Hujan besar menggerus debu, membentur tanah hingga timbul riak yang berisik. Guntur masih berdiam dan mungkin akan beristirahat untuk beberapa waktu hingga dirasanya ia perlu untuk kembali bergema dari mega yang mendung. Asap mengepul keluar dari napas seorang lelaki yang tengah duduk mengangkat satu kaki dengan tangan yang memegangi rokok. Dia memandangi hujan, dari sebuah gazebo, bersantai di malam yang akan habis dalam kurang dari dua jam. Lalu dalam kedamaian itu datang dua orang pemuda, yang salah satunya sudah lama sekali tak ia lihat.
"Malam, Samchon."
Hansung, yang sudah bercukur dan berpakaian layak itu menyapa pamannya. Lalu sang paman, Seokjin, tersenyum pada Hansung dan Jungkook—terutama pada Hansung yang tak ia sangka penampilannya begitu bersih dan rapi.
"Terakhir aku mengunjungimu di penjara, kau seperti babi yang habis berkubang di comberan."
"Aku sudah kenyang dengan kata-kata seperti itu," balas Hansung sembari melirik Jungkook yang hendak duduk. Pangeran muda itu memutar matanya dan bersikap tidak peduli.
"Mari kita nikmati malam ini dengan minum arak."
Seokjin menggunakan tangan kirinya yang bebas untuk mengambil poci, lalu menuangkan arak ke gelas-gelas yang masih kosong untuk kedua keponakannya itu. Jungkook minum dengan anggun, sementara Hansung menenggak, dan mendesis nikmat karena sudah lama ia tak bisa minum arak dengan cara seperti ini.
"Kau suka itu?" tanya Seokjin pada Hansung.
"Tentu saja."
Jungkook melipat tangan di depan dada, ketika pamannya hanya duduk berleha sambil menghisap rokok dari pipa panjang dan tak terlihat seperti punya urusan yang harus segera diselesaikan dengan mereka berdua. Agaknya ia tak sabar untuk segera kembali ke rumah dan beristirahat setelah menemani Hansung ke sana-kemari sejak lelaki itu keluar dari penjara.
Jungkook berkata, "Langsung ke intinya saja, Samchon. Sampaikan itu pada Hansung sekarang."
"Baiklah, baik..."
Kediaman itu mulai menimbulkan hawa yang tegang. Seokjin menatap Hansung dengan mata yang tajam, sangat serius, jauh berbeda dari sorotnya yang barusan. Hansung sudah siap mendengar apapun yang keluar dari mulut pamannya itu.
"Aku pernah bilang padamu bukan, kita ini memegang kendali pada bidak catur yang kita mainkan. Sekarang permainan itu dimulai, dan kita tidak mungkin diam saja membiarkan lawan kita bermain sendiri semau-maunya."
"Jadi?"
"Ini tentang Yoongi, Pangeran kita..."
Hansung mengangkat sebelah alisnya, ia memicing curiga. "Ada apa dengannya? Apakah Yoongsun melakukan sesuatu?"
"Dia menculik suami Yoongi dan menahannya di istana."
"A-apa?" Hansung kebingungan. "Apa maksudmu, Samcheon? Kenapa dia—"
Seokjin menghela napas, "Aku juga tidak tahu apa maksud Yoongsun melakukan itu. Yang jelas, karena lelaki inilah, posisi Yoongi terancam. Jika Yoongsun sudah tahu saudaranya masih hidup, bisa-bisa dia mengacaukan semua. Dan, yah, dia sudah mengetahui itu, sehingga kekacauan ada di depan mata."
Faksi timur adalah satu-satunya yang selalu berada di pihak oposisi. Merekalah yang mendukung Hansung dan memegang kebenaran tentang Yoongi yang masih hidup. Dulu, di awal masa pemerintahan Yoongsun, anggota faksi timur dicap sebagai pengkhianat negara dan penyebar fitnah karena mereka terlalu vokal dalam menanggapi isu yang keluar di istana dan tidak mau berjalan selaras dengan rajanya. Karena itu, sebagian besar dari mereka dipecat atau justru dijatuhi hukuman mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
moonshadow [pjm x myg]
Fanfiction(SUDAH DIBUKUKAN) Mulanya Yoongi pikir, selama dia bersama Jimin, semuanya akan baik-baik saja. Namun suatu ketika suaminya itu hilang tanpa kabar. Dia tidak mengetahui bahwa Jimin diculik oleh Raja, yang merupakan saudara kembarnya, untuk dijadika...