Part 5

2 0 0
                                    

Ambarawa Medical Center, Yogyakarta.

Jum'at, 5 Januari. 10.40.

Prok prok prok

Terdengar riuh tepuk tangan para dokter dan tenaga medis di dalam ruangan ini.

"Selamat bergabung dalam tim kami dr. Ara" Ujar direktur utamaku untuk 100 hari kedepan. 

Aku tersenyum menyambut riuhnya selamat datang dari semua orang yang berada disini. Entahlah seperti kebahagiaanku sedang merekah.

"Terimakasih" ujarku tak henti - hentinya pada siapapun yang menyalamiku.

"Saya dr. Sampurno. Cukup pak Sam saja"

"Mohon bimbingannya dok" ujarku dengan sedikit membungkukkan badan seraya memberi tanda hormat padanya.

"Mau saya antar berkeliling?"

"Boleh"

Kami menyusuri lorong demi lorong, ruangan demi ruangan pada setiap lantainya. Menurutku medical center ini sudah cukup baik jika di bandingkan dengan kota - kota besar. Penuturan dr. Sam, pemilik Medical Center ini bukan berasal dari kalangan kesehatan seperti kami. Beliau terinspirasi dari lingkungan tempat tinggal yang notabene dulu kurangnya pengawasan kesehatan sehingga banyak orang yang meninggal tanpa diketahui penyebab penyakitnya. Kami mengobrol tentang danyak hal, tentang kehidupan, Medical Center ini terutama, tentang beberapa kasus kematian para pasien kesayangan mereka, dan tentang seorang pasien Fibrosis Kistik yang masih bertahan hidup.

Fibrosis kistik adalah penyakit yang disebabkan mutasi atau perubahan gen bernama cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR). Gen ini mengontrol genre klorida & cairan dalam dan keluar sel. Jika gen CFTR tidak bekerja dengan baik, klorida tidak bisa menarik air, akibatnya lendir atau mukus tebal akan terbentuk di semua tubuh penderita. Gen yang bermutasi ini didapatkan dari kedua orang tua. Apabila hanya galat satu orang tua saja yg memiliki mutasi gen, maka anaknya hanya akan menjadi pembawa, yg berkesempatan buat menurunkan penyakit fibrosis kistik ke keturunannya apabila dia menikah dengan sesama pembawa. Jadi bisa dikatakan ini adalah penyakit turunan.

Kami berhenti di lantai 3, dr. Sam membawaku ke ruangan di ujung lorong. Terbaca nomor kamar 317. Aku mengintip sedikit pada celah di balik kaca transparan yang menempel di dinding pintu. Terlihat seorang wanita muda yang menari dengan riang, seperti tidak menyadari bahwa ada 4 pasang mata yang memperhatikannya.

"Kamu lihat wanita muda itu?"

"Nadia, dia pasien yang saya rawat semenjak umurnya 10 tahun, hingga hari ini dia berusia 22 tahun. Wanita yang tidak pernah terukir sedih di wajahnya bahkan ketika saya suntikkan 3 jarum pada tubuhnya"

"Apa dia wanita satu satunya penderita Fibrosis Kistik, dok?" Beliau mengangguk.

"Selama kamu disini, kamu yang akan menjadi tangan kanan saya"

Aku tidak menjawab apapun. Kembali ku alihkan pandanganku melihat wajah bahagia wanita itu, terbesit rasa bangga sebagai seorang dokter. Padahal penyakit yang dia derita selama ini bukan penyakit biasa. Dia sangat rentan akan virus. Penyakit yang bahkan mengaggu fungsi paru - paru dan pernafasannya dan bisa membunuhnya kapan saja. Tapi dia tetap lincah, seperti menikmati detik demi detik kehidupannya yang bahkan dia sendiri tidak tahu kapan dunianya berhenti. Wanita itu seperti menyadari kehadiran kami, dia melambaikan tangannya dengan melempar seutas senyum padaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SebatasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang