yang mengundang aku dan Kak Leo makan malam.
Di meja panjang di dalam restoran mewah yang sudah di sewa dalam satu malam itu terdapat beberapa orang penting di bangku-bangkunya.
Ada Kak Leo, Papa, Mama di meja ini. Juga ada Enzo dan seorang pria berumur tapi masih terlihat sangat muda. Aku tak melihat keriput pada wajahnya dan itu membuatku sedikit menganggumi. Dan orang yang ku kagumi tadi adalah Ghost, ayah dari Enzo.
"Maafkan kami Luna"
Ayah Enzo yang mempunyai nama asli William ini meminta maaf tulus padaku yang masih menangis. Mungkin wajahku sangat bengkak sekarang. Aku juga melihat Enzo yang diam membatu di kursinya. Dia hanya menatapku dengan tatapan dingin tapi, aku tau itu bukan tatapan dingin biasa.
Ada makna lain di hatinya, aku bisa melihat perasaan lega dari raut wajahnya. Dia senang karena aku menyetujui kesepakatan yang dulu di khianati Papa.
Mungkin ini terlihat sangat membingungkan, kenapa aku bisa ada disini sekarang ? Aku akan membawa kalian pada empat belas jam sebelumnya.
"Kau pasti akan terkejut jika aku memberitahumu siapa diriku."
"Aku adalah anak dari Ghost. Seseorang yang di cari oleh Arion"
Mataku melebar tak percaya, pria di hadapanku ini berkata sesuatu yang membuat darah tinggi ku meluap. Kenapa dia bisa mengaku dirinya anak dari Ghost ?
"Jadi, kau yang menangkap Papaku ?"
"Aku tidak menangkap Papamu Luna"
"Lalu...??"
"Tunggu! Bukan itu yang ingin aku katakan"
"Aku mencarimu untuk mengatakan sesuatu yang mungkin belum kamu ketahui. Ini tentang kesepakatan Papamu dan Ayahku"
Kesepakatan ? Iya tidak ada satu orang pun yang mengatakan tentang kesepakatan itu. Tapi apa bukti yang ingin ku minta agar aku percaya pada ucapannya ?
"Apa kau benar-benar anak dari mafia itu ?"
"Kau bisa melihat itu untuk membuktikannya."
Dia menunjuk sebuah lukisan yang terpasang di dinding, sekejap aku bingung mengapa Enzo bisa punya lukisan yang selama ini menjadi incaran Arion.
"Kakakmu mencari lukisan itu bukan ? Mereka mendapat info yang salah karena bukan sebuah peta tempat tinggal kami di dalam lukisan itu"
Enzo berdiri melewati sebuah meja dengan lampu berbentuk lilin. Jika ku amati sejak tadi, tempat ini sangat cozy dan hangat. Ruangan ini memang tidak begitu besar tapi, terlihat luas meskipun hanya ada sebuah ruang tamu berukuran kecil dan sebuah kamar di atas lantai ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIDER (COMPLETE)
General FictionTidak semua hati itu kuat menahan badai, tidak semua wanita mampu menahan air mata yang di milikkinya dan tidak semua wanita bisa beradaptasi lagi dengan hal baru. Sesuatu yang pergi tanpa menetap akan selalu menjadi kenangan pahit yang akan terus...