9 🦁 Curhat dan sejarah

122K 12.8K 2K
                                    

Follow Instagram:
@fahmidhien_
@fmoyy_

-----

"Makasih ya, Mba."

Keyra dan Alan tersenyum ramah kala pelayanan Kafe mengantarkan pesanan mereka. Alan menghela napasnya sambil menatap Keyra yang sekarang tengah menghisap boba.

Malam ini, tepatnya pukul delapan malam, Alan dan Keyra memutuskan untuk bertemu di sebuah Kafe dekat Garuda Bangsa, tepatnya di belakang sekolah. Kalian sudah tahu bukan, apa maksud dan tujuan Keyra dan Alan bertemu? Ya, untuk membahas Tomie.

"Mata lo, sedikit sembab, ya."

Keyra tersentak, gadis itu hanya meresponnya dengan senyuman. Keyra menghela napasnya. "Makasih Kakak udah mau dengerin curhat Keyra."

"Gak papa. Lo bisa ceritain gimana Tomie bisa selingkuh?" Alan bertanya sambil mengaduk sedotan di kopi yang ia pesan. "Maksud gue... akhir-akhir ini lo sering cekcok, atau sejenisnya gitu?"

"Sering, sih. Prihal aku yang gak bisa rawat diri."

"Maksudnya?"

"Ya gitu.... aku gak suka skincare-ran apalagi make up-an," ucap Keyra. Gadis itu memutar-mutar sedotan. "Tomie bilang dia bosen liat muka aku yang ngebosenin bagi dia."

"Cuman karena itu?"

"Banyak sih, sebenernya." Keyra menunduk, lalu menghela napasnya. "Kita tuh udah sama-sama gak srek, kayaknya. Cuman... aku yang selalu pertahanin hubungan kita."

"Kenapa harus lo pertahanin? Kan, sekarang jadinya malah kayak gini." Alan bersandar pada kursi. "Waktu itu kan gue juga udah nyuruh lo mutusin dia."

"Keluarga Tomie yang bantu aku sama Ibu aku, Kak. Jadi aku berpikir, dengan aku pacaran sama Tomie, itu merupakan sedikit timbal balik aku sama keluarganya." Keyra menunduk dengan bibir mengerucut.

"Keluarga Tomie bantu lo apa?"

"Keluarga Tomie, khususnya Papahnya, dia yang udah ngasih Ibu aku pekerjaan." Keyra berbicara, tapi matanya tidak menatap Alan. Jantungnya berdetak kencang jika menatap laki-laki itu. "Keluarga Tomie juga yang bantu membangun rumah yang sekarang aku tinggalin sama Ibu."

Alan menghela napasnya sambil mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Perlahan tapi pasti, tangannya menyentuh tangan Keyra yang berada di atas meja. "Sabar, ya...."

Keyra diam tanpa berniat menarik tangannya. Reflek matanya menatap mata Alan, dan sebaliknya. Keduanya saling menatap sekarang. "Iya, Kak."

"Nangis aja, gak papa. Gak usah ditahan."

Keyra menggeleng. "Enggak. Aku gak mau nangis kok. Menurut sejarah, perempuan Aceh itu kuat. Pantang bagi kami menangisi laki-laki yang cuman bisa menyakiti."

Alan meminum kopinya, lalu menatap Keyra. "Lo suka sejarah?"

"Ya... Aku suka sejarah."

"Kalo gitu kita sama." Alan tersenyum tipis. "Jodoh, mungkin?"

Keyra menelan ludahnya saat mendengar perkataan Alan. Apa-apaan ini hey! Jodoh katanya? Ya Tuhan! Jantung Keyra berdetak kencang. "G-gak tau."

KEYALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang