Semester kedua kuliah dengan kehidupan baik-baik saja gagal total. Hidupku yang seharusnya tenang tanpa permasalahan dan juga pikiran berat juga berantakan semenjak kejadian rok sobekku tempo hari.
Aku begitu menyukai kehidupan kampusku di awal semester. Seandainya bisa kembali ....
Beberapa gosip yang beredar entah dari mana di kampus masih saja ada hingga hari ini. Masalahnya berawal saat Brian tiba-tiba masuk ke Moonlight One, rok sobek ku adalah pembuka dari segala rentetan yang ku ramal akan semakin banyak.
Kemarin Brian datang menghampiriku entah apa maunya. Kemudian tanpa ada angin apa-apa, dia selalu ada di sekitarku. Dia yang tak pernah memanggil namaku mendadak bisa memanggil namaku dengan fasih dan itu membuatku...takut.
Aku sebisa mungkin menghindari dirinya beberapa waktu di kampus. Tapi entah kenapa dia seperti memang sedang merencanakan sesuatu sehingga terus-menerus mengikutiku.
Awalnya aku berpikir itu hanya kebetulan tapi tidak pada kemarin. Mulai dari memanggil namaku untuk pertama kalinya di depan ruang cetak hingga mengikutiku ke kelas seakan mengantarku masuk kelas. Kemudian selesai kelas dia sudah berada di depan pintu menungguku. Tidak sampai disitu, dia berusaha mengikutiku keluar gedung sambil terus memanggil-manggil namaku.
Aku tak menggubrisnya kemarin, aku hanya menghindari dia semampu ku. Rasanya aku sudah tidak ingin bertemu dengannya lagi. Tapi, selalu saja dia menghantui ku. Iya! Aku merasa seperti itu.
"Lunaa.. kapan kamu mau turun? Kamu melamun ?"
"Eh.. i-iyaa, ini mau turun kok"
"Tunggu Lun!"
"Akhir-akhir ini kamu kenapa sih selalu diam melamun ? Luna lagi pikirin apa ?"
"Luna lagi mikirin sesuatu yang... yang sangat penting"
Kak Leo menatapku penasaran, berharap aku akan cerita saat itu juga. Tapi tentu saja aku tak akan menceritakan masalah ini. Kak Leo bisa marah, aku mengernyitkan dahi meniru apa yang Kak Leo lakukan sekarang.
"Udah ah! Luna turun yaa?!"
"Lunaa tunggu ! Cerita dulu dong!"
"Luna bisa telat kalau cerita Kak"
"Clue.. kasih Kakak clue!"
Aku membuka pintu mobil kemudian menutupnya. Tapi Kak Leo meneriakiku dengan jelas. "LUNA!"
Aku menoleh dan mendekat kembali ke arah mobil. Sangat jelas terlihat raut wajah penasaran Kak Leo, aku menjadi sedikit kasihan.
"Okaaay.. clue yaa?!" Kak Leo menggangguk
"Kejadian waktu SMA dengan tokoh yang sama tapi tak serupa"Aku tersenyum, Kak Leo terlihat sedang berpikir.
"Sudah yaaa!! Daaah Kak.. Love you"
Aku melayangkan ciuman untuk Kak Leo yang masih kebingungan. Aku tersenyum lebar, Dan memasuki gedung jurusan. Di ujung koridor aku memasuki lift menuju lantai empat dimana kelasku pagi ini di laksanakan.
"Celine kemana sih?! Di telpon tidak bisa, apa dia masih tidur?"
Aku menggelengkan kepala heran dengan sahabatku yang selalu begadang untuk menonton drama Korea padahal besok paginya ada kuis pagi. Aku menyimpan ponselku kedalam tas.
"Kenapa lift nya nggak gerak ?"
"Oh my..."
Aku memejamkan mataku, merenungkan kecerobohanku dan tersenyum sendirian. Aku belum menekan tombol angka di lift itu. Sepagi ini ? Kenapa jadi blank sih.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIDER (COMPLETE)
General FictionTidak semua hati itu kuat menahan badai, tidak semua wanita mampu menahan air mata yang di milikkinya dan tidak semua wanita bisa beradaptasi lagi dengan hal baru. Sesuatu yang pergi tanpa menetap akan selalu menjadi kenangan pahit yang akan terus...