JAM menunjukkan pukul 05.00, alarm sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.
Raina membuka matanya yang terasa berat, lalu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi.
Setelah lima belas menit selesai, gadis ini segera menuju ruang makan.
Disana, bundanya sudah menunggu sambil menaruh beberapa makanan di atas meja makan.
"Seneng banget kamu, Rai. Semangat banget lagi," sapa Davira -bundanya- saat melihat wajah putrinya yang bersinar.
Raina hanya tersenyum semakin lebar sebagai sahutan dari ucapan Davira. Lalu, gadis ini segera menarik kursinya dan mengambil segelas air.
Ya, ucapan Davira benar, gadis ini sangat semangat. Hari ini adalah hari pertama ia akan bersekolah di sekolah yang sudah menjadi keinginannya sejak dulu.
Ditambah, ia satu sekolah dengan sahabatnya sejak kecil yang setia sampai sekarang.
"Pergi sama Nevan kamu, Rai?" tanya Davira seraya menghampiri putrinya dan duduk berhadapan dengannya.
Raina menganggukkan kepalanya. Lalu, ia memakan sarapan yang sudah Davira hidangkan.
Tidak lama kemudian, suara motor terdengar. Raina sudah bisa menebak itu motor Nevan, sahabatnya.
"Itu kayaknya Nevan, Bun," ucap Raina. "Aku bukain dulu, ya?" izin Raina.
Davira segera beranjak. "Bunda aja, kamu habiskan sarapannya."
Tidak ingin membantah, Raina kembali menghabiskan sarapannya.
"Selamat pagi, Tante." Nevan menyapa Davira sopan.
Davira tersenyum, Nevan tidak berubah. Ia masih sama seperti Nevan yang dulu, selalu perhatian dengan Raina. "Pagi, Nevan."
"Rainanya ada, Tante?"
"Ada, lagi sarapan." Davira melemparkan senyumannya. "Ayo masuk dulu."
Nevan ikut tersenyum kembali. "Enggak pa-pa, Tante. Nevan tunggu di sini aja," sahut Nevan dengan sopan.
Setelah selesai, Raina segera menghampiri Nevan dan Davira yang berada di luar. Mereka berpamitan seperti biasa. Lalu, Nevan melajukan motornya.
"Rai, gimana perasaan lo? Seneng nggak?" tanya Nevan saat melihat wajah Raina yang sangat bahagia.
"Seneng banget!" sahut Raina antusias. Sementara, lelaki ini hanya melirik sekilas lewat kaca spion lalu senyumnya mengembang.
Baginya, kebahagiaan Raina adalah yang terpenting untuknya.
Setibanya di sekolah, Nevan langsung memarkirkan motornya. Sementara Raina menatap kaget. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Benar-benar nyata.
"Kita ke ruang kepala sekolah, ya, Rai."
Tidak mendapat respon dari Raina, Nevan mengguncang pundak gadis ini membuat Raina tersadar. "Ah iya, kenapa, Van?" respon Raina.
"Biasa aja kali liatinnya. Kesambet lo entar," usil Nevan.
Raina memukul lengan Nevan kesal. "Ih enak aja, enggak akan ya."
Lelaki ini meringis seraya menggelengkan kepalanya melihat sikap Raina. "Yaudah ayo." Kemudian Nevan menarik tangan Raina membawanya ke ruang kepala sekolah.
Saat melewati koridor, Raina mendapat tatapan bingung dari beberapa siswi disana. Bagaimana tidak? Raina siswi yang belum pernah terlihat di sekolah ini sudah bisa berdampingan dengan Nevan. Sungguh luar biasa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Raina
Novela JuvenilIni kisah Raina. Raina Adellia namanya, gadis yang mendapatkan beasiswa full di SMA Harapan Indah. Kalau bukan karena kepintarannya, ia tidak akan bersekolah disini. Awalnya, ia kira sekolah disini menyenangkan karena bisa semakin dekat dengan Nevan...