8 | Ujian

9 2 1
                                    

AROMA popcorn menyelimuti suasana malam itu, Raina duduk bersebelahan dengan seorang lelaki yang ia sayangi.  Keduanya menikmati suasana malam yang indah.

Tiba-tiba saja, alarm berbunyi merusak suasana yang sedang gadis itu rasakan. Gadis ini membuka matanya lalu memandang langit-langit kamarnya.

"Cuma mimpi," gumam Raina.

Gadis ini beranjak dari kasurnya untuk bersiap-siap pergi sekolah.  Sebenarnya, ia masih teringat dengan mimpi anehnya tadi, dirinya penasaran siapa lelaki yang duduk bersama dirinya itu.

                         ****

Tepat hari ini ujian di mulai, meskipun kesehatan Raina belum pulih sepenuhnya, dirinya harus tetap mengikuti ujian. Ia tidak ingin mengikuti ujian susulan karena kemungkinan soal yang diberikan akan lebih sulit.
Mata Raina mencari-cari namanya di setiap kertas yang tertempel di mading, ia melihat namanya berada di ruang ujian 3. Gadis itu pun mundur dari kerumunan murid yang berdesakan di mading.

"Rai, kelas lo dimana?" tanya Alvaro menghampiri Raina.

Reflek gadis ini menengok. "Di ruang tiga, Kak." Raina menatap wajah lelaki di hadapannya.

Kemudian Alvaro mengajak Raina menuju ruangannya. Suasana koridor saat ini sangat ramai—banyak siswa-siswi berkerumun. Terlihat Putra dan Kevin tengah bergurau, hampir saja keduanya mengenai tubuh Raina. Tapi, untungnya Alvaro segera melindunginya dengan tubuhnya yang cukup tinggi. Tentu saja, Raina bingung dengan apa yang Alvaro lalukan.

"Lo nggak pa-pa, Rai?" tanya Alvaro yang terlihat khawatir pada Raina.

Gadis ini menggelengkan kepalanya gugup. "Nggak pa-pa, Kak."

Keduanya kembali berjalan menuju ruang ujian Raina. Hening. Tidak ada yang membuka suara sama sekali.

"Nih." Keduanya tiba di depan ruang ujian.

Raina menatap ruangannya. "Makasih, Kak."

Alvaro membalasnya dengan senyuman. Lalu, lelaki ini pamit dan menuju ruangannya. Sementara, Raina memasuki ruangannya lalu duduk di bangku yang sudah di sediakan. Gadis ini berbeda kelas dengan ketiga temannya karena absen mereka berjauhan.

Ujian akan segera di mulai, guru pengawas sudah membagikan soal ujian di setiap meja. Raina membuka satu per satu lembar soal yang diberikan lalu mulai mengerjakan soalnya.

                          ****

Bel berakhir ujian berbunyi. Para siswa satu per satu mulai berjalan ke arah meja pengawas dan mengumpulkan kertas yang sudah dikerjakan begitupun dengan Raina.

Setelah mengumpulkan lembar kerja, gadis ini berjalan menuju perpustakaan untuk belajar pelajaran matematika yang akan di ujiankan besok.

Gadis ini berjalan mencari buku. Setelah  mendapatkannya ia duduk di ujung perpustakaan. Keadaan perpustakaan cukup ramai karena banyak murid yang belajar. Raina membaca buku yang ada di hadapannya. Tanpa gadis itu sadari, Alvaro duduk di hadapannya. Lelaki itu tidak menyapa Raina karena dirinya tidak ingin menggangu Raina yang tengah fokus bejar.

Lelaki ini hanya tersenyum melihat Raina yang sangat giat belajar. Raina membaca soal dan mulai mengerutkan dahinya.

"Kenapa?" tanya Alvaro saat melihat kebingungan di wajah gadis ini.

Raina terkejut dengan kehadiran Alvaro yang duduk di hadapannya.

"Eh, Kak." Raina tersenyum kaku. "Ini aku nggak ngerti sama soal ini," sahut Raina gugup.

