Hari ketiga setelah kejadian rok robek, aku semakin memantapkan hati untuk pindah kampus saja. Bagaimana tidak?Tatapan orang-orang yang melihatku selalu saja sinis, bahkan beberapa ada yang menyebut ku si pencari perhatian.
Aku benar-benar kesal, tiba-tiba saja aku jadi pusat perhatian dan hidup nggak nyaman.Sebelumnya aku hidup baik-baik saja sebagai orang yang tidak begitu terlihat di kampus.
Semua gara-gara pria ular itu. Dan lagi, aku harus berurusan dengannya sekali lagi karena jaket ini. Kenapa waktu itu dia meminjamiku jaket sih ?Ah ..tapi kalau tidak aku pasti tambah malu. Tapi.... sudahlah, aku harus mengembalikan jaket ini kemudian benar-benar memutus pertemuan atau harus menjauhinya dan menghindar untuk bertemu dengannya.
"Waah Luna, apa itu ? Hadiah ? Untuk siapa ? Aku ? Tapi ulang tahun ku kan masih dua bulan lagi"
Celine entah datang dari mana dengan cepat menghampiri meja kelas ku saat tau aku membawa kotak bingkisan berisikan jaket milik Brian .
"Hadiah apaan ? Ini sumber masalah!"
"Aduh Luna, kamu ada masalah apa sepagi ini sudah bilang begitu ?"
Celine menangkupkan kedua tangannya di pipi, menghadap ku dan mengedipkan matanya berkali-kali. Yang ku lakukan hanya memutar bola mata, aku tidak mungkin menceritakan kekesalanku kepada Celine lagi. Semakin di ceritakan akan semakin kesal.
"Ehh, sudahlah. Gimana kalau nanti siang kamu ikut aku pergi makan ?"
"Makan ?"
"Iya, di resto dekat kampus. Sama Rio juga, kita jarang banget kumpul bertiga kan"
Ah benar juga, aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali kamu makan bertiga. Aku hampir melupakan sahabat laki-laki ku itu. Tapi aku juga jarang jalan bersama Celine. Semenjak kedua sahabatku itu berpacaran aku jadi semakin menyendiri.
"Apa boleh ? Nggak ganggu kalian nih ?"
Bukan karena mereka tak mengajakku tapi, aku yang selalu menghindar karena tak ingin merusak momen dua kekasih ini.
"Ya nggak lah Lun, lagian Rio sudah dari kemarin nanyain kamu"
"Oke baik"
"Kita ketemu di lobby jam 1 yaa"
Aku merasa senang bisa berkumpul lagi bersama mereka, tak sabar mau bicara semua hal dan mendiskusikan nya dengan obrolan ringan.Aku mengangguk, tanda iya. Tetapi, wajahku kembali suram saat melirik benda di depanku.
"Tapi aku harus ke gedung B dulu, mengantar ini"
Celine menganggu mengerti "Iya, aku tunggu. Pokoknya nanti aku kabarin ya. "
"Eh.. dosen sudah mau masuk nih. Aku harus memberikan pengumuman dulu pada penghuni kelas."Celine kembali menuju kursinya, sibuk dengan handphone dan juga buku berisi daftar murid. Aku menyembunyikan wajahku di atas meja mencoba tidur sebentar.
Kelas sudah usai, seperti biasa Celine langsung keluar kelas duluan mengantar tugas ke ruangan dosen di lantai dasar. Aku merapikan buku ke dalam tas dan berdiri keluar ruangan dengan langkah yang sangat berat.
Rasanya kakiku terikat pada sesuatu yang membuat kakiku benar-benar tak bisa melangkah dengan normal. Jarak gedungku dan gedung B hanya beberapa meter tapi sepertinya akan memakan waktu berjam-jam.Aku terlalu malas untuk bertemu Brian. Pria ular itu kenapa sih kemarin membantuku ?. Sekarang aku jadi repot mencari dia untuk mengembalikan jaket nya.
Baiklah tiga kelas lagi, kemudian satu lantai menuju kelas Brian. Seharusnya dia ada kan di kelas ? Awas saja kalau aku sudah jalan jauh-jauh terus dia tak di temukan disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIDER (COMPLETE)
Fiction généraleTidak semua hati itu kuat menahan badai, tidak semua wanita mampu menahan air mata yang di milikkinya dan tidak semua wanita bisa beradaptasi lagi dengan hal baru. Sesuatu yang pergi tanpa menetap akan selalu menjadi kenangan pahit yang akan terus...