ALUNAN musik jazz mendominasi kamar Raina malam ini. Kini, dirinya terus mengingat peristiwa di sekolah tadi. Mulai dari bertemu dengan Kevin sampai bertemu Adeline. Sungguh ini terasa seperti mimpi indah. Jika ini adalah mimpi, Raina tidak ingin terbangun. Ia harap akan selamanya membahagiakan seperti ini.
Suara musik mengecil, menandakan pesan masuk. Segera ia membukanya. Tertera nama Nevan tengah memberinya pesan.
Nevan
Rai
Udah tidur lo?
Belum, Van.Hehe.
Ada yang mau lo ceritain?
Belum mendapat balasan, Nevan sudah terlanjur menelponnya. Gadis ini segera menjawabnya. Ia menceritakan apapun yang ia rasakan tadi di sekolah.
"Yaudah, lo tidur."
"Siap!" sahut Raina bersemengat.
"Besok gue jemput lo harus udah siap. Enggak kayak tadi lo belom siap," peringat Nevan jahil.
"Iya, Pak Bos." Raina menyahuti seraya menghela nafasnya.
Sambungan tertutup. Raina mematikan musiknya serta ponselnya. Ia menarik selimutnya seraya menatap langit-langit kamarnya. Menghela nafas sebelum akhirnya tertidur nyenyak.
*****
Raina menatap pantulan dirinya di cermin. Ia berharap hari ini lebih baik dari sebelumnya. Sebelum ia beranjak, ia merapihkan rambutnya. Setelah selesai, ia keluar kamarnya.
"Bun?" panggil Raina saat tahu Davira tidak ada. Ia mencari ke kamarnya, tidak ada juga. Hingga akhirnya ia menemukan pesan yang tersimpan di atas meja makan.
Bunda berangkat pagi sayang, jangan lupa sarapannya di makan. Bekalnya kamu bawa. —Bunda❤
Setelah membaca pesan dari Davira, ia segera menghabiskan sarapannya lalu beranjak keluar rumah. Sesekali ia membuka ponselnya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30. Itu artinya, lima belas menit lagi bel berbunyi, tapi Nevan belum juga datang. Apakah lelaki ini lupa?
Setelah menunggu kurang lebih 5 menit, barulah Nevan sampai. Dengan cepat, ia menaiki motor lelaki ini.
"Rai, sorry tadi ban motor gue kempes," ucap Nevan setelah memarkirkan motornya.
Raina mengangguk. "Enggak pa-pa," sahutnya lembut. Keduanya segera berjalan menuju kelasnya. Langkahnya sedikit tergesa-gesa, Raina tidak mungkin terlambat. Ini adalah hari pertamanya tidak ingin membuat dirinya di cap sebagai tukang telat.
Tanpa sengaja, ia menabrak laki-laki berperawakan besar. "Sorry," lirihnya. Tak sengaja.
"Sans." Lelaki ini menunduk menatap Raina sedikit bingung. "Anak baru?" tanyanya.
"Iya, dia anak baru. Kenapa?" Bukannya Raina yang menjawab, melainkan Nevan. Suaranya terdengar ketus.
Lelaki ini memberikan senyuman menyebalkan pada Nevan. "Weis, santai. Gue cuma nanya, bro."
"Ayo, Rai." Nevan segera menarik lengan gadis ini membawanya jauh-jauh dari lelaki tersebut.
Dari kejauhan, sekumpulan siswi menatap Raina.
"Lo kenapa sih keringetan gitu?" tanya Adeline saat Raina baru saja mendudukan dirinya di kursi.
"Aku takut telat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Raina
Genç KurguIni kisah Raina. Raina Adellia namanya, gadis yang mendapatkan beasiswa full di SMA Harapan Indah. Kalau bukan karena kepintarannya, ia tidak akan bersekolah disini. Awalnya, ia kira sekolah disini menyenangkan karena bisa semakin dekat dengan Nevan...