Tanpa berpikir panjang, Alvaro berpindah duduk ke sebelah Raina dan perlahan menarik buku yang sedang Raina pelajari.

Jantung gadis ini sedikit berdebar melihat perlaku pria itu.

Lelaki ini mulai menjelaskan pada Raina, sementara gadis ini hanya terfokus pada penjelasan Alvaro tanpa teralihkan kemanapun.

"Jadi, sekarang udah paham?" Alvaro menaruh pensilnya yang ia gunakan tadi lalu menatap Raina.

Raina mengangkat kepalanya menatap Alvaro malu seraya menganggukkan kepalanya. "Makasih, ya, Kak."

Lelaki ini mengembalikan buku Raina yang langsung di respon cepat oleh gadis itu. Ia kembali terfokus belajar kembali.

Tanpa Raina sadari, lelaki ini memperhatikannya. Namun, ponsel Raina berbunyi membuat keduanya menatap ponsel gadis itu. Raina segera membaca pesan yang masuk lalu dengan cepat ia membalas pesan itu. Setelah membalasnya, gadis ini kembali fokus pada bukunya.

"Ada apa, Rai?" tanya Alvaro penasaran.

"Nggak pa-pa, kok, Kak." Raina membalasnya dengan senyuman.

Alvaro mangut-mangut lalu ia membiarkan Raina terfokus dengan bukunya sementara ia kembali memainkan ponselnya.

Hingga jam sudah menunjukkan pukul 16.00. Beberapa murid yang tadi berada di perpustakaan  sudah keluar. Kini tersisa dirinya dengan Alvaro. Akhirnya keduanya memutuskan untuk pulang.

"Pulang sama siapa lo?" tanya Alvaro.

Raina masih menundukkan kepalanya. Ia juga bingung harus pulang dengan siapa, sementara tadi Nevan mengabarinya tidak bisa mengantarkan Raina pulang.

"Pake ojek online, Kak," sahut Raina.

Alvaro menatap gadis disampingnya. Dalam dirinya selalu bertanya mengapa Raina selalu menunduk. "Pulang sama gue aja kalau gitu." Alvaro memutuskan.

"Hah?" Raina mengangkat kepalanya menatap Alvaro bingung.

Alvaro menganggukkan kepalanya. "Daripada pake ojek online," ucapnya, "mending sama gue."

"Enggak pa-pa, Kak. Bagi berkat sama tukang ojek online." Raina terkekeh.

"Jadi, berkat nggak boleh ditolak kan?" Alvaro menyelidik. "Oke, kalau gitu lo juga nggak boleh nolak kalau gue mau nganter lo," lanjut Alvaro sambil tersenyum.

Raina bergumam, berpikir sejenak. "Rai ...," ucap Alvaro memohon.

Gadis ini menganggukkan kepalanya, ia tidak mungkin menolak juga karena terlihat Alvaro tengah memaksanya.

"Oke." Alvaro tersenyum lalu mengacak-acak puncak kepala Raina.

Perasaan Raina semakin tidak karuan, karena perilaku Alvaro. Dia merasa senang sekaligus kebinggungan mengapa sikap lelaki yang berada di sebelahnya sangat berbeda dengan lelaki lain yang dekat dengannya.

Setibanya mereka di parkiran, Raina segera membuka pintu bagian belakang mobil Alvaro. Sementara Alvaro menatap gadis ini lewat kaca.

"Pindah, Rai. Gue bukan supir lo," perintahnya ketus. Jelas saja ketus, Alvaro kesal saat melihat Raina duduk di belakang bukan di sampingnya.

Gadis ini segera berpindah ke samping Alvaro. Setelah itu, Alvaro melajukan mobilnya. Selama perjalanan, keduanya saling terdiam. Hanya rasa canggung yang berada di pikiran Raina.

Mungkin fokus menyetir, batin Raina.

Sementara, Alvaro memperhatikan sikap Raina yang hanya duduk diam memperhatikan jalanan. Dirinya merasa bersalah karena sudah memaksa Raina pulang bersamanya.

****
Gimana ceritanya?

Semoga suka ya..

Jangan lupa vote dan comment !❣

Raina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